Mohon tunggu...
Naftalia Kusumawardhani
Naftalia Kusumawardhani Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis (Remaja dan Dewasa)

Psikolog Klinis dengan kekhususan penanganan kasus-kasus neurosa pada remaja, dewasa, dan keluarga. Praktek di RS Mitra Keluarga Waru. Senang menulis sejak masih SMP dulu hingga saat ini, dan sedang mencoba menjadi penulis artikel dan buku.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Buat Diri Anda Merasa Seksi

10 Agustus 2015   03:01 Diperbarui: 10 Agustus 2015   08:05 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilustrasi - pasangan mesra (Shutterstock)

Seorang wanita, berusia kurang lebih 30 tahun, berkonsultasi tentang hubungannya dengan suami. Dia curiga suaminya menyukai teman wanita di kantornya. Hmm.. masalah klasik yang tak lengkang oleh hujan, krisis ekonomi maupun harga bbm yang naik turun. Kecurigaan istri muncul ketika suaminya kurang suka pulang mudik. Mereka tinggal berbeda kota. Suatu saat istrinya menemukan sms mesra dari dan untuk suaminya. Tidak perlu diceritakan bagaimana reaksi dia ya.. Nanti tulisan ini berubah jadi cerpen dong..

Pertanyaan standard saya adalah, "Bagaimana hubungan seksual Ibu dengan suami?" Reaksi yang biasanya muncul adalah wajah memerah, mata membelalak seolah-olah hendak berkata, "Ihh.. psikolognya vulgar banget!". Lha kalau saya tidak tanya itu, lalu saya harus tanya apa?

Pertanyaan lanjutan, "Siapakah yang biasanya punya inisiatif untuk mengajak berhubungan?" Hampir semua klien saya -wanita- menjawab, "Suami". Alasan mereka beragam, intinya hanya satu : Malu. Budaya timur mengajarkan bahwa tidak baik seorang perempuan menunjukkan hasrat terhadap lawan jenisnya. Itu berlaku bila keduanya bukan suami istri. Ya khan?

Rata-rata wanita tidak bisa menikmati relasi intim dengan suaminya, meskipun sudah menikah belasan tahun. Bagi mereka, hubungan intim itu hanya sekedar menjalankan kewajiban saja. Ini paradigma yang kurang tepat. Relasi suami istri itu bukan sekedar 'harusnya begitu', tetapi anggaplah sebagai rekreasi. Sesuatu yang menyenangkan.

Kalau wanita tidak mampu menjadikan kegiatan berduaan dengan suami itu menyenangkan, maka sebenarnya ia sudah merugikan dirinya sendiri. Mengapa? Karena wanita sudah punya segala yang ia butuhkan! Penasaran? Ikuti tips berikut ini :

Pahami Tubuh Anda & Gunakan Lingerie untuk Memperkuat

Cukup banyak wanita yang kurang memahami tubuhnya. Mereka hanya sekedar merawatnya ketika mandi, spa, atau pijat. Memahami tubuh bukan hanya organ tubuh saja, tetapi sensasi yang muncul berkenaan dengan bagian tubuh tersebut.

Rasakan bagian tubuh mana yang Anda sukai dan bagian tubuh mana yang ingin Anda ‘sembunyikan’ dari suami ketika berduaan. Lalu perkuat kesan menarik dari bagian tubuh itu dengan menggunakan pakaian dalam (underwear) yang berbeda. Saat ini model lingerie sudah sangat banyak variasinya. Gunakan itu.

Mintalah pada suami untuk memperlakukan Anda seperti yang Anda inginkan. Untuk permulaan, mintanya jangan banyak-banyak. Dikit aja. Yang penting setelah itu tunjukkan kalau Anda menikmatinya. Kalau malu minta dengan bersuara, ya pakai bahasa non-verbal. Pegang tangan suami lalu arahkan pada bagian tubuh Anda dan bimbing dia untuk melakukan seperti yang Anda inginkan.

Perbaiki Paradigma

Anggapan bahwa perempuan tidak boleh memulai dan tampak berhasrat itu menyesatkan. Klien saya mengatakan kalau dia malu memulai lebih dulu. Klien yang lain mengatakan dia merasa aneh dan bukan dirinya bila menggunakan lingerie. Katanya, “Saya merasa seperti perempuan tidak baik, Bu. Rasanya gimana gitu.. “

Saya tanyakan bagaimana reaksi suaminya melihat dirinya tampil beda. Jawabnya, “Oh, suami saya senang sekali. Malah saya disuruh beli model lainnya lagi”. Nah khan?

Lalu saya katakan padanya kalau berpakaian sexy ketika bersama suami itu bukan identik dengan ‘perempuan tidak baik’. Tidak perlu malu bila bersama suami. Lha kalau sama suaminya sendiri malu, trus ketika bersama siapa tidak malu? Tetangga?

Ungkapan Positif dan Sensual

Bebaskan diri Anda untuk berekspresi, baik verbal maupun non-verbal. Kata-kata positif dan pujian untuk ‘kehebatan’ suami itu perlu. Jangan pelit pujian. Ungkapkan terus terang apa yang Anda sukai dari suami, entah itu bagian tubuhnya atau pun caranya memperlakukan Anda. Kata-kata berbau sensual pun diperlukan. Bisikkan ditelinga suami.

Sebaliknya Anda sendiri juga bisa bebas mengungkapkan perasaan. Bersuaralah ketika merasakan sensasi sentuhan suami. Jangan diam saja. “Malu, Bu. Nanti ada yang dengar”, itu kata klien saya. Tampaknya dia ngeri mendengar saran saya untuk bersuara ketika berhubungan intim. Ya, maksud saya bukan berteriak-teriak seperti mendapatkan hadiah mobil Fortuner plus emas 20 gram… Kalau itu sih namanya cari gara-gara.. Bersuara ala kadarnya saja. Percaya saya, suara-suara itu akan menambah indah suasana.

Rekreasi Perlu Variasi

Bosan tidak kalau rekreasi hanya ke satu tempat yang sama terus menerus selama hampir 20 tahun? Pasti bosan. Eit, jangan diartikan sebagai mencari orang lain lho ya.. Bukan itu.

Carilah tempat berbeda. Masa di kamar yang sama sejak awal pernikahan hingga sudah belasan tahun? Meskipun cat ruangan sudah berganti, tapi nuansanya tetap sama. Sesekali menginaplah di hotel. Berduaan saja.

“Iya ya, Bu. Nggak terpikir ide itu,” sahut klien saya. Kesulitan dia adalah hidup serumah dengan orangtuanya. Dia merasa kesulitan mencari waktu berdua dengan suami. Bahkan kadang-kadang orangtuanya memanggil bila membutuhkan sesuatu ketika ia berada di dalam kamar. Dengan kondisi seperti itu, kreativitas untuk mencari variasi sangat diperlukan.

Variasi berikutnya adalah posisi berhubungan seksual. Mengajak suami untuk mencoba posisi baru itu akan mengasyikkan. Tidak percaya? Cobalah. Hambatan biasanya datang dari diri sendiri, bukan suami. Seperti komentar klien saya yang lain, “Walah, Bu.. Sudah tua kok aneh-aneh. Malu..”. Memangnya kalau sudah tua tidak boleh? Lagian kalau memang benar-benar sudah tua, ya tidak mungkin berhasrat lagi. Libidonya sudah mulai menurun dan sifat hubungannya berbeda. Alasan malu itu bikin saya heran. Malu dengan siapa? Khan sama-sama tua? Hehe…

Berfantasilah. Wujudkan fantasi masing-masing. Tahap awal mintalah suami menceritakan fantasinya. Lalu berusahalah mewujudkan itu. Memang akan terasa aneh pada awalnya, tapi lama kelamaan Anda berdua bisa menikmatinya.

Langgeng Forever

Akhirnya selesai sudah tips ini. Saya yakin Anda pasti ingin segera mencobanya khan? Sama seperti para klien saya. Biasanya mereka tidak sabar ingin segera terbang dari ruang konseling saya. Kentara banget karena duduknya sudah mulai gelisah, raut wajahnya berkerut-kerut seperti menahan pipis 3 hari, dan bola matanya berputar-putar.

Selamat menikmati kegiatan rekreasinya..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun