Mohon tunggu...
Naflah Sabrila
Naflah Sabrila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa jurusan Akuntansi di Universitas Pamulang semester 4

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Mengulik Emosi dan Suasana Hati Karyawan di Perusahaan Besar

7 Juni 2023   14:22 Diperbarui: 25 Juni 2023   11:12 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Pribadi -byCanva_Edit

Bagaimana sih orang-orang meluapkan emosinya saat berada di lingkungan kantor?

Orang dapat meluapkan emosinya dengan berbagai cara saat berada di lingkungan kantor. Setiap individu bereaksi secara berbeda terhadap stres dan tekanan dalam pekerjaan, namun berikut adalah beberapa cara umum yang digunakan untuk meluapkan emosi di tempat kerja:

  • Komunikasi: Berbicara dengan rekan kerja atau atasan tentang masalah atau perasaan yang mengganggu dapat membantu melepaskan emosi. Diskusi yang terbuka dan jujur dapat memberikan kesempatan untuk mencari solusi atau mendapatkan dukungan.
  • Olahraga atau aktivitas fisik: Menggunakan waktu istirahat untuk berjalan-jalan atau melakukan latihan fisik seperti yoga atau berlari dapat membantu meredakan ketegangan dan stres. Aktivitas fisik juga dapat meningkatkan produksi endorfin yang dapat meningkatkan suasana hati.
  • Mengelola waktu dengan bijaksana: Mengatur waktu dan pekerjaan dengan baik dapat membantu mengurangi tekanan dan meminimalisir emosi negatif. Menghindari penumpukan pekerjaan atau deadline yang terlalu ketat dapat mengurangi risiko meluapkan emosi.
  • Menulis atau mencatat: Mencatat perasaan atau pengalaman yang stres dalam bentuk jurnal atau catatan pribadi dapat membantu dalam proses pemahaman diri dan meredakan emosi. Menulis dapat menjadi bentuk pengungkapan yang aman dan membantu mengurai perasaan yang rumit.
  • Menggunakan teknik relaksasi: Praktik pernapasan dalam, meditasi, atau mendengarkan musik yang menenangkan dapat membantu mengurangi kegelisahan dan memulihkan ketenangan pikiran.
  • Mengambil cuti atau waktu liburan: Jika emosi sedang meluap dan perlu waktu untuk mengatasi stres, mengambil cuti atau waktu liburan dapat memberikan kesempatan untuk beristirahat dan memulihkan diri.
  • Menghubungi profesional: Jika emosi terus terasa berlebihan atau sulit dikendalikan, berkonsultasilah dengan profesional seperti psikolog atau konselor yang dapat memberikan bimbingan dan dukungan yang tepat.

Emosi karyawan di perusahaan merupakan respons individu terhadap berbagai faktor yang ada di lingkungan kerja. Faktor-faktor seperti stres, kepuasan kerja, interaksi sosial, pengakuan, dan budaya perusahaan dapat mempengaruhi suasana hati dan emosi mereka. Stres yang tinggi akibat beban kerja yang berat atau konflik interpersonal dapat menyebabkan emosi negatif seperti frustrasi atau kecemasan. 

Sebaliknya, kepuasan kerja, hubungan sosial yang baik, pengakuan atas prestasi, dan kebijakan perusahaan yang adil dapat berkontribusi pada emosi yang positif seperti kegembiraan dan motivasi. Dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat, perusahaan perlu memperhatikan faktor-faktor ini, mempromosikan kesejahteraan emosional karyawan, serta menciptakan budaya yang mendukung kerja yang produktif dan kolaboratif.

Pentingnya memperhatikan emosi karyawan di perusahaan adalah karena emosi yang baik dapat berdampak pada produktivitas dan kinerja mereka. Karyawan yang memiliki emosi positif cenderung lebih termotivasi, memiliki tingkat kehadiran yang baik, dan dapat berkontribusi secara maksimal dalam pekerjaan mereka. Selain itu, memperhatikan emosi karyawan juga berhubungan dengan kepuasan kerja dan retensi tenaga kerja. 

Karyawan yang merasa dihargai, didengarkan, dan diperhatikan akan cenderung lebih setia dan bertahan dalam perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan perlu menciptakan lingkungan kerja yang mendukung kesejahteraan emosional karyawan dengan memastikan keadilan, dukungan tim, dan pengakuan atas kontribusi mereka.

Lalu bagaimana dengan suasana hati?

Suasana hati mengacu pada kondisi emosional yang dialami oleh seseorang dalam jangka waktu tertentu. Ini mencakup perasaan umum yang dirasakan, seperti senang, sedih, marah, cemas, atau bahagia. Suasana hati dapat berfluktuasi seiring dengan perubahan situasi dan peristiwa dalam kehidupan sehari-hari, serta dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

Faktor internal yang mempengaruhi suasana hati meliputi faktor fisik dan psikologis. Misalnya, kondisi kesehatan fisik, tingkat kelelahan, atau gangguan tidur dapat memengaruhi suasana hati seseorang. Sementara itu, faktor psikologis seperti persepsi, sikap, dan pola pikir juga dapat berkontribusi pada suasana hati yang dirasakan.

Faktor eksternal yang mempengaruhi suasana hati meliputi pengalaman sosial, interaksi dengan orang lain, lingkungan kerja, dan kejadian sehari-hari. Misalnya, dukungan sosial, konflik interpersonal, atau prestasi yang memuaskan dapat mempengaruhi perasaan seseorang. Lingkungan fisik, seperti pencahayaan, kebisingan, atau suasana kerja, juga dapat memainkan peran dalam suasana hati karyawan.

Suasana hati yang positif dapat meningkatkan kesejahteraan dan kinerja seseorang, sementara suasana hati negatif dapat mengganggu keseimbangan emosional dan produktivitas. Penting bagi individu untuk mengenali dan memahami suasana hati mereka sendiri, serta mengembangkan strategi untuk mengelola dan memperbaiki suasana hati yang tidak menguntungkan. 

Dalam konteks perusahaan, menciptakan lingkungan yang mendukung suasana hati yang positif melalui pengakuan, dukungan, dan keseimbangan kerja-kehidupan pribadi dapat berkontribusi pada kesejahteraan karyawan dan keberhasilan organisasi secara keseluruhan.o

Emosi dan suasana hati yang sangat cocok untuk karyawan adalah suasana hati yang seimbang, positif, dan produktif. Beberapa emosi dan suasana hati yang dapat menjadi target bagi karyawan di tempat kerja adalah:


1. Keseimbangan emosional: Karyawan yang mampu menjaga keseimbangan emosional akan dapat menghadapi tantangan dan tekanan dengan lebih efektif. Ini melibatkan kemampuan untuk mengelola emosi negatif seperti stres, kecemasan, atau frustrasi, sambil mempertahankan emosi positif seperti kepercayaan diri, ketenangan, dan kegembiraan.

2. Motivasi dan antusiasme: Karyawan yang memiliki motivasi yang tinggi dan antusiasme terhadap pekerjaan mereka akan cenderung lebih bersemangat dan berdedikasi. Mereka merasa termotivasi untuk mencapai tujuan, menghadapi tantangan, dan berinovasi. Motivasi dan antusiasme yang tinggi juga berdampak positif pada produktivitas dan kualitas kerja.

3. Keterlibatan dan kepuasan kerja: Karyawan yang merasa terlibat dalam pekerjaan mereka dan merasa puas dengan pekerjaan tersebut cenderung memiliki suasana hati yang baik. Keterlibatan kerja melibatkan perasaan memiliki arti dan kontribusi yang berarti, sementara kepuasan kerja melibatkan kecocokan antara harapan dan pengalaman positif dalam pekerjaan.

4. Kolaborasi dan hubungan sosial yang baik: Suasana hati yang positif dapat tercipta melalui interaksi sosial yang sehat dan hubungan yang baik dengan rekan kerja dan atasan. Kolaborasi yang positif, dukungan tim, dan komunikasi yang efektif dapat menciptakan lingkungan kerja yang membangun dan mendukung.

5. Kesejahteraan dan keseimbangan kerja-kehidupan: Karyawan yang merasa sehat secara fisik, mental, dan emosional akan cenderung memiliki suasana hati yang baik. Keseimbangan antara tuntutan pekerjaan dan kehidupan pribadi yang seimbang juga berkontribusi pada kesejahteraan karyawan secara keseluruhan.

Perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang mendukung suasana hati yang cocok untuk karyawan dengan menyediakan dukungan sosial, kesempatan pengembangan, pengakuan atas prestasi, kebijakan yang fleksibel, dan fokus pada kesejahteraan karyawan. Memahami dan menghargai emosi dan suasana hati karyawan adalah langkah penting dalam menciptakan budaya kerja yang positif, memotivasi, dan produktif.

Sumber

1. Ekman, P. (1992). An argument for basic emotions. Cognition & Emotion, 6(3-4), 169-200.

2. Gross, J. J. (1998). The emerging field of emotion regulation: An integrative review. Review of General Psychology, 2(3), 271-299.

3. Watson, D., & Tellegen, A. (1985). Toward a consensual structure of mood. Psychological Bulletin, 98(2), 219-235.

4. Lazarus, R. S. (1991). Emotion and adaptation. Oxford University Press.

5. Fredrickson, B. L. (2001). The role of positive emotions in positive psychology: The broaden-and-build theory of positive emotions. American Psychologist, 56(3), 218-226.

Kelompok : 04SAKP009

1. M Mario

2. M. Syafiq Imani

3. Naflah Sabrila

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun