Mohon tunggu...
Amerta Raya
Amerta Raya Mohon Tunggu... Petani - Petani

Catatan Manusia Pelosok Desa

Selanjutnya

Tutup

Diary

Rengekan Mesin Penebang Kayu Membangunkan Tidur Siangku

27 Juni 2023   20:40 Diperbarui: 27 Juni 2023   20:46 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat aku ke sawah balong untuk melihat biji cabai yang aku semai, sekitar jarak 100 meter, ketemu lagi dengan lik Muhammad, sedang ngobrol dengan suwo Bukhaer yang baru saja selesai menyiram pohon tembakau tanamannya, mereka sembari gawe udhut alias rokok ngelinting sendiri bahasa kerennya hand rolling tobacco. Hahaha. Aku basa-basi dengan suara teriakan karena jarak kami lumayan jauh dan noise alias bising suara gericik air. Aku sembari metik cabai merah untuk aku semai, lik Muhammad teriak bilang "ho'o sebar kono engko yen wis gedi nyong njaluk bibite tak tandure", aku jawab "iyo tak sebar kono paculan elor", "kidul wae ben nyong weruh yen wis gedi gari mbedol" sahut dia dan aku keta ku jawab "gampang nek wis gedi tak omongi, engko geri mbedol ae" disela obrolan kami yang mbengak-mbengok dengan volume tinggi, suwo Bukhaer ketawa-ketawa saja.

Usai metik beberapa cabai merah dan sambil mbengak-mbengok adu suara dengan lik Muhammad, aku jalan ke utara ke sawah, sepetak kecil tanah yang sudah berbentuk gundukan dengan cangkulan yang tertata dengan barisan rapi. Aku lembutkan tanah cangkulan yang satu gundukan untuk menebar biji cabai yang baru saja aku petik. Seluruhnya sudah aku sebar dan aku ambil awu alias abu bakaran rumput untuk menutupi biji cabai yang aku semai, sekalian menjadi pupuk, terus aku ketemu lik Imbuh, dia sedang besik alias bersihin gulma diladangnya, kami ngobrol sejenak tema kopi dan kapulaga, kebetulan uwuh alias gulma yng sudah dikumoulkan dia bakar dan abunya aku minta untuk menambah yang tadi sebagai rabuk organik. Tak lama lik Imbuh tak suruh meneruskan aktifitasnya, kalo ngobrol mulu keasikan nanti aktifitas dia tidak selesai, kasihan. Hahaha. Aku langsung ambil abu satu ember padat dan langsung aku bawa ke penyemaian biji cabai, aku ratakan abu untuk menutupinya, semua sudah rata dan aku beranjak ke gubuk lewat kebunnya lik Imbuh lagi, sembari meneriaki dia untuk liren alias rehat ngopi, "iyo oke, nyong wis gowo kopi" sahut lik Imbuh.

Aku terus berjalan sampai di gubuk lihat jam sudah pukul setengah dua belasan, rehat sejenak, buka buku, sembarienunggu adzan dzuhur. Tak lama kumandang adzan sayu-sayu mulai terdengar, lik Imbuh sembari memikul kayu datang menuju arah jalan pulang, melewati depan gubuk ku sembari teriak ngajak pulang "ayo balik wis dzuhur" katanya, aku jawab "aku sholat kene ae, sisan meh adus ning kali", terus aku memetik daun cukra-cakri, lumayan untuk lalapan, sama metik buah ciplukan sejenis berry manis enak, baik buat pencernaan, ambil buku diteras dan aku bawa masuk beserta cukra-cakri dan ciplukan kuletakkan amben alias diresban dalam gubuk, kemudian aku bersih-bersih, wudhu, ganti baju dan sarung, membentangkan saja dah kemudian sholat dzuhur. Usai sholat dzuhur sembari mendengarkan radio lirih sembari tiduran sampai merem. Alhamdulillah. 

Rehat lagi, sholat isya' dulu sudah pukul 19:25 WIB, lanjut lagi latihan menulis usai sholat. Barokalloh, Alhamdulillah pukul 19:48 WIB sudah melaksanakan sholat isya', lanjut latihan menulis lagi sembari nonton TVRI Indonesia Bicara, tema pelaksanaan qurban. Pemandu berita mbak Maya Kariem, yang sangat anggun dengan hijabnya. TVRI selalu sajian berita terupdate dan keren. Hahaha. Mung yo isih ono tayangan sing ditayangkan secara berulang-ulang ae. Dasar TVRI. Hahaha.

Tidur siang ku di gubuk cukup pulas. Aku kebangun karena suara mesin penebang pohon yang santer ditelinga. Cukup kaget saking kencengnya suara mesin sudah seperti motor trial, bising polusi suara. Menebang pohon sengon di dekat gubuk. Aku masih tiduran tapi sudah tidak bisa merem, tak lama rombongan bocil datang terial manggil-manggil aku mau minta ceting/besek keranjang plastik mau buat cari ikan disungai sambil renang bebas disungai, kebetulan airnya sedang jernih banget karena musim terang, tapi aliran airnya kecil, cuma ya karena kedung ya jeru alias dalam, lumayan kedalaman satu meter sampai satu setengah, buat renang bocil ya klelep alias tenggelam, kalo tidak jago welah alias renang ya main air yang dangkal. Teriakan gerombolan bocil aku jawab tidak ada, adanya plastik, mereka puneneruskan asyik main air. Aku masih tiduran sembari mendengarkan radio. Suara senso alias mesin penebang pohon semakin kencang, tepat dikebun atas gubuk ku jarak 20 meteran. Aku semakin tidak nyaman dengan rengekan mesin itu dan bergegas bangun lihat jam, kurang lebih sekitar pukul tiga kurang seperempat, mendengar bocil-bocil pada pulang karena gerimis mulai datang, aku beranjak turun tangga dan langsung ke sungai, pipis, wudhu, menunggu ashar, masih sambil mendengarkan radio, tak lama kumandang adzan menggema berurutan dari masjid kampung watuputih, kampung jetis, kampung wonosuko, kampung patoman, kampung nglurug, kampung gondang, dan kampung wadas. Menunggu adzan usai sambil merapikan sarung yang aku buat selimut dan handuk yang aku buat sebagai bantal dan sajadah sebagai alas sandaran. Bentangkan sajadah dan sholat, Usai sholat, sejenak menunggu gerimis reda dan aku jalan ke atas kerumah Simbok tercinta. Sampai di atas tanjakan pertama ketemu rombongan pekerja yang menggotong kayu yang barusan ditebang sekurangnya ada 8 orang, aku sapa mereka yang sedang rehat dan aku sambil terus berjalan. Sampai di jalan besar timur lapangan voli, matahari muncul kembali, bias sinarnya syahdu, sore habis hujan langsung panas, nuansanya romantic banget. Melihat ayam sedang menceker-ceker cari cacing pokokmen nuansa kampung yang syahdu.

Dan terus jalan sampai permukiman, dirumah pertama ada mas Budi sedang duduk diteras dia menawarkan kopi, aku jawab oke, aku sambil jalan ditengah jalan tapi menoleh ke mas Budi sambil basa-basi, dan ketika menoleh kejalan langsung kaget ada mobil lewat, sopirnya ketawa sambil menyapa aku, hahaha. Terus aku jalan, sampai rumah ritual salam hahaha, meletakkan sayur cukra-cakri kedapur, dan menaruh tas, ngecas hape diteras belakang. Kemudian buka kompasiana latihan menulis. Sampai ini baru selesai. Hahaha. 

Alhamdulillah, beginilah cerita hari ini, sangat terasa asik kala aku menikmati dan menerima semua ini, rahmat, karunia dan anugerah illahi yang sangat agung. Alhamdulillah, Barokalloh. Sudah pukul 20:39 WIB, aku akhiri latihan menulis hari ini, lanjut nonton TVRI sambil tiduran sampai tidur beneran. Semoga Alloh SWT masih memberi waktu untuk cerita besok. Matur sembah nuwun. Nitip sehat, semangat dan jangan lupa untuk selalu bahagia, tersenyumlah kepada semua orang yang kita temui. Indonesia sehat, Indonesia bisa, Indonesia cerdas, Indonesia maju, Indonesia emas. Barokalloh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun