Mohon tunggu...
Naftalia Kusumawardhani
Naftalia Kusumawardhani Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis (Remaja dan Dewasa)

Psikolog Klinis dengan kekhususan penanganan kasus-kasus neurosa pada remaja, dewasa, dan keluarga. Praktek di RS Mitra Keluarga Waru. Senang menulis sejak masih SMP dulu hingga saat ini, dan sedang mencoba menjadi penulis artikel dan buku.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mama, Nulis di Kompasiana Itu dibayar?

12 September 2015   01:18 Diperbarui: 12 September 2015   02:00 1114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://lh3.ggpht.com/9-cjrSdHpTLAg1m21Vm_Kkjj3R_hg7wEl4dgSdu8tU5F0ZfFS38kPb5GgLK8sKQYz-cm=w300

Logo Kompasiana

Pertanyaan itu dilontarkan anak saya saat dia melihat mamanya sering menulis di Kompasiana. "Sekarang Mama nulis apalagi?" Dia tanya sambil nengok layar laptop. Saya -masih tetap menulis- menjawab singkat, "Nggak dibayar. Nulis tentang psikologi".

Rupanya anak saya tidak puas. Komentarnya, "Kalau nggak dibayar, kenapa mau nulis di situ?" Haiyaaa... Saya mbatin, 'Siapa sih yang ngajarin anak ini kalau semua hal harus ada bayar membayar? Kayaknya bukan aku deh'. (Pasti pembaca tidak percaya khan?!).

Saya menoleh padanya. Menatap matanya yang bulat penuh rasa ingin tahu itu, saya akhirnya menjawab dengan serius, "Nggak semua yang kita lakukan harus ada bayarannya. Nulis di Kompasiana ini menyenangkan. Mama senang nulis. Kalau tulisan kita bermanfaat, trus dibaca banyak orang, khan senang toh?" Dia menggangguk.

"Ada berapa orang yang nulis di Kompasiana, Ma?"

"Banyak sekali.. Persisnya Mama belum tahu. Tapi coba kamu lihat ini daftar tulisannya," Saya tunjukkan artikel yang ada. "Semua orang ini nggak dibayar?" Sepertinya dia heran. "Ya!" Jawab saya.

Lalu anak saya berkata singkat, "Baik ya orang-orang itu..". Saya setuju sekali!

---

Menulis di Kompasiana itu menyenangkan. Seolah-olah saya memiliki koran saya sendiri. Saya bisa posting tulisan jenis apapun. Kapan pun (seperti sekarang ini, pk. 00.10 masih nulis). Anehnya... semua tulisan itu ada yang baca..hehe..

Sejak awal bergabung, 23 Mei 2014, niat saya ada 2 hal yaitu :

  1. Menjadikan Kompasiana sebagai wadah untuk berlatih menulis. Niat sederhana. Tidak mudah untuk menjadi penulis karena harus perang dengan diri sendiri. Namun kalau tidak pernah berlatih, kapan kita tahu kalau kita sudah mampu?
  2. Berbagi. Bukan berarti saya adalah orang yang paling tahu, tetapi paling tidak saya bisa membagikan apa yang saya ketahui dan pikirkan.

Setelah itu, saya mengajak teman-teman saya untuk menulis di Kompasiana karena saya sudah merasakan manfaatnya. Beberapa orang terpengaruh. Bukti bahwa saya agak bagus jadi provokator. Salah satunya Diana Santi. Hingga kini Mbak Diana masih aktif menulis. Senang deh.. Dan saya tidak berhenti ngomporin orang untuk menulis di kanal keren ini..

---

Ternyata...

Saya mendapatkan lebih dari harapan! Iya beneran.. Ini buktinya :

  1. Teman Baru. Melalui komentar-komentar pada artikel, saya menemukan beberapa nama yang rajin hadir. Misalnya : Pak Tjipta, pak Aldy, pak Adhie, mbak Mike, mbak Vita, pak Bambang, pak Johanis, mbak Dewi Pagi, mbak Avy, pak Febrianov, pak Yunus, bu Mauliah, bu Muthiah, pak Yos, pak Har, pak Wang, pak Agung, mbak Ariyani, mbak Umi, pak Christian Alvianto, pak Fajar, pak Felix Tani, mbak Ifani, bu Weedy, pak Axtea, bu Hanna, pak D'Ans, pak Gordi, pak Simon Manalu, pak Syafriansyah, mbak Fey, pak Muhammad Arman, dan masih banyak lagi. Bahkan pak Pepih pun sempat mampir. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk baca tulisan saya dan memberikan komentar yaa..
  2. Belajar Hal Baru. Saya belajar untuk menulis yang enak dibaca. Tulisan bebas salah eja dan tanda baca. Saya juga menemukan banyak kosakata baru di sini. Selain itu saya bertambah wawasan karena beragamnya jenis tulisan di Kompasiana. Hampir semua saya baca (dengan cepat untuk beberapa topik *nyengir*). Pengetahuan baru itu penting bagi profesi dan relasi sosial. Saya punya tempat "kulakan" bahan..haha...
  3. Menemukan Orang Hebat. Serius ini.. Ketika membaca tulisan orang-orang ini, saya cuman bisa menggelengkan kepala. 'Kok ada ya orang kayak begini..keren!'. Siapa saja mereka?
    1. Pak Yos Mo. Kurasinya itu bikin shock! Sungguh! Saya sampai curiga jangan-jangan pak Yos itu bukan orang beneran, tapi mesin penghitung.. Jadi saya 'intip' profilnya. Ingin tahu..hahaha...
    2. Pak Tjiptadinata. Kisah hidupnya menginspirasi. Saya jadi punya impian ingin ke luar negeri. Semoga tercapai..
    3. Pak Bambang Setyawan dengan kisah perjuangan putrinya. Saya punya bahan "kulakan" cerita.
    4. Bu Mauliah dengan kisah mendidik anak-anak orang lain sambil jaga toko.. Keren!
    5. Sepertinya masih banyak tokoh hebat di Kompasiana.. Hanya saja belum sempat saya tuliskan satu persatu.
  4. Mendapatkan Apresiasi dari Teman-teman. Ini karena saya suka 'pamer' label Highlight dan Headline dari Admin di wall FB saya. Harus saya akui, pada saat awal dulu, kedua label itu membuat saya kagum dengan diri saya sendiri. 'Asyik..ternyata aku bisa nulis! Yes!'.. Sambil senyum-senyum sendiri.. Tapi seiring dengan bertumbuhnya kedewasaan saya, kekaguman itu memudar. Berganti dengan kekaguman pada penulis lainnya. Persis seperti tahapan perkembangan anak, mulai dari anak yang senang memperhatikan diri sendiri lalu berubah memperhatikan teman lainnya. Artinya saya normal...hahaha...
  5. Gabung Komunitas Positif. Diajak mbak Avy -ternyata tetangga se kelurahan- untuk gabung di Konek. Acara pertama adalah Seminar Mengelola Finansial (Sabtu, 12 September 2015, beberapa jam lagi). Ditelpon mbak Wawa, diajak gabung di Ladiesiana dan Hybrid. Hmmm... Agenda saya bisa penuh dengan acara bersenang-senang nih..
  6. Nasum Penggembira di Kompas TV. Mas Alvi ngajak untuk nongol sebentar di Kompas TV dalam segmen Kompasiana dengan topik Kasus Pencabulan Anak di Kelapa Gading, 11 September 2015. Meskipun foto saya di pojok kanan bawah -sebagai pemanis karena muncul cuman 5 menitan- saya senang, karena saya memang manis.. *narsis kumat*. Eh tapi sekalipun muncul cuman 5 menitan itu, saya dandannya 20 menit lho.. #nggak ada yang tanya
  7. Warna Favorit. Biru! Entah sejak kapan saya dianggap 'biru' oleh Admin. Tidak tahu juga mengapa diberi biru. Mungkin karena admin tahu saya penyuka warna biru ya? Hampir semua barang saya berwarna biru, mulai dari bolpen, casing handphone, tempat tissue, dan sebagainya... Oya, karena Kompasiana ini berwarna biru juga, saya jadi betah tinggal di sini.

---

Dibandingkan dengan banyaknya hal positif yang saya dapatkan, kekurangan fitur dalam Kompasiana ini kurang berarti. Memang ada yang error, misalnya hilangnya hits, tidak ada inbox sehingga tidak bisa kirim pesan pribadi (seperti versi lama), ada rating yang kurang jelas kriterianya, dan lain-lain, namun bagi saya pribadi, hal-hal itu tidak membuat saya berhenti menulis. Karena saya yakin, para admin akan bergegas untuk memperbaiki. Dengan banyaknya masukan, pastilah ada peningkatan kinerja. Tugas saya menghasilkan tulisan sesuai kapasitas dan kemampuan saya, tugas admin membenahi wadahnya. Gitu aja. Sederhana banget ya?

Akhirnya, saya ucapkan selamat ulang tahun ke 7! Semoga Kompasiana makin terasa keberadaannya, dicintai warganya, dan mampu memenuhi harapan para Kompasianernya.

Sidoarjo, 12 September 2015

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun