Mohon tunggu...
Naftalia Kusumawardhani
Naftalia Kusumawardhani Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis (Remaja dan Dewasa)

Psikolog Klinis dengan kekhususan penanganan kasus-kasus neurosa pada remaja, dewasa, dan keluarga. Praktek di RS Mitra Keluarga Waru. Senang menulis sejak masih SMP dulu hingga saat ini, dan sedang mencoba menjadi penulis artikel dan buku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kalau Diberi Kesempatan Kedua, Apa Mau Dilakukan?

30 September 2015   00:39 Diperbarui: 30 September 2015   01:14 1826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jadi, apa tujuan hidup Anda? Sharingkan ke saya ya, nanti 10 tulisan terbaik akan dapat hadiah dari... Admin!

2. Berpikir akan Mati

Siapa yang tidak mungkin meninggal? Ada nggak ya? Berdasarkan pengalaman berkali-kali bersinggungan dengan maut dan luput, membuat saya selalu berpikir tentang akhir hidup. Sebenarnya yang lebih menakutkan itu bukan kematiannya, tapi bagaimana menjalani hidup ini agar siap menghadapi hari akhir nanti. Berani mati itu biasa. Tapi berani hidup itu luar biasa! 

Ada ungkapan begini : 'Berbuat baiklah hari ini seolah-olah kamu akan mati besok'. Saya paham benar maknanya. Karena saya sudah pernah mengalami. Perjumpaan dengan Malaikat Maut itu tidak bisa direncanakan, ditunda atau dihindari. Siapa yang menyangka kalau sepulang ngajar, saya terjebak di lift dan jatuh? Seorang tetangga saya, satpam pabrik meninggal karena kecelakaan. Dia tertimpa sebuah batu bangunan yang jatuh dari bak truk yang melaju di depannya. Akibatnya motornya terguling, dan bapak satpam tulang punggung keluarga itu meninggal seketika. Batu itu tidak jatuh 1 meter lebih jauh, lebih ke kanan atau ke kiri, tapi persis di atas tubuh tetangga saya itu. Sungguh, maut tidak bisa ditawar.

Karena itu, sebisa mungkin saya berusaha untuk tidak berbuat yang aneh-aneh..hehe.. Saya mikir dulu, apakah tindakan saya bermanfaat tidak. Begitu juga dengan kata-kata. Jangan sampai ketika saya sedang 'memaki-maki' orang lain, trus tiba-tiba dijemput Sang Maut..ihh.. Saya ajarkan juga pada anak-anak saya untuk berusaha selalu 'ngomong yang baik-baik saja', tidak maki-maki, tidak mengumpat, dan hindari bergosip (bayangkan, pas lagi bergosip, nafas berhenti..).

3. Lebih Realistis

Kalau mengikuti keinginan pasti tidak ada akhirnya. Atau mempunyai harapan setinggi gunung, bakalan frustrasi kalau tidak tercapai. Pengalaman mengajarkan saya lebih realistis. Lebih objektif melihat situasi. Kalau memang harus terjadi, ya terjadilah. Bukan berarti saya tidak punya impian, tapi lebih mendekatkan antara impian dan sumber daya yang ada. Tidak berkeinginan berlebihan, misalnya saya tuh inginnya punya Samsung Tab A, eh lha kok lombanya tentang Samsung Galaxy Note 5, ya sudahlah (nggak ada hubungannya deh).

Akibat lebih realistis, saya memandang hidup apa adanya. Ada saatnya gembira, ada saatnya sedih. Ada malam, ada siang. Ada teman baik, ada penipu. Ada lapar, ada kenyang. Ada utang, dan ada saat bayar utang. Hidup itu hanya begitu saja. Yang bikin ruwet bin mumet itu khan keinginan & nafsu. Sudah punya mobil satu, ingin punya 2 tapi tidak punya uang. Lalu kredit. Akhirnya mumet bayar tagihan.

4. Punya Selera Humor

Memandang segala peristiwa dari perspektif humor akan membuat nyaman. Humor membantu kita memiliki persepsi baru terhadap permasalahan sehingga masalah itu tidak terasa berat. Ketika masalah tidak terasa berat, solusi akan datang. Humor di sini bukan lelucon atau tertawa tanpa konteks ya. Kalau hal terakhir itu Anda lakukan, maka Anda perlu konsultasi dengan psikolog terdekat..hehe... Memiliki perspektif baru dan segar dari tiap permasalahan/situasi yang ada merupakan salah satu kunci hidup nyaman.

5. Fokus pada Lingkungan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun