Kaminpindah dari hotel usai pengumuman, kami langsung ke GBK survey lokasi, dari GBK kami ke Pesaing Kapuk, menemui kawan kampung ku yang me rantau kerja didaerah tersebut. Kami ketemu, ngobrol banyak, aku pun minta dicarikan kos yang murah.Â
Menemukan kos 300rb per bulan kamar mandi luar, umum. Dekat jalan raya pesing, jadi gampang aku untuk menunggu bus ke GBK. Kakak ku pulang dan aku mulai tinggal dikos sendiri. Setiap pagi aku laju naik bus ke GBK, pulang sore, untuk latihan dance, modeling dan acting. Hahaha. Wagu sekali kisah ini, hahaha. Beberapa minggu setiap pagi aku naik kopaja dari jembatan pesing sampai halte gang indosiar, turun langsung naik busway sampai GBK. Aku menikmati dengan ke sendirian ku kala itu.
Tadi aku maghrib aku tunda latihan menulisnya, buat maghriban. Terus ini lanjut lagi latihan menulisnya. Lumayan beberapa kaliamat sambil nunggu isya' sambil nonton TVRI Klik Indonesia Petang. Lanjut selesai latihan di GBK, aku persiapan untuk acara puncak di WTC Mangga Dua. Jreng!!!! Tiba pada harinya, 31 Januari 2010, Pagi-pagi banget aku berangkat ke WTC, ini sudah sendirian terus. Sampai disana peserta lain sudah pada kumpul, kami latihan dulu di panggung yang sudah tertata apik.Â
Latihan beberapa kali aku sering salah gerakan, otomatis dimarahi pelatih, hahaha, diketawai kawan-kawan peserta lain pula, tak luput pengunjung mall juga udah ngemall pagi-pagi ikut nonton ketawa, aku ikut ketawa aja biar pecah suasana, beberapa kali gerakan sengaja aku salah-salahin biar pada ketawa, hahaha. Tak lama acara dimulai, diliput oleh beberapa stasiun TV lokal Jakarta. Hahaha. Masuk tipi pertama kali dan seumur-umur baru sekali itu masuk tipi. Hahaha.Â
Ada orang kampung pondok ku yang punya para bola nonton chenel Otv pas acara aku dipanggung, pas aku sudah pulang kerumah temen pondok ku ngomong kalo dia liat aku di tipi, Hahahahaha. Ternyata aku konyol. Seusai selesai acara di WTC Mangga Dua, kami ke Studio Be One Talent School, disini kami latihan acting lagi, memerankan peranan yang sudah ditentukan oleh panitia, naskah suruh improve sendiri. Selesai latihan acting, kami mendapatkan penawaran kontrak shooting perdana dengan Frame Ritz, Kala itu masih peran figuran, beberapa kali, mana bayaran tidak cukup buat transport pulang pergi ke tempat shooting, kalo telat potong separuh bayaran.Â
Waktu itu sekali ikut shooting paling 50-100rb. Terangkat pagi, sampai TKP bengong nunggu main sampai sore, shooting cuma beberapa jam, nunggunya doang yang lama. Nah untuk diteruskan kontrak kerja dengan Frame Ritz harus ada persetujuan orangtua nih, surat harus ada tanda tangan orangtua.
Aku pulang ke kampung buat minta persetujuan orangtua, bekas semua sudah aku siapkan. Berhubung uang ku mepet banget, aku minta ke ibu kos yang separoh kemarin aku udah bayarkan aku minta dulu, lama negosiasi ke ibu kos dan bapak kos, akhirnya bikin alasan aku harus pulang dulu mendesak karena simbah meninggal (memang sudah meninggal agak lama) hahaha. Akhirnya dibolehin dan dikasih sebagian duitnya, aku berkemas, cari ticket, besok paginya pulang kampung. Hahaha.Â
Selama tinggal dikos, waktu luang ku aku Sering berkunjung ke kawan-kawan kampung yang merantau disana, aku jalan sendiri muter-muter naik busway serebu perak bisa keliling Jakarta. Senengnya main ke kawan kadang suka dikasih duit pas pamitnya, kawan-kawan yang peduli. Aku cinta kalian pokokmen. hahaha. Ada kawan yang kerja di ITC Mangga Dua sebelah WTC aku samperin, di mall Cijantung, Cililitan, Roxy, Blok M, semua aku samperin. Tak jarang kawan-kawan main ke kos ku jua. Pas aku udah pulang, sampai rumah rembuk alias musyawarah lagi nih dengan orangtua terkait persetujuan kontrak kerja.
Simbok sudah mendukung, nah Bapak ku kolot, tidak memberi ijin, temperamentnya muncul, aku dimarahin diceramahin blah-blah-blah, pokokmen membuat aku mutung atas sikap Bapak ku. Wal hasil aku gugur menjadi artist debutant baru. Hahaha. Aku kubur angan-angan itu, berkas yang tinggal tanda tangan kontrak aja aku musnahkan. Pokokmen aku mutung. Dulu Bapak suka sepihak seperti itu, tidak mempertimbangkan jauh, setiap apa yang aku lakukan dan baik kedepan menurut ku selalu tidak di dukung.Â
Dulu aku yang masih darah mudanya suka membara ya mutungan, dengan kondisi yang sering seperti itu, Berbeda pola pikir dengan Bapak ku ya aku marah, cuma marah ku diem pergi, atau di kamar tidus, sambil gondok, sambil nulis diary atau nulis di dinding kamar, di amben alias dipan. Kamar ku penuh coretan, keluh kesah ku, marah ku, asmara ku kala itu banyak kucoretkan di dinding, di buku diary juga. Hahaha. Jadi aku nulis ini dengan ambil kategori diary itu juga karena mengingatkan waktu kecil ku, hahaha. Masya'alloh, tabarokalloh.Â
Acara selesai, aku pulang membawa medali dan cetakan sertifikat dan piagam yang ada fotonya kala pemotretan di Salemba. Medal dan sertifikat dibagikan seusai acara dia WTC Mangga Dua. Ya demikian lah cerita konyol ku, gagal menjadi artist, dan kegagalan itu mengajarkan banyak hal untuk diri ku. Alhamdulillah aku mendapatkan ibrahnya.