Tergantung pada banyak faktor. Tingkat keparahan gangguan, lamanya, kepatuhan minum obat dari psikiater (biasanya memang mereka memerlukan pengobatan), dan -paling penting- dukungan sosial (keluarga, teman, lingkungan kerja). Semakin positif lingkungan sosialnya, maka akan mempercepat proses rehabilitasi mereka.
Memindahkan mereka ke lingkungan baru diperlukan juga. Klien saya yang lainnya, saya minta dia pindah dari rumah orangtuanya. Untuk mencegah "penularan" lebih parah. Proses penyimpangan berpikirnya sudah mulai mengganggu aktivitas hidupnya karena terkena "paparan" distorsi kognitif yang dilakukan orangtuanya. Bila kondisi tersebut diteruskan, bukannya tidak mungkin anak itu akan meningkat keparahan gangguannya. Di sinilah dilema biasanya terjadi. Anak-anak yang seumur hidup tinggal bersama orangtuanya merasa bersalah dan seolah-olah menjelma menjadi anak durhaka bila meninggalkan orangtuanya.
Sedangkan orangtuanya berperilaku seolah-olah tidak berdaya tanpa anak-anaknya itu. Mereka akan berpura-pura sakit (malingering), mengiba-iba, bahkan marah meluap dengan kata-kata makian. Anak akan merasa makin tidak berdaya untuk pergi dari rumah menuju lingkungan baru. Peran psikolog penting pada tahap ini. Untuk memberikan dukungan dan pandangan bahwa pergi meninggalkan orangtua bukan berarti mereka menjadi durhaka dan bakalan masuk neraka. Bila tidak dilakukan, mereka tidak akan pulih.
Seruan untuk Para Orangtua
Pola asuh orangtua sungguh sangat berpengaruh pada anak. Orangtua yang tidak sehat mental akan "melahirkan" anak-anak yang tidak sehat pula. Sadarilah kesehatan psikis diri sendiri. Segeralah mencari bantuan. Untuk apa malu, bila memang tidak mampu. Saya yakin orangtua yang tidak sehat itu pun tidak akan merasa bahagia. Suatu saat dalam tahap kehidupannya, mereka akan merasa kelelahan secara psikis dan fisik. Lalu, untuk apa hidup ini sebenarnya?
Bila Anda mengetahui ada keluarga yang punya pola asuh aneh dan berbeda, upayakan untuk membantu mereka. Sarankan mereka agar terbuka tentang persoalannya pada ahlinya. Kasihan anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga tidak sehat semacam itu. Anak-anak itu berhak untuk mendapatkan hidup yang baik, masa depan cemerlang, dan optimalisasi potensinya.
Semoga artikel ini bermanfaat.
Â
Sumber Gambar : Di sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H