Mohon tunggu...
Naftalia Kusumawardhani
Naftalia Kusumawardhani Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis (Remaja dan Dewasa)

Psikolog Klinis dengan kekhususan penanganan kasus-kasus neurosa pada remaja, dewasa, dan keluarga. Praktek di RS Mitra Keluarga Waru. Senang menulis sejak masih SMP dulu hingga saat ini, dan sedang mencoba menjadi penulis artikel dan buku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Fasilitas Hidup sebagai Manusia

31 Juli 2015   13:05 Diperbarui: 12 Agustus 2015   04:55 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bergaul dengan banyak orang itu menyenangkan. Kita bisa belajar tentang apa saja. Salah satu materi pembicaraan favorit saya ketika mendengarkan seorang Ustad adalah tentang waktu. Ada ayat dalam Al Quran yang berjudul Demi Masa. Maaf saya tidak bisa menuliskannya dalam bahasa Arab.

Sejauh yang bisa saya ingat dan pahami, ayat QS tersebut mengatakan : Sesungguhnya semua manusia itu dalam keadaan merugi, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh. Hendaknya kamu saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran".

Ayat yang hanya 2 kalimat itu maknanya sungguh mendalam. Mengapa manusia dikatakan merugi? Kalau kita bekerja di suatu perusahaan, sebagai karyawan pasti mendapatkan fasilitas untuk mempermudah pelaksanaan pekerjaan. Fasilitas bisa berupa macam-macam, mulai dari ATK, mobil, hingga rumah. Selama kita bekerja di sana, fasilitas itu bebas dipergunakan untuk keperluan kantor. Kalau fasilitas itu rusak, mengalami gangguan, atau habis pakai maka karyawan bisa langsung mengembalikan ke kantor, lalu diganti. Selama fasilitas belum diganti, karyawan bisa meminjam dari tempat lain atau beristirahat sejenak (dengan catatan boss lagi pergi ke luar negeri yaa..). Artinya karyawan tidak dirugikan. Toh semua fasilitas itu bisa diklaim kok. Diganti baru. Karyawan tinggal pakai saja.

Sama seperti hidup kita ini. Sebagai manusia, karyawan Tuhan, eh salah.. abdi Tuhan, kita juga diberi fasilitas. Fasilitas itu bebas kita gunakan selama kita menjadi "karyawan" Tuhan. Hanya saja fasilitas itu tidak dapat dikembalikan. Tidak seperti fasilitas di kantor yang bisa kapan saja dikembalikan kalau rusak. Fasilitas ini tidak mengembalikan sistem retur. Apakah itu?

Waktu.

Kita bebas menggunakannya. Dan bebas juga untuk tidak menggunakannya. Kalau kita tidak menggunakan, kita rugi. Kalau waktu bisa dikembalikan, manusia tidak akan merugi. Katakanlah seseorang sudah berumur 50 tahun, kemudian masuk penjara karena korupsi. Dia tidak mau meninggal sebagai koruptor, lalu dia kembalikan waktu yang sudah dijalani, untuk minta ganti waktu baru. Yaa..tidak lama-lama, dia "klaim" waktu 25 tahun saja. Dia kembali menjadi pemuda berusia 25 tahun. Weeehhh.. dunia kacau kalau hal itu terjadi. 

Supaya tidak rugi, ada 2 syaratnya : menjadi orang beriman dan melakukan kebaikan. Vertikal (beriman pada Sang Pencipta) dan horisontal (relasi dengan sesama manusia). Namun dalam perjalanan hidup, memenuhi kualifikasi sebagai "karyawan" itu tidak mudah. Ada kalanya melenceng. Saat itulah hendaknya sebagai sesama manusia saling mengingatkan. "Ayooo.. balik lagi ke jalur yang benar.. Hidup ini singkat lho, jangan sia-siakan hidupmu". Mengingatkan tidak hanya cukup sekali. Berkali-kali. Diperlukan kesabaran. Sampai kapan? Ya sampai kesabaran itu habis stoknya. Kapan stok sabar itu habis? Ya sabar aja..hehe..

Di mana lapangan tempat mempraktekkan beriman dan beramal sholeh? Di segala bidang kehidupan, melalui berbagai peran dan pekerjaan yang kita lakukan. Itulah area bermain manusia. Berawal dari garis start waktu lahir, dan berakhir di garis finish waktu meninggal. Rentang antara titik start dan finish itu yang manusia tidak akan pernah tahu. Jadi marilah kita berlomba-lomba berbuat amal kebaikan dengan tetap percaya pada janji-Nya.

Setuju atau setuju banget?

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun