Mohon tunggu...
Amerta Raya
Amerta Raya Mohon Tunggu... Petani - Petani

Catatan Manusia Pelosok Desa

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Wira-wiri Nyelip Kopi

2 Juli 2023   18:00 Diperbarui: 2 Juli 2023   18:06 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alhamdulillah, sore ini hujan cukup deras walau sangat sebentar, berkah dan rahmat Alloh SWT, setidaknya rumput tersiram dan bumi terbasahi. Minggu 2 Juli 2023 pukul 16:47 WIB aku baru mulai latihan menulis sore ini. 

Nyelip adalah tindakan menggiling sesuatu. Nyelip diambil dari kata selipan adalah ungkapan bahasa ndeso yakni dari kata penggilingan, selipan sama dengan penggilingan, semisal penggilingan beras alias selipan beras, nah ini selipan kopi berarti penggilingan kopi, nyelip kopi berarti tindakan menggiling kopi. Hahaha, opo lah iki. Kopi yang sudah digilas dari kulitnya kemudian di jemur sampai kering kemudian diselip, untuk diambil biji kopinya, cangkang alias kulit ayam dari kopi dan kulit cherry dibersihkan dengan diselip, sehingga bersih menjadi green beans dan green beans ini yang nantinya dijual ke pengepul atau kepasar. 

Pagi subuh tadi, biasa dengan aktifitas ku, pulang dari mushola tadarusan sebentar, hari ini aku tidak pergi ke gubuk singgah ku, pun tidak kerumah simbah. Aku membantu Bapak ku membawa kopi ketempat penggilingan. Jam enam kurang aku sudah mengeluarkan motor, beberapa karung kopi sudah siap didepan rumah, motor tanpa aku panasi, starter engkol, mesin bunyi dan kopi langsung aku naikkan kemotor satu karung didepan dan satu karung lagi dibelakang. 

Nglangsir bolak-balik beberapa kali ketempat penggilingan. Waktu sudah agak siang, Bapak ku pun bergegas berangkat kerja. Aku selesaikan karung demi karung kopi sampai semua karung terkumpul di depan penggilingan, karena pemilik selipan sudah pasti tahu, jadi aku tinggal saja, sembari menunggu kopi diselip alias digiling, aku pulang dan kesempatan ku sembari menunggu kopi, waktu yang ada aku manfaatkan untuk membaca buku. 

Tak terasa membaca buku, buka hape jam sudah menunjukkan pukul sembilanan aku beranjak untuk menunaikan ibadah sholat dzuha, usai sholat aku tanya kepada Simbok terkait kopi dipenggilingan sudah bisa diambil atau belum, Simbok pun menjawab sudah jadi, ambil sekalian bawa uang 200 ribu biar sekalian lunas, kalo kurang nanti ambil lagi. Aku ambil uang dan aku segera mengeluarkan motor dan langsung menuju penggilingan. 

Kebetulan pemilik penggilingan mas Muhammad Azro'i masih didepan rumahnya, langsung aku tanyakan berapa biayanya, "engko seg tak delok bukune" ungkap dia dan dia pun masuk kerumah mengambil buku catatannya, total dua kwintal biayanya 209 ribu, aku bayar yang 200 terlebih dahulu, karena cuma membawa 200, "sembilanan ribunya nanti ya" ungkap ku, "siap, gampang" kata dia.

Disebrang ada dua pemuda mas Alik dan mas Nur Khafidzin alias Grandong, mereka menawarkan kopi sama rokok, aku jawab "aku sudah lulus merokok dan kopi", "tenan wis ora ngerokok ora ngopi po?" sahut mas Alik, "iyo alhamdulillah wis khatam" jawab ku, "keren, aku barang pingin mandek ngerokok", "gek enggal, tapi harus ada telat kuat", disini malah ngobrol sama mereka. "Ngobrol terus ora rampung gawean ku, tak nglangsir iki balek seg" sembari mengahiri perbincangan. Tak lama kopi sudah siap di motor, langsung aku tancap gas. Klaim ini cuma bolak-balik empat kali, karena sudah bersih dari kulitnya, jadi lebih sedikit tapi lebih berat. 

Lumayan sudah lebih dari angkat barbel, keringet gembrobyos. Sampai rumah ku taruh diteras depan, Simbok masih menjemur kopi yang masih basah. Langsir kedua, mas Alik dan mas Grandong masih duduk didepan rumahnya, nawarin gorengan dan aku iyain tok, mereka pun bergegas meneruskan kerjanya dan aku juga terus melangsir kopi, kali ini aku bawa tiga karung, dua karung aku taruh didepan dan satu karung dibelakang, jalan seratus meter kopi yang dibelakang jatuh, karena tidak aku ikat, dan jog moge licin, di ketawain tukang sayur, hahaha.

Aku tinggal untuk meletakkan yang dua karung, terus aku ambil lagi. Begitupun langsiran yang ketiga juga tiga karung dan jatuh juga, terakhir di tempat penggilingan sisa satu karung, aku ambil dan sekalian ambil yang tadi jatuh.

Semua selesai sekitar jam sebelasan, langsung ambil minum banyak-banyak dan rehat diteras belakang ngeringin keringat, sembari minum sembari mendengarkan RRI Semarang. Keringat kering, bergegas aku mandi, selesai pas dzuhur, kemudian aku sholat, nonton TVRI Klik Indonesia Siang sampai tertidur cukup pulas, bangun bergegas ambil air wudhu dan tak lama kemudian kumandang adzan ashar. 

Hujan cukup deras, tapi alhamdulillah cuma sebentar, sholat ashar sejenak, sepupu ku si Agus Nirvana manggil-manggil aku, ngajak bareng untuk mendatangi undangan tahlil di kampung lord, aku pun membonceng dia dan langsung ke rumah tahlil, karena hujan jadi tahlil dirumah tidak di makam. Selesai tahlil, ambil berkat Besek makanan dan langsung pulang. Sampai rumah langsung makan, bikin minum, ambil cemilan, buka kompasiana. Latihan menulis. Sampai ini maghrib. Hahaha. 

Bertahan disatu situasi dan kondisi untuk lebih mendalami akan suatu hal itu ternyata jauh lebih baik ketimbang aku main jauh dan banyak wawasan tapi masih belum bisa sedalam ini. 

Alhamdulillah, sekarang tinggal sholat maghrib. Pukul 17:58 WIB. Latihan menulis aku akhiri, matur sembah nuwun. Nitip sehat, semangat dan jangan lupa bahagia. Barokalloh. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun