Mohon tunggu...
Amerta Raya
Amerta Raya Mohon Tunggu... Petani - Petani

Catatan Manusia Pelosok Desa

Selanjutnya

Tutup

Diary

Nyunggi Pisang Raja Nangka

18 Juni 2023   20:23 Diperbarui: 19 Juni 2023   07:48 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hahaha, apa itu nyungi? Nyunggi adalah memikul beban diatas kepala. Hahaha. Minggu 18 Juni 2023 pukul 18:37, Usai sholat maghrib sembari nonton TVRI Klik Indonesia Petang, Berita dipandu elok oleh mbak Maya Kariem yang tampil anggun dengan warna baju yang sangat cerah dan Mas Adi Priatmoko yang tampil gagah dengan dasi yang warnanya senada dengan baju mbak Maya.

Tadi aktifitas ku lumayan melelahkan, pagi urusan ku dengan Alloh SWT sholat subuh, dari mushola selesai jam 05:15 WIB pulang dari mushola langsung ke toilet. O, ya tadi aku pakai baju batik motif mega mendung lengan pendek warna pink, hahaha, sarung dengan warna peach, kupluk putih lusuh, hahaha. Usai dari toilet, aku ambil tas kecil dan hape aku cabut dari cascasanya dan aku bawa. 

Kali ini aku tidak lewat jalan biasanya, aku tidak mampir ke rumah simbah, aku lewat jalur selatan, lewat gili wangan alias bantaran tanggul sungai irigasi. Aku jalan sampai dengan timur desa, sampai lapangan voli. Melihat langit kampung ku lagi nampak bagus kamera hape aku nyala kan, ku ambil video tidak ada satu menit, dua kali take video dengan dusari hitungan detik. Take video ketiga sudah gak bisa, hape mati, bateray ngedrop. Jadi harus super sabar untuk bisa ambil video satu menit saja butuh perjuangan. Tidak ada power bank juga. Maklum. Hahaha. Wis pokokmen opo anane alat ae. Hahaha.

Hape mati, aku langsung bergegas jalan menuju gubuk singgah ku tercinta. Dijalan aku ketemu mbah Mualimin sedang nurutin banyu, lheb alias mengairi sawah. Ya biasa basa-basi menyapa sambil terus jalan. Dia salah satu yang dulu pernah meremehkan aku, dia juga termasuk salah satu orang yang mengkikis sedikit-demi sedikit jalan setapak yang selalu aku lewati  ini, dia kikis jalan dengan cangkul secenti demi secenti tak lain untuk melebarkan sawahnya, yang dulu nya lebar jalan dua meter lebih sekarang tinggal satu meter. Hahaha. Aztaghfirulohal adzim. 

Sekarang kalau ketemu aku dia isin alias malu salting, hahaha. Ya karena ulah dia sendiri. Aku biasa biasa saja sih, aku memaafkan atas sikapnya dulu kepada ku, yang aku benci sifat buruknya bukan orangnya. Orangnya tetep aku cintai. Hahaha. Sehat selalu mbah muslimin, jangan lupa bahagia. Hahaha. 

Aku sampai di gubuk tercinta, buka pintu, salam, biasa mantra masuk rumah aku baca, ayat kursi 3 kali, al-kafirun 1 kali , al-ikhlas 11 kali, sholawat sepuasnya. Hahaha. Sembari me naruh tas, dan segera ngecas hape, dan nyalain radio tape jadul RRI Pro 1 Semarang pas masih ngaji membahas masalah qurban.

Sembari aku mendengarkan radio, aku sambi me lanjutkan ritual pagi, hahaha, baca Yasin, waqi'ah, al-mulk, asma'ul khusna. Sampai dengan jam 06 lewat, aku masih dengan urusan ku atas diri ku kepada-Nya. Alhamdulillah sampai dengan selesai. Sembari aku baca bukunya kang Ngainun Naim yang belum juga selesai sembari aku memungut sampah kliyang alias daun kering di halaman biar bersih.

Beberapa lembar aku baca, Sorot matahari sudah masuk ke gubuk, menerobos sela-sela rimbunnya pohon, sorotnya menerangi sudut gelap ruangan pawon alias dapur gubuk ku. Sejenak aku tutup buku, dan aku menarik ember mengambil air untuk menyiram rumput halaman dan menyiram pohon cabe, pohon tomat, pohon serih, pohon durian yang masih kecil-kecil, menyiram pohon cukra-cakri, menyiram anggrek. Sambil leren alias rehat cape, aku manfaatkan untuk baca buku lagi walau cuma dapat setengah lembar. Lanjut aku teruskan besik mbedoli suket alias bersihin rumput. Hahaha

Tak terasa waktu sudah jam 09an. Aku ambil sabit, aku jalan ke ladang sekurangnya jarak 300 meter, nengok pisang yang udah tua. Satu pohon sudah tua, pisang raja nangka dan langsung aku tegor gedhange alias petik pisangnya. Lumayan kasihkan simbok biar di bikin keripik pisang. Aku platoki pohonnya pakai sabit, ehhh karena garan alias gagang pegangan sabit sudah gapuk alias rapuh, malah pothol alias patah. Alhamdulillah sedikit sudah bisa aku tarik dan ambruk alias roboh. Aku potong pisangnya, aku rapikan potongan pohonnya, aku cari tugelan garan aritnya alias mencari potongan pegangan sabit. Ketemu, langsung aku sunggi pisang aku bawa ke gubuk. 

Sampai gubuk aku berharap ada orang lewat yang biasa kesawah bawa motor, mau tak pinjem motornya buat bawa pisang, karena tandannya lumayan besar dan berat. Sambil menunggu ada orang, sambil dengerin RRI, sambil menikmati gemericik air, sambil baca buku lagi. Hahaha. Tak lama Lek Imbuh datang, hihihi, kalungnya kontak motor, langsung dah tanpa basa-basi aku pinjam motornya buat bawa pisang.

Pisang aku panggul alias sunggi alias dibawa diatas kepala. Jalan nanjak 50 meter sampai motor parkir, pisang aku naikkan motor, coba aku selah engkol, dan jreng... Nyala.. Ketemu mas budi sedang cari ramban alias pakan kambing, basa-basi aku sapa. Terus aku jalan nganter pisang ke rumah Simbok. Ketemu orang nyangkul aku teriaki liren-liren!!!! Alias istirahat-istirahat!!!! Mereka jawab Iya!!! Kok gedhange siji tok!!!! Aku jawab iyo on onone!!!! Sambil terus jalan. Sampai rumah Simbok langsung aku taruh di teras belakang. Nah saat njunjung alias ngangkat pisang dari motor, pisang aku taruh didepan karena motor bebek. Begitu aku angkat, ehhhh kontak motor tidak ada, wah jatuh ini... Duhhh...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun