Mohon tunggu...
Naftalia Kusumawardhani
Naftalia Kusumawardhani Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis (Remaja dan Dewasa)

Psikolog Klinis dengan kekhususan penanganan kasus-kasus neurosa pada remaja, dewasa, dan keluarga. Praktek di RS Mitra Keluarga Waru. Senang menulis sejak masih SMP dulu hingga saat ini, dan sedang mencoba menjadi penulis artikel dan buku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menekan Bola Angin ke dalam Air

2 Oktober 2015   00:37 Diperbarui: 2 Oktober 2015   07:44 1173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: hanaravibrantliving

Dari sekian puluh (maunya sih bilang ribuan.. tapi kesannya kok saya tua banget.. ) kasus klien yang saya tangani sejak tahun 2000 hingga kini, rata-rata inti masalahnya karena mereka belum bisa melepaskan ikatan emosional dengan peristiwa di masa lalu. Emotional bounding. Sehingga nasihat apapun, tidak mempan. Nasihat seperti "sudah lupakan saja, toh sudah berlalu", atau "jangan menengok ke belakang, hadapi masa depan, lupakan saja", berlalu seperti angin.

Mengapa orang tidak bisa atau susah sekali melupakan peristiwa di masa lalu? Semakin ingin melupakan, peristiwa itu semakin muncul terus menerus. Apalagi bila peristiwanya sangat mencekam, menimbulkan perasaan takut luar biasa, sehingga membuat trauma orang yang mengalaminya. Hal itu karena mereka berusaha keras "menekan" peristiwa itu ke dalam pikiran bawah sadar. Semakin ditekan, maka ingatan akan peristiwa itu akan makin kuat untuk "muncul".

Saya berikan gambaran supaya lebih jelas. Semuanya pasti tahu bola plastik di bawah ini. Bola ini berisi angin. Kalau bocor sedikit, tidak bisa digunakan lagi untuk main sepak bola.

http://w41.indonetwork.co.id/pdimage/79/2431279_bola_8_bintang.jpg
http://w41.indonetwork.co.id/pdimage/79/2431279_bola_8_bintang.jpg
Nah, bayangkan bola ini Anda tekan ke dalam sebuah gentong berisi air. Gentongnya seperti ini :

http://www.megamatahariplastic.com/content/uploads/mtoc/product_images/7410.jpg
http://www.megamatahariplastic.com/content/uploads/mtoc/product_images/7410.jpg
Air di dalam gentong itu kurang lebih 3/4 ketinggian gentong. Lalu bola plastik tadi ditekan dengan tujuan bola harus sampai di dasar gentong. Bagaimana? Apakah bisa dengan mudah bola plastik itu ditekan masuk ke dasar gentong air itu? Mengapa susah? Karena tekanan hidrostatis pada zat cair itu. Semakin tinggi air dalam gentong, maka semakin sulit untuk menekan bola plastik ke dasar.

Kalau tekanan itu terus menerus dilakukan dalam waktu kurang lebih 5 menit, apa yang akan terjadi pada lengan si penekan? Ya, Anda benar. Tegang, kaku, dan lelah. Apakah membantu bila menggunakan kedua tangan untuk menekan bola? Mungkin... Tapi tetap saja tekanan hidrostatis dari air di gentong akan memberikan "perlawanan". Pertahankan kondisi menekan bola dengan kedua tangan dalam waktu 15 menit. Bisa? Saya lihat Anda menggelengkan kepala. 'Capek', komentar penonton.

Persis seperti itulah yang terjadi bila seseorang berusaha keras melupakan peristiwa masa lalu yang tidak menyenangkan. Bola plastik adalah perumpamaan untuk perasaan terhadap peristiwa masa lalu yang buruk. Semakin orang itu "kerja keras" melupakannya, maka akan semakin muncul. Terus menerus. Kedua lengan akan makin sakit. Lengan itu menggambarkan kondisi psikis/mental seseorang. Ia akan kelelahan untuk menekan agar peristiwa-peristiwa itu tidak berhamburan keluar dari kesadarannya. Bayangkan kalau "bola plastik" itu berjumlah lebih dari 1? Wah..

Orang yang tanpa henti menekan banyak "bola plastik" dalam kehidupannya, akan menjadi orang yang sulit diajak kerjasama. Ia menjadi sensitif, pemarah, tidak fleksibel, memandang negatif semua hal, merasa senang bila ada orang yang menderita, tidak bisa merasakan kegembiraan orang lain, merasa menjadi korban keadaan, merasa tidak ada yang memahami dirinya, dan sebagainya. Menyedihkan deh. Apakah Anda pernah bertemu orang semacam itu?

Lama kelamaan secara psikis ia akan capek (fatigue). Dengan terpaksa ia melepaskan pegangannya pada bola plastik. Apa yang terjadi? Bola plastik itu mental! Tepat persis mengena pada wajahnya. Akibatnya ia menjadi marah, kecewa, malu, depresif, kehilangan semangat hidup, tidak mampu beraktivitas. Saat itulah biasanya orang mengambil tindakan merusak dirinya, entah mabuk, ngebut di jalan raya, menggunakan narkoba, mengasingkan diri atau juga bunuh diri. Orang yang sadar bahwa dia bermasalah akan mencari pertolongan.

Biasanya mereka memegang "bola plastik" dengan sepenuh jiwa raga, segenap emosi dan seluruh tulang belulang *lebay.com*, kondisi inilah yang membuat mereka tidak mampu move on. Bagaimana bisa bergerak maju dalam hidup ini kalau emosi terhadap peristiwa masa lalu itu masih digenggam erat? Lekatan emosionalnya harus dilepaskan. Dengan ikhlas. Dengan lapang dada. Bola plastiknya bukan ditekan, tapi diangkat, dicubles sedikit agar airnya masuk sehingga tekanan dalam bola sama dengan tekanan air dalam gentong. Maka bola akan tenggelam dengan sendirinya. Angkat dan akui perasaan negatif yang dirasakan ketika mengalami berbagai peristiwa tidak menyenangkan, lalu lepaskan dengan ikhlas. Maka ingatan akan peristiwa itu akan "tenggelam dengan sendirinya".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun