Mohon tunggu...
Naftalia Kusumawardhani
Naftalia Kusumawardhani Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis (Remaja dan Dewasa)

Psikolog Klinis dengan kekhususan penanganan kasus-kasus neurosa pada remaja, dewasa, dan keluarga. Praktek di RS Mitra Keluarga Waru. Senang menulis sejak masih SMP dulu hingga saat ini, dan sedang mencoba menjadi penulis artikel dan buku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

WYSIWYG (Self-Fulfilling Prophecy)

16 Desember 2015   12:28 Diperbarui: 16 Desember 2015   14:43 2153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.alisanagnostakis.com/wp-content/uploads/2011/01/self-fulfilling-prophecy-effectg.jpg

Generasi tahun 1980-an pasti tahu WYSIWYG. Kalau tidak tahu, ya berarti bukan generasi '80an. WYSIWYG merupakan singkatan dari What You See is What You Get. Istilah dalam dunia komputer dulu. "Apa yang Anda lihat, itulah yang akan Anda dapatkan". Senada dengan istilah itu, dalam dunia psikologi pun dikenal istilah Self-Fulfilling Prophecy. Apa itu?

Mengutip dari Wikipedia, self-fulfilling prophecy is a prediction that directly or indirectly causes itself to become true, by the very terms of the prophecy itself, due to positive feedback between belief and behavior. Ramalan seseorang terhadap apa yang akan dialami, baik berupa prediksi positif maupun negatif yang menjelma menjadi realita. Dengan bahasa lain, 'Apa yang Anda pikirkan, rasakan, dan inginkan, itulah yang akan Anda peroleh'.

Kalau Anda berpikir tentang hal-hal baik akan terjadi sepanjang hari, maka hari itu akan berjalan dengan baik. Apakah berarti hari itu tidak ada masalah? Bisa jadi ada masalah, tapi cara menghadapinya berbeda. Begitu pula jika membayangkan hari itu akan buruk, terjadilah hal-hal buruk sepanjang hari. Tidak percaya? Cobalah Anda lakukan hal ini : Sebelum turun dari tempat tidur di pagi hari, katakan pada diri sendiri kalau 'Hari ini adalah hari yang tidak menyenangkan (This is my bad day)'. Lalu bayangkan apa saja yang akan Anda lakukan seharian itu, dan tambahkan hal buruk apa yang bisa terjadi. Alam semesta akan mengabulkannya.

Fenomena WYSIWYG (dibacanya wi-si-wig) pernah diteliti oleh Rosenthal. Ia mengatakan pada calon guru yang hendak mengajar bahwa kelasnya berisikan siswa-siswa pilihan, pandai dan menyenangkan. Sedangkan pada guru yang lain, diberikan informasi bahwa siswa kelasnya bodoh dan nakal. Apa yang terjadi? Guru tersebut bersikap seperti informasi yang diberikan. Padahal informasi tersebut tidak sepenuhnya benar. Hasilnya siswa yang diperlakukan seperti anak pandai (padahal tidak) menunjukkan peningkatan prestasi yang signifikan dibandingkan dengan siswa pandai tapi dikatakan bodoh. Inti dari penelitian tersebut adalah harapan yang tinggi akan meningkatkan performance. Dikenal sebagai Pygmalion Effect.

Dalam buku The Secret, self-fulfilling prophecy dibahas dengan istilah hukum daya tarik (Law of Attraction = LOA). Lewat ungkapan 'Apa yang Anda tabur, itu yang Anda tuai', hukum daya tarik hendak mengingatkan bahwa apapun yang kita lakukan, pikirkan, rasakan, akan mewujud dalam kenyataan. Termasuk peristiwa kehidupan saat ini. Kitalah yang menuliskan naskah kehidupan kita sendiri, bukan orang lain.

Manfaat Self-Fulfilling Prophecy

Kebanyakan orang tidak menyadari kekuatan SFP ini. Bahkan hampir sebagian besar punya SFP dalam program bawah sadarnya. Misalnya saat melihat berita lift jatuh di gedung Nestle kemarin, lalu berpikir kalau seandainya dia berada di dalam lift itu, bagaimana jadinya. Nah itu dia! Orang tersebut menarik secara emosional peristiwa di luar ke dalam dirinya. Kira-kira apa yang akan terjadi? Hampir bisa dipastikan orang itu akan gemetar dan ketakutan saat harus menggunakan lift.

Contoh lain : Ibunya Raffi Ahmad pernah berujar, "Ini yang saya takutkan dari dulu, dia terlibat narkoba" (kurang lebih begitu kalimatnya) ketika mengetahui anaknya ditangkap BNN. Terlihat di sana SFP dari ibu Raffi Ahmad yang sudah membayangkan anaknya akan bersentuhan dengan narkoba suatu hari nanti dan ... woilaaa... terjadilah!

Sebelum mulai memanfaatkan SFP, silakan Anda mereview kehidupan Anda saat ini. Amati cermat bagian kehidupan mana yang punya pola berulang, misalnya : beberapa kali ditipu, atau kecelakaan, atau terlibat hutang, atau apa saja. Intinya berulang kali terjadi. Kalau sudah ketemu, cermati pikiran dan perasaan Anda ketika hal itu terjadi. Bisa jadi itu SFP Anda. Lalu ubahlah!

Pada dasarnya SFP bisa ditentukan. Mengingat efek dashyat SFP, maka jauh lebih baik punya SFP positif, bukan? Mulailah dengan menjawab pertanyaan ini : Apa yang Anda inginkan dalam hidup ini? Jawabannya harus apa yang diinginkan, bukan dengan yang tidak diinginkan. Saya berikan contoh jawaban yang salah :

- Saya tidak ingin seperti orangtua saya yang terus menerus bertengkar

- Saya tidak ingin hidup miskin seperti dulu

- Saya tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama

Berdasarkan pengalaman saya berinteraksi dengan para klien, mereka tidak bisa menentukan dengan tepat apa yang mereka inginkan dalam hidupnya. Padahal kepastian jawaban mereka penting untuk menuntun mereka dalam mempunyai formula positif dalam SFP-nya.

So, apa yang Anda inginkan dalam hidup Anda?

 

Sumber Gambar : SFP

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun