Mohon tunggu...
Naftalia Kusumawardhani
Naftalia Kusumawardhani Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis (Remaja dan Dewasa)

Psikolog Klinis dengan kekhususan penanganan kasus-kasus neurosa pada remaja, dewasa, dan keluarga. Praktek di RS Mitra Keluarga Waru. Senang menulis sejak masih SMP dulu hingga saat ini, dan sedang mencoba menjadi penulis artikel dan buku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hadapi Orang Baru dengan Sikap Baru

22 Agustus 2015   18:09 Diperbarui: 22 Agustus 2015   18:09 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.betobebe.com/wp-content/uploads/2015/04/Sikap-Hidup-Bahagia.png

Sumber Gambar : Memilih Sikap Hidup

 

Entah apa yang terjadi, tiba-tiba saja salah seorang mahasiswa bereaksi keras terhadap ketentuan perkuliahan yang baru saja saya bahas. Seumur-umur menjadi dosen, baru kali ini saya mendapatkan reaksi seperti itu. Kaget? Jelas! Ingin marah balik? Tentu saja! Saya dianggap berlaku tidak adil terhadap mereka. What? Ini khan pertemuan pertama? Saya belum pernah bertemu mereka sebelumnya, bahkan saya pun belum sempat "menganiaya" para wajah jutek di depan saya ini.

Saya tatap kembali mereka. Satu per satu. Dulu waktu saya masih mahasiswa, kalau ada dosen menatap seperti itu, kita pasti takut. Lalu menunduk. Jaman sekarang beda. Mereka -hampir semuanya- menatap saya balik. Berpuluh pasang mata marah memandang saya seolah-olah saya pemangsa jahat yang turun dari langit merah membakar. Aneh sekali..

Namun setelah melihat kembali dengan hati dingin, saya melihat itu bukan tatapan marah. Ya! Itu tatapan terluka. Persis seperti dongeng singa yang tertusuk duri, memandang garang siapapun yang mendekat. Mengapa mereka bersikap seperti itu? Saya tidak pernah bertemu mereka sebelumnya.

"Kalian kenapa? Kalian bersikap seolah-olah menjaga diri agar tidak disakiti. Untung saya bukan orang yang gampang tersinggung. Ada apa? Apa yang pernah kalian alami sebelum ini?" Saya tanya mereka dengan intonasi nada lembut (padahal dinginnya hati dah mulai meleleh..hehe.. ).

Lalu mereka bercerita. Banyak sekali ceritanya.. mengalir deras seperti air bah. Tahulah saya alasan dibalik sikap 'singa tertusuk duri' tadi.

Saya katakan pada mereka, "Lain kali, janganlah bersikap seperti itu. Tidak semua orang bisa memahami. Akibatnya kamu sendiri yang rugi. Terus terang saya tidak nyaman dengan sikap kalian tadi. Padahal kita baru saja bertemu".

Beberapa orang tampak gelisah. Menggeser-geser duduknya. Ada seorang yang nyeletuk, "Tapi kami khan tidak tahu kalau Ibu tidak sama dengan dosen yang itu".

"Justru itu! Hadapilah orang baru dengan sikap baru. Bukan dengan sikap lama. Lihatlah realitanya. Kenyataannya. Baru kamu tentukan sikap, apakah sama dengan masa lalu atau sikap yang baru". Mereka terdiam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun