Setelah itu, Almarhum kembali menjadi dosen silvikultur bersama Kuswanda wijayakusumah yang sudah lebih dahulu memperoleh Master of forestry dari USA, Syafi'I Manan dan Lukito Daryadi (Inventarisasi Hutan) Sadiki Jaya Pecunda dan Mulyadi Bratamiharja (Politik Kehutanan), Atep sudrajat dan Max Meulenhoff (teknologi Hutan), Rudy Tarumingkeng dan Gunarwan Suratmo (Proteksi Hutan) kawan seperjuanganya dalam merintis dunia kehutanan dibidang pendidikan pada masa itu.
Prof Sambas Wirakusumah kemudian ditugaskan membangun Universitas Pattimura (Ambon), sebagai sekretaris universitas (medio 1960-an). Lalu kemudian pindah ke Departemen kehutanan menjabat sebagai Adm/KKPH Bandung Selatan (sekitar Tahun 1967/68) atas arahan dari Jenderal Mashudi (Gubernur Jawabarat).
Pada tahun berikutnya beliau mendirikan akademi ilmu Kehutanan(AIK) bersama bersama Rudy C Tarumingkeng (angkatan 1955 UI-Pertanian) yang saat itu sebagai dekan Fahutan 1970-an. Yang saat ini AIK telah berkembang menjadi fakultas Kehutanan Universitas Winayamukti (UNWIM) yang pada sejarahnya masuk dalam sistem Institute Teknologi Bandung (ITB).
Tak hanya sampai disitu jenjang karir dan semangat  Almarhum prof Sambas dalam pembangunan pendidikan kembali jadi sorotan, dengan dipanggilnya kembali ke DePP&K (sekarang KEMENRISTEKDIKTI).
Pada tahun 1972 dipilih menjadi rektor Universitas Mulawarman dan pada saat bersamaan juga, Rudy C Tarumingkeng sebagai rektor Universitas Cendrawasih yang sempat di undang ke UNMUL Samarinda bersama rektor lainnya dari Indonesia timur.
Setelah 8 tahun mengabdi di Unmul, almarhum digantikan oleh Prof Sutrisno Hadi (Forest Pathology, Fahutan) sebagai Rektor Unmul ke dua. Kemudian beliau diangkat menjadi Koordinator Perguruan Tinggi Swasta Jakarta (Kopertis III).Â
Pada tahun 1980-an, beliau kembali ditarik ke Jakarta, menjadi Etase pendidikan dan kebudayaan di kedutaan Indonesia di Washington,D.C,Amerika serikat.Â
Setelah itu almarhum Prof Sambas naik jabatan  sebagai kepala Direktorat Perguruan Tinggi Swasta  (DIRGUTISWA) DepP&K (1990-an).
Beliau pencetus permohonan hutan pendidikan Selagombong Jawabarat untuk AIK serta diterimanya hutan tersebut sebagai hutan pendidikan Akademi Ilmu Kehutanan (AIK). Tidak henti hanya itu, Almarhum juga telah mencetuskan hutan Gunung Walat  sebagai Hutan pendidikan IPB.
Dikonfirmasi oleh penulis kepada Prof Rudi Tarumingkeng (Guru Besar kehutanan,Kerabat Almarhum) melalui Whatshaap dan media onlinenya mengatakan, "Saya masih ingat tahun 1960-an, pak Sambas bersama saya meminta hutan pendidikan kepada pak Mashudi yang saat itu Gubernur Jawabarat, dan beliau memperoleh Hutan Pendidikan Selagombong untuk AIk dan Hutan Gunung Walat untuk IPB".
Figure kepemimpinan Almarhum Prof Sambas adalah visioner dan transformasional. Almarhum adalah instrumental AIK, IPB, pembangunan UPATTI Ambon, tokoh penting Unmul Samarinda, Hutan Bukit soeharto. Tanpa visi almarhum, Fahutan IPB tidak memiliki Hutan pendidikan Gunung walat yang menjadi laboratorium kehutanan di luar Kampus.