Terakhir saya tanyakan, apa yang dia butuhkan yang mungkin bisa kami (teman-teman dan saya) lakukan untuknya. Jawabannya sungguh diluar dugaan.
"Saya ngga butuh apa-apa lagi, Jeng. Sudah cukup. Nggak usah dibantu lagi. Mohon maaf, bukan nolak. Ini sudah lebih dari cukup buat saya, Jeng. Saya nggak kekurangan". Plak! Tamparan keras paling tidak buat saya sendiri. Amazing!
Buat saya, penolakan itu bukan bentuk kesombongan. Tapi bentuk kesederhanaan, jauh dari sikap serakah. Bahagia itu sederhana. Bersyukur itu bisa kapan saja. Asal ada kesadaran diri.
Sidoarjo, Oktober 2015.
Â
---
Catatan : semua foto dokumentasi pribadi dan saya sudah ijin pada bu Sumini untuk menceritakan kisahnya agar orang lain mendapatkan inspirasi.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H