Mohon tunggu...
Amerta Raya
Amerta Raya Mohon Tunggu... Petani - Petani

Catatan Manusia Pelosok Desa

Selanjutnya

Tutup

Diary

Support Terbaik Tidak Lain adalah Diri Sendiri

12 Juni 2023   12:34 Diperbarui: 12 Juni 2023   12:49 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Hari ini 12 Juni 2023 pukul 11:10 aku memulai mengetik tulisan ini, setelah segala urusan ku dengan arit, rumput, keranjang, cangkul, dan air, lumpur, pun batu, semua insyaAlloh sudah selesai, waktu senggang istirahat sembari melepas lelah, mengeringkan keringat, pun menunggu waktu dzuhur. Waktu yang terbatas ini aku manfaatkan untuk sedikit menulis, walau sekedar tulisan aktifitas ku hari ini, setidaknya untuk mengasah kemampuan menulis ku. 

Pagi buta aku bangun dan kudedikasikan waktu pagi ku untuk pencipta ku, subuh sesekali aku ikut berjamah, sampai selesai dengan dzikir dan wirid berjamaah tepat pukul 5, aku langsung bergegas pulang kerumah orangtua, tak lama aku menyiapkan buku yang belum selesai aku baca, pena, tas kecil dan hape beserta charger. Semua telah siap, eh malah kebelet pipis, khas cuaca pegunungan yang dingin terlebih dipagi hari membuat aku beser alias pingin pipis mulu, hihihi. 

Usai pipis hihihi, aku langsung ambil semua yang sudah siap, langsung aku bergegas ke rumah Paklek ku tak lain untuk menemui simbah, aktifitas ini rutis aku lakukan setiap pagi, sampai ditempat simbah langsung nyetel tipi TVRI acara serambi islami, ikut nyimak dua sekmen membahas terkait utamakan akhirat maka dunia akan mengikuti, pembahas K.H Agus Dermawan "dunia iku senenge sak klentheng rekosone ketigo rendeng" beliau mengatakan seperti itu, Walau dengan logat jawanya yang masih kesusahan, hihihi maksudnya dari ungkapan itu yakni "Dunia itu enaknya cuma diujung lidah sudah habis karena kecil seperti klentheng alias biji kapuk/kapas randu atau sepadan dengan biji pepaya, namun sengsaranya sampai di akhirat" jadi jangan prioritaskan dunia sebagai tujuan, prioritaskan akhirat otomatis dunia ikut "nandur pari sukete katut, nandur suket parine ora katut" alias memprioritaskan akhirat dunia ya ikut, memprioritaskan dunia akhirat lupute. Begitulah dari kanjian TVRI serambi islami tadi pagi. 

Dua sekmen aku langsung pamit dengan simbah ku untuk jalan ke gubuk tercinta. Dijalan ketemu Paklek ku sedang menyapu, cium tangan, sedikit ngobrol, ketemu orang dari buang sampah juga aku sapa dengan senyum setulus mungkin, ketemu lagi orang sedang membakar uwuh alias sampah organik, tetep sapa dan sajian senyum dari hati (kemampuan sedekah ku yang masih sederhana), alhamdulillah semua orang yang aku temui senyum simetris. Dengan kita senyum yang tulus insyaAlloh akan mampu mengobati hati setiap insan.

Lanjut jalan Menuju gubuk tinggal 200 meteran, tidak ada orang lagi yang aku temui, hanya rumput, air, udara pagi yang dingin, padi dan peohonan, semua yang hijau masih nampak kehitaman, dan warna muda dan terang nampak sedikit putih, terbalut oleh langit yang indah, sedikit berawan tapi masih nampak cerah, merah merona diujung timur, Bias matahari yang mulai meninggi. Bulan sabit masih diatas kepala, mengiringi langkah kaki mungil ku, dan Menghiasi elok langit pagi. 

Sampai dengan gubuk tercinta, disambut gemericik air disela bebatuan kali yang sedang lumayan jernih alirannya. Kubuka pintu gubuk ku dengan salam walau tidak ada orang, tapi insyaAlloh malaikat menjawab salam ku, atau bahkan mungkin Jin yang menjawab Salam ku hahaha, aku juga ucapkan "assalamualaina wa ala ibadikas sholih in dan iringi membaca sholawat Jibril, ayat kursi 3 kali, Al-Kafirun 1 kali, dan Al-Ikhlas 11 kali" aku belajar untuk terus membiasakan diri membaca beberapa surat tersebut kala masuk rumah (untuk bacaan ritual ku setiap masuk rumah hahaha). 

Sejenak meletakkan semua yang aku bawa, lanjut ngecarge hape dan menyala kan radio RRI Pro 1 Semarang. Sambil aku me lanjutkan ritual ku hahaha, sembari mendengarkan radio. Saya membaca buku wajib ku dulu, buku kecil surah Yasin, surah Waqi'ah, surah Tabarok dan Asma'ul Husna, bagian ritual ku untuk memulai hari. Setelah itu aku lanjut membaca buku bacaan yang belum selesai, dari yang paling pokok dulu, biasanya memakan waktu 2-3 jam, saking keasyi'en membaca. Sampai dengan jam 9an sejenak meluangkan waktu untuk menghadapi Alloh SWT dengan sholat dzuha, diterima atau tidak itu urusan-Nya Hak prerogative Alloh SWT, kebutuhan ku cuma menghadap kepadanya. Selesai sholat dzuha aku ambil arit alias sabit untuk bersihin halaman dan mbedoli suket alias nyabuti rumput sekalian ngarit alias ngerumput, selesai ngerumput aku mengambil cangkul untuk sedikit nyesrek tanah cangkulan yang aku tanami tomat. Semua sudah aku siram, semua sudah aku rasa beres, aku bersihin nyuci cangkul dan sabit, kembalikan ketempat semula. Sejenak sambil rehat sambil lanjut membaca lembaran-lembaran yang belum selesai. Jam 10:44 aku jalan pulang kerumah wongtuo, dijalan ketemu beberapa ibu Tani sedang matun alias bersihin rumput liar yang ada disela tanaman jagung, sembari mengajak ngobrol, semoga mereka diberkahi Alloh SWT, lanjut jalan ketemu Paktani agak jauh dari jalan ku, mereka sedang mencangkul dan aku teriaki "LIREN!!!" alias rehat, mereka turut teriak dengan menjawabinya "IYO, SIAP!!!" dan mereka tersenyum, senang rasa ku dengan kearifan lokal kampung ku. Lanjut jalan ketemu tetangga lagi nyapu, basa-basi menyapa sambil lanjut jalan pulang sampai rumah wongtuo (biasa ritual salam) dan langsung sambil nyalain hape buka kompasiana nulis, hahaha.

Dan beginilah keseruan ku setengah hari ini. Aku merasakan betapa Support Terbaik Tidak Lain Adalah Diri Sendiri. Ya diri sendiri, dan sebaliknya musuh terberat pun diri sendiri dan aku bisa melawan diri ku sendiri, berdamai merangkulnya menjadi partner yang paling aku cintai. Aku harus melewati semua keterbatasan ku, keadaan terbatas tidak menyurutkan ku untuk berkarya, keterbatasan adalah pemantik api yang mengobarkan tekad dan semngat untuk menggapai masa depan ku yang sangat cerah secerah mentari dan penuh dengan warna bag pelangi, I love myself. Barokalloh 

Demikian aku akhiri karena sudah jam 12:33 WIB, aku pamit sholat dzuhur dulu, Nitip sehat, semangat dan jangan lupa selalu bahagia, Barokalloh. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun