Mohon tunggu...
Amerta Raya
Amerta Raya Mohon Tunggu... Petani - Petani

Catatan Manusia Pelosok Desa

Selanjutnya

Tutup

Diary

Mau Melihat Karakter Ku Lihat Saja Bagaimana Aku Makan

1 Juli 2023   18:54 Diperbarui: 1 Juli 2023   21:23 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hahaha, apa lagi ini, konsep dari mana, ilmu dari mana, hahaha. Sore ini Sabtu 1 Juli 2023 pukul 16:48 WIB, latihan menulis lagi, semangat memasuki bulan baru, hihihi.

Entahlah idea dari mana ini, aku teringat dulu kala kerja freelance wrapping sticker on car, di Jogja kala itu, ini terjadi sudah sangat lama, kurang tahu persis hari, tanggal, bulan dan tahunnya, sekitar tahun 2016an. Aku kerja freelance ikut mas Koko, Mas Yazid, lik Tri dan Bimo, tapi jika garapan cuma satu unit mobil biasanya aku bertiga dengan mas Koko dan Mas Yazid saja. Kami kerja berangkat sekitar jam tujuh malam, berangkat dari sebrang Ambarukmo Plaza menuju bantul, memasang sticker body mobil perusahaan neutron bimbel. Waktu itu ada beberapa mobil, jadi kami mengajak lik Tri dan Bimo, semua pasang sticker branding full body, kami kerjakan setiap malam sampai seluruh unit mobil selesai, dua orang bisa menyelesaikan satu mobil dari jam tujuh malam sampai sekitar jam dua dini hari, tergantung juga jenis mobilnya, semakin bentuknya kotak seperti bus itu bisa cepet, karena media pemasangannya stickernya tidak banyak lekukan jadi mudah. 

Usai memasang sticker mobil terakhir, kami pulang dan mampir warung makan, di Jogja warung makan yang buka 24 jam itu jenis warmindo (warung mie indomie), biasanya mas Koko membelikan makan dipertengahan kerja, dibungkus kita makan bersama ditempat kerja, setengah kerja sembari istirahat. Yang terakhir ini kami makan bersama usai kerja di warmindo. Menu yang kami pesan adalah "magelangan" yakni indomie goreng dicampur dengan nasi terus digoreng, atau nasi goreng dicampur indomie goreng. Hahaha. Pokokmen itulah "magelangan", kalau ke Jogja mampir burjo/warmindo pesan menu magelangan, biar bisa mencicipi rasanya juga. Tapi enak/tidaknya juga bergantung siapa yang masak. Seperti hidup juga, mesra dan harmonisnya sebuah kehidupan terlebih dalam sebuah keluarga ya tergangantung yang mengolahnya, siapa yang menjadi koki dikeluarga itu yang mampu meramu keharmonisan rumah tangga. Hahaha.

Sembari menunggu pesanan mateng kami ngobrol terkait dunia perstickeran. Ditengah obrolan satu porsi mulai keluar, porsi pertama dikasihkan ke mas Yazid terlebih dahulu karena dia sudah sangat kelaparan, hahaha. Nah masih sambil menunggu porsi selanjutnya, perbincangan kami sudah ke persoalan makan. Disitu mas Koko mengatakan "karakter tanggung jawab seseorang itu bisa dilihat dari makannya" dan menjelaskan seperti ini, "makan, apapun yang dimakan akan menunjukkan tanggung jawab dari orangnya, jika makannya bersih, enak tidak enak dimakan habis, diam dan menikmati, berarti seseorang tersebut mampu bertanggung jawab dalam kehidupannya dengan tuntas dengan tanpa banyak omong, jika habis tapi komplain ya sama saja dalam kehidupannya tanggung jawab tapi banyak omong, yang parah lagi kalau makan sudah tidak habis dan nyacat-nyacat makanannya pula". 

Semenjak itu aku mencoba mengamati danpraktikkan perkataan mas Koko itu, pertama kali aku melihat diri ku sendiri, bagaimana aku makan, habis atau tidak makannya, enak tidak enak ya aku makan, sampai aku menuai hakikat dari perkataan itu, sampai detik ini aku merasakan ada buah manisnya yang aku tuai, aku benar-benar merasakan akan perkataan mas Koko itu. Ternyata hal kecil yang sangat sepele ini beneran bereaksi, terlebih kalau makannya habis bersih, terus piring kotornya langsung dicuci, aku yang mengotori piring itu pun aku yang bertanggung jawab membersihkannya, bukan Simbok yang nyuci aku yang mengotori, malah harus sebaliknya, piring kotor Bapak dan Simbok aku yang bersihin, aku yang mencuci. Tapi ya wallohualam. Entah apakah aku hanya tersugest oleh kata-kata itu, dari dua unsure kata yang menonjol yakni kata "makan sampai habis dan piring bersih" dan kata "tanggung jawab", mungkin ini juga mensugest diri jadi menjadikan aku setiap kali makan harus habis dan bersih dan kata tanggung jawab itu pun mensugest diri untuk senantiasa bertanggung jawab akan segala hal dalam kehidupan ku. Wallohualam.

Maghrib, rehat dulu, sholat, sudah pukul 17:46 WIB. Lanjut nanti latihan menulis lagi. Lanjot yok lanjottt hahaha. Pukul 18:39 WIB alhamdulillah sholat maghrib sudah terlaksana. 

Aku mencoba melakukan pengamatan akan hal ini, terkait makan dan sikap tanggung jawab, ku lakukan pengamatan terhadap banyak kawan-kawan ku entah kawan kerja atau kawan kos dll. Aku mencoba melakukan MCK (Mengamati Cermati dan Kaji), hasilnya cukup relevant, dan aku tak jarang menanyakan kepada diri sendiri "apakah ini benar?" tapi kenyataannya demikian, yang makannya selalu sisa, ya demikian tanggung jawab dalam kehidupannya banyak aku temui yang tidak tuntas. Tapi semua ini yo mbuh kabeh, wallohualam, atau cuma kebetulan saja, tapi kalau kebetulan kok banyak dan hampir sama, yang aku amati tidak hanya satu orang soalnya. Hahaha.

Tapi alhamdulillah, hal tersebut membuat satu sikap dalam diri ku sendiri, makan ya harus bersih, terlebih aku suka makan dengan tangan langsung, nikmatnya beda, dimana tangan langsung bersentuhan dengan mulut sama mulut menyentuh sendok itu nikmatnya berbeda. Hahaha. Alhamdulillah aku makan jadi selalu habis bersih, enak tidak enak kalau sudah aku ambil ya harus aku makan habis tanpa sambat dan tanpa nyacat. Hahaha. Selebihnya kalau dirumah ya piring kotor aku cuci sendiri. Membentuk habits disiplin dan bersih karena kebersihan sebagian dari iman. Jadi aku cinta bersih agar iman ku penuh. Hahaha. Karakter dan sikap tanggung jawab tercermin dari hal yang kecil dan sepele. Alhamdulillah. Barokalloh. 

Sudah pukul 18:50 WIB, latihan menulis aku akhiri dulu, sampai disini, matur sembah nuwun. Nitip sehat, semangat dan jangan lupa selalu bahagia. Barokalloh. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun