Mohon tunggu...
Naftalia Kusumawardhani
Naftalia Kusumawardhani Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis (Remaja dan Dewasa)

Psikolog Klinis dengan kekhususan penanganan kasus-kasus neurosa pada remaja, dewasa, dan keluarga. Praktek di RS Mitra Keluarga Waru. Senang menulis sejak masih SMP dulu hingga saat ini, dan sedang mencoba menjadi penulis artikel dan buku.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Negeri Impian Sang Jenderal

20 Agustus 2014   03:40 Diperbarui: 16 September 2015   09:00 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Terdengar pintu kamarnya dibuka dengan keras oleh Bejo, pelayan setianya. Spontan Sang Jenderal menoleh dan membentak, “Sudah berapa kali saya bilang!!! Ketuk dulu!!! Saya tidak suka kamu masuk begitu saja! Ngerti?!”

 

Wajahnya memerah.

 

Bejo, yang sudah terbiasa dengan peringai majikannya, hanya menunduk dan berkata lirih, “Maaf Tuan Jenderal”. Ia pun mundur beberapa langkah. Lalu diam. Menunggu.

 

Sang Jenderal pun kembali mengarahkan pandangannya pada kemeja putih di depannya.

 

“Ada apa? Ada yang penting hingga kamu masuk terburu-buru begitu?”

 

“Ngg…ngg… Saya ingin memastikan apakah besok Tuan Jenderal mau mengadakan upacara di lapangan desa kita?” tanya Bejo hati-hati.

 

“Iya tentu saja. Semua sudah dipersiapkan oleh tim kita. Saya memang harus memimpin upacara besok. Sudah menjadi kewajibanku untuk memimpin upacara kemerdekaan tanah kita ini. Bukankah demikian, Bejo?”

 

Bejo masih menimbang. Ada yang ingin ia katakan, tapi kuatir dengan konsekuensinya. Di sisi lain ia tidak tega untuk membatalkan niat junjungannya ini. Namun ia memberanikan diri.

 

“Mohon maaf, Tuan Jenderal. Menurut saya, alangkah baiknya bila Tuan menghadiri upacara bersama Gubernur di lapangan kota. Beliau pun sudah mengundang Tuan secara pribadi, bukan? Lagipula kali ini Gubernur ingin berpamitan pada kita semua. Bagaimana…”

 

“DIAAMMMM!!!” Tuan Jenderal membentak untuk kedua kalinya. Bejo tergagap. Sebenarnya dia sudah mempertimbangkan situasi ini namun tak urung hatinya bergetar juga. Bentakan Sang Jenderal rupanya tidak berhenti sampai di situ.

 

“KAMU INGIN AKU MENGKHIANATI SUARA RAKYATKU??? KAMU TIDAK PAHAM PERJUANGAN, BEJO!!!” Menggelegar suara Tuan Jenderal memenuhi ruangan pribadinya. Nafasnya memburu. Hidungnya mengembang. Tanda ketidaksabaran bermunculan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun