Mohon tunggu...
Nafista Kurnia Putri 28
Nafista Kurnia Putri 28 Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa pendidikan Islam Anak Usia Dini

Bermanfaat untuk orang lain

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bermain Masak-masakan sebagai Sarana Mengembangkan Kreativitas Anak Melalui Kegiatan Proyek

7 Desember 2020   13:04 Diperbarui: 7 Desember 2020   13:08 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengen tau nih, buat yang baca artikel ini, siapa yang kecilnya suka bermain masak-masakan?
Tidak kaget lagi ketika sebagian orang pernah bermain masak-masakan karena semuanya pernah mengalami masa kecil meskipun permainan ini didominasi oleh anak perempuan ada kalanya laki-laki pun juga ikut serta.

Permainan ini sangat cocok untuk anak usia dini karena banyak manfaatnya dan dari media serta cara melakukannya pun tergolong mudah. Maksud mudah disini yaitu bahan dapat dicari di sekitar lingkungan sendiri dan cara memainkannya pun juga tidak sulit.

Selain mudah dalam bahan dan cara memainkannya, ada banyak manfaat ketika anak bermain masak-masakan ini salah satunya adalah meningkatkan kreativitas anak. 

Dengan bermain masak-masakan, anak akan menyusun rencana apa saja yang akan dia lakukan. Contohnya, biasanya sebelum bermain, anak akan berkumpul dan saling membuat keputusan untuk tugas mereka masing-masing misalnya Rani berperan sebagai penjual dengan tugas-tugasnya, Amira berperan sebagai pembeli dengan tugas-tugasnya, dan lain-lain. Selain itu, kreativitas anak juga akan meningkat ketika saat berkreasi menciptakan makanannya.

Dari adanya sebuah hasil akhir yaitu menciptakan sebuah makanan, maka itulah yang disebut dengan kreatifitas melalui kegiatan proyek.

Arti proyek bukan berarti anak bekerja seperti orang dewasa, akan tetapi menurut Mulyasa (2012:112) bahwa:

"Proyek merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar dengan menghadapkan anak pada persoalan sehari-hari yang harus dikerjakan secara berkelompok".

 Dengan demikian, melalui proyek anak mendapat kesempatan untuk mengekspresikan pola berpikir, keterampilan, dan kemampuannya untuk memaksimalkan sejumlah permasalahan yang dihadapi mereka sehingga anak memiliki peluang untuk berkreasi dan mengembangkan diri.

Nah, dari kegiatan-kegiatan kecil seperti itulah yang sebenarnya membawa manfaat besar tetapi juga masih dipandang remeh dan tidak ada manfaatnya menurut orang dewasa.

"Jangan main masak-masakan dong Nak, entar bajunya kotor jadi Mama sulit nyucinya"

Wahai pendidik, janganlah bersikap seperti itu karena sejatinya dunia anak adalah dunia bermain. Cara mereka belajar yaitu dengan bermain. Seharusnya pakaian kotor anak bukan menjadi sebuah masalah akan tetapi seharusnya sudah menjadi hal biasa terkecuali memang bermainnya hanya di dalam ruangan.

Untuk jenis bermain masak-masakannya sendiri itu terdiri dari 2 jenis : indoor dan outdoor.

Indoor adalah ketika anak bermain masak-masakan di dalam ruangan yang mana bahan-bahannya biasanya dari bahan plastik seperti kompor plastik, piring, sendok dan lain-lain dengan pengemasan ukuran yang lebih kecil untuk seusia anak usia dini. 

Barang ini dapat di temui di pasar atau toko-toko mainan. Jadi, tidak perlu membutuhkan barang-barang atau alat mainan serba mewah untuk mengembangkan kreatifitas anak baik fisik motorik, sosial, kognitif, bahasa, dll. 

Dari kegiatan masak-masakan indoor ini juga akan meminimalisir anak bermain gadget karena selain belajar pelajaran sekolah, anak disibukkan dengan permainan-permainan yang bermanfaat.

Kemudian pengertian dari bermain outdoor adalah anak bermain di luar ruangan. Orang tua tidak perlu khawatir, asalkan orang tua tetap mengawasi dari jauh apa yang sedang anak-anak lakukan. 

Dengan itu, anak akan merasa memiliki kebebasan untuk memerankan perannya dan mempraktikkan cara memasak atau cara memperoleh bahan-bahan untuk memasak sesuai yang bisa dilihatnya. 

Pentingya mengikutsertakan anak dalam kegiatan sehari-hari dirumah seperti mengajak anak ikut mencuci, menyapu, dan lain-lain. Buka menjadikan anak seperti pembantu, melainkan semata-mata mengajarkan anak untuk mandiri dan mengembangkan berbagai aspek perkembangannya. 

Dari situlah anak akan mengamati kemudian meniru dalam bentuk kegiatan-kegiatan bermain.

Menurutku, bermain outdoor lebih banyak membawa manfaat karena anak banyak bersosialisasi dengan lingkungan dan teman sebayanya. Sehingga perkembangan-perkembangan yang harus dicapai anak sesuai STTPA bisa terpenuhi.

Sedikit cerita perihal insta story milik dosenku. Beliau memiliki 2 anak laki-laki yang jarak usianya tidak jauh beda kisaran jarak satu tahunan. Beliau sering ngeposting kegiatan sehari-hari yang dilakukan anak-anaknya ketika dirumah. 

Dan yang sering membuat saya kagum oleh beliau adalah beliau tidak pernah memarahi anak-anaknya yang mewarnai tubuhnya dengan spidol atau pewarna lainnya. 

Buktinya, setelah anak-anaknya selesai bermain, beliau selalu ngefoto anaknya yang sudah  berlumuran dengan spidol warna-warni dengan latar belakang tembok yang penuh dengan coretan.

Jarang sekali saya temui yang seperti itu. Kebanyakan orang tua marah-marah kepada anaknya karena ulahnya yang tidak bisa diam termasuk merusak perabotan rumah.

Setelah mengetahui begitu pentingya bermain masak-masakan, sebenarnya untuk mengembangkan kreativitas anak sangatlah mudah yaitu dimulai dari kegiatan-kegiatan kecil yang kelihatannya tidak membawa manfaat. 

Jangan melulu anak disuruh untuk belajar belajar dan belajar. Aspek perkembangan anak tidak akan berkembang optimal ketika didalamnya tidak ada kebahagiaan dan hati yang tulus saat melakukannya.


Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun