Mohon tunggu...
FOREST SPACE
FOREST SPACE Mohon Tunggu... Jurnalis - Writer |Forester |Ig.nagadragn |Fb.Dra gon |LinkedIn.Fitriyani sinaga
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ruang Hutani, Sosial Budaya, Pendidikan dan Literasi lingkungan Hidup. https://ruanghutani.blogspot.com/?m=1

Selanjutnya

Tutup

Nature

Rumah Ramah Sungai Karang Mumus

28 November 2019   16:55 Diperbarui: 2 Desember 2019   10:10 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu rumah yang berada di Gunung Lingai yang lingkungannya ditumbuhi dengan pepohonan.

Adalah Pak Abdul, yang dulu merupakan warga Gang Nibung, warga yang terkena program lokasi. Mendapat rumah di Talangsari, Pak Abdul merasa tak nyaman tinggal jauh dari sungai. Hingga kemudian membeli tanah di Gunung Lingai dan bermukim disana. Fitriyani Sinaga mendatangin dan mencoba menggali niat awal Bapak Abbdul dalam konsep Rumah ramah Sungai.

Berbeda dari warga lainnya, Pak Abdul menanami kanan-kiri dan depan rumahnya yang berada di pinggir Sungai Karang Mumus dengan Pohon Kademba (Sapat/Kratum/Puri). Pohon ini biasa tumbuh sendiri di tumpukan lumpur pinggir sungai dan tahan terendam air. Pohon dengan batang lurus dan berkulih putih ini bisa ditemui di sepanjang Sungai Karang Mumus mulai dari sebelum jembatan S. Parman hingga Bendungan Benanga.

Pertemuan dengan Pak Abdul menjadi stand point dari langkah GMSS SKM untuk memulai mengibarkan bendera restorasi sungai. Dari susur sungai pula GMSS SKM menemukan salah satu titik yang tersisa di Sungai Karang Mumus yang masih mempunyai tutupan vegetasi alamiah. Kondisi yang paling asli dari Sungai Karang Mumus, gambaran ekosistem sungai dengan komposisi vegetasi dan koneksi dengan rawa-rawa pasang surut di kanan kiri sungai. Lokasi itu kini kerap disebut sebagai Kanopi.

Lewat susur sungai, GMSS SKM semakin memantapkan pandangan bahwa sungai bukan hanya untuk manusia. GMSS SKM kemudian mulai mengkritisi pendekatan terhadap permasalahan sungai yang cenderung antroposentris. Sikap ini disampaikan bukan hanya lewat pandangan melainkan juga dengan aksi, yaitu mengembangkan pusat pembibitan native spesies, atau tumbuhan yang dulu dikenal hidup di tepian Sungai Karang Mumus.

Identifikasi tumbuhan selain dilakukan melalui susur sungai, juga lewat dialog atau cerita dengan warga yang berada di tepi sungai atau warga yang mengenal Sungai Karang Mumus di masa lalu.

Upaya GMSS SKM untuk mengembangkan pusat pembibitan ini kemudian didukung oleh BP DAS HL Mahakam Berau lewat program KBR (Kebun Bibit Rakyat). Dengan dukungan ini, kini GMSS SKM mempunyai Pondok Semai, Bedeng Sapih dan Bedeng Pembesaran yang berada di kompleks SeSuKaMu. Keberadaan pusat pembibitan ini juga dimungkinkan oleh Bapak Jarni, warga Muang Ilir yang rela meminjamkan tanahnya.

Lewat Pusat Pembibitan Native Spesies ini GMSS SKM berhasil membibitkan berbagai macam tumbuhan, namun beberapa yang lainnya belum berhasil sehingga mesti mengambil bibit dari alam. Beberapa tumbuhan spesies Sungai Karang Mumus yang kini ada di Pusat Pembibitan adalah :

Bungur

Kademba

Putat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun