Tak semua legenda selalu terkenal, namun ia akan selalu dikenang. Sebut saja ia Condo, dapat dipanggil Pak,mas, atau lainnya. Ia merupakan pengusaha pariwisata di Labuan Bajo, sebuah tanah indah dengan hamparan laut dan beragam biota. Sebut saja ia seniman! Mengukir hidupnya dalam seni kontemporer yang sangat menantang.
Mas Condo lahir tahun 1963 di kota Purwokerto, saat itu merupakan sebuah kota kecil di lereng Gunung Slamet Jawa Tengah. Memiliki jiwa bebas sejak muda, ia tak enggan untuk bolos sekolah, pergi melancong, dan memudahkan hidup. Memang dikenal sebagai "berandal", ia berjalan kaki hingga ratusan kilometer jauhnya. Kadang tanpa alas kaki, kadang tanpa uang dalam diri.Â
Lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) tahun 1982, ia membulatkan tekad untuk merantau tanpa titik tuju. Ia berjalan kaki ke timur, terkadang ia menumpang kadang ia terkurung alam.Â
Saat itu ia mendaratkan tubuh di pulau Dewata Bali, masa itu Bali masih sepi walau mulai merangkak untuk jadi. Ia berhenti sejenak, melihat daratan surga yang dikenalnya namun ia tidak meminangnya menjadi tanahnya. Kenapa Dewata seindah itu dirasa kurang? Entah, hanya alam pikirnya dan filosofinya yang menjawab. Ia terus melangkah ke timur.Â
Jika Bali bukan pilihan, lombok pun ia lewatkan. 6 bulan lamanya ia berjalan, akhirnya ia tiba di Labuan Bajo, Pulau Flores. Ya,tahun 1982 disaat Bali disiapkan jadi surga wisata, Labuan Bajo hanya sebuah kota kecil pemikat ikan. Ia memutuskan bahwa ini tanah jajahannya. Iya, jajahan untuk dirinya sendiri.
1.448 km, total ia tempuh untuk memikat, dengan kedua kaki, hanya sendiri. Bajo, surga. Yang ia pikirian hanya cara hidup dengan "passion" serta cinta. Di awali bekerja sebagai ranger hutan serta di bekali tekad, ia mulai merintis dalam duka maupun suka. Dalam arti cinta sesungguhnya semua begitu indah. Dipercaya menjadi ranger memberikan sebuah hasil disaat siangkat menjadi pegawai tetap, dengan mudah menjadi Pegawai Negeri Sipil, impian semua orang saat itu. Keputusannya mudah ditebak, ia menolak tawaran tersebut. Apa yang ia sampaikan? Sumpahnya terlalu mengerikan untuknya. Ia takut tatkala kebebasannya dirampas oleh jabatan dan kedudukan, sehingga ia tak dapat mengabdi kepada dirinya sendiri.
Tahun 1990, dimulainya era condo dalam wisata. Ia bergabung dalam agensi travel, mulai memperkenalkan Bajo sebagai tuan rumah. Mencuri ilmu dan memperbudak uang sebagai bayarannya, ia merintis. Keluh kesah apapun takan berani mengusik, terus berjalan dalam lorong waktu. 5 tahun berselang awal rintisan miliknya sendiri. Berhasil memiliki sebuah kapal pinissi kecil mengubahnya menjadi nahkoda orang lain. Kapal tersebut mengantar dan jemput, kebahagiaan dan kesedihan, tenang dan ganas, langit biru dan langit merah.
Bak pendekar ia mengarungi lautan, bertahan sebagai pribumi hingga ia merasakan jajahan neo kolonial berjalan. Kini dari perjuangannya, ia memiliki rumah hunian, resorts, beragam kapal yacht, pinissi, dan kapal diving. Ia tak mencari rupiah, ia hanya mencari kebahagiaan. Senyuman wisatawan ialah bayarannya. Setimpal? Setimpal. Dalam benaknya ia selalu bersyukur hidup di tanah air surga dunia. Baginya, ikan dan udang yang menghampirinya. Layaknya lagu legenda koes plus.