Akui sajalah kalau diundang makan siang oleh teman yang (dianggap) paling penting, kaya, calon investor di Indonesia dan sedang mencalonkan diri sebagai presiden negara adidaya itu memunculkan rasa bangga luar biasa, sehingga tidak sempat lagi berpikir ketika setelah makan siang itu diajak untuk nonton acara konferensi press penetapan resmi pencalonannya sebagai kandidat presiden US,
Akui sajalah kalau belum bisa membedakan kapan kunjungan itu berbau pertemanan dan kapan kunjungan itu bisa dikaitkan dengan nama lembaga yang diwakilinya, sehingga mau saja diperkenalkan sebagai wakil rakyat dari Indonesia,
Akui sajalah kalau saat itu tidak mampu berpikir jernih karena sedang diselimuti rasa bangga sebagai akibat dari rasa minder, sehingga kurang bisa memikirkan dampak kehadiran di acara konferensi press tersebut dan berfoto dengan orang-orang yang membawa banner dukungan terhadap si pengundang-makan-siang,
Akui sajalah kalau saat itu tidak sempat berpikir dan tidak mampu berespon dengan tepat ketika ditanyakan, "....will do the great things for America.. ".. sehingga menghasilkan jawaban singkat jelas padat dan salah yaitu "yes"..
Akui sajalah kalau jawaban 'iyes' tadi berpotensi memunculkan persepsi masyarakat yang diwakili bahwa wakilnya berpihak pada pihak asing daripada pada rakyatnya sendiri, sehingga bertebaranlah kecaman dan kritikan di mana-mana,
Akui sajalah kalau kehadiran delegasi DPR RI pada even peresmian pencalonan pengundang-makan-siang sebagai kandidat presiden US itu sebagai bagian dari rencana selama di US, karena kalau acara maksi itu ndadakan, bagaimana mungkin si pengundang-makan-siang itu punya waktu dan bisa persis delegasi DPR juga punya waktu? Kebetulan yang terlalu sempurna sepertinya kalau itu terjadi,
Akui sajalah kalau saat diperkenalkan sebagai 'orang besar dan paling berkuasa... datang untuk saya... dsb' terselip rasa bangga luar biasa sehingga tidak mampu berkata-kata selain 'yes' saja,
Akui sajalah kalau memang belum punya ketrampilan diplomasi tingkat tinggi, sehingga mendadak gagu dalam acara perkenalan singkat nan memalukan itu, dan tidak waspada terhadap jebakan pertanyaan dari pengundang-makan-siang,
Akui sajalah kalau belum mampu dan belum tahu bagaimana aplikasi dari 'menjaga harkat dan martabat bangsa' dalam kapasitasnya sebagai penjabat negara dan wakil rakyat Indonesia, sehingga rakyat paham bahwa telah salah pilih..
Akui sajalah kalau sekarang ini sudah bisa membedakan mana kritikan dan mana fitnah dan bagaimana tidak enaknya, sehingga bisa lebih jernih kalau mau lemparkan masukan ke petinggi negara lainnya,
Akui sajalah.. Lalu minta maaf. Bukan malah mencari sasaran 'tembak' untuk disomasi, untuk digugat balik, atau untuk perbandingan.
Kemungkinan besar rakyat yang diwakili akan memaafkan. Rakyat Indonesia itu pemaaf kok, kalau sudah ngaku nggak mampu, ya dengan ikhlas akan dicarikan gantinya. Rakyat Indonesia itu bukan pemaksa kok, masa kalau sudah ngaku nggak bisa merasakan apa yang diderita rakyat, masih maksa untuk tetap jadi wakilnya? Nggaklah.. Rakyat Indonesia nggak segitu kejamnya kok.. Ya khan?
Sumber Gambar : Ketua DPR RI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H