Mohon tunggu...
Nafista Kurnia Putri 28
Nafista Kurnia Putri 28 Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa pendidikan Islam Anak Usia Dini

Bermanfaat untuk orang lain

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keberhasilan Bermain Eksperimen Anak Akan Berucap, "Wow"

9 November 2020   22:09 Diperbarui: 9 November 2020   22:34 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika mendengar kata eksperimen, pikiranku sudah tertuju kepada seorang profesor berkacamata dibalut jas putih melakukan uji coba di sebuah ruangan medis sedang menuangkan beberapa cairan kimia warna warni.


Kenapa terlintas seperti itu? ya karena tontonan televisi kartun masa kecilku. 


Akan tetapi, sebenarnya bereksperimen tidak serumit itu. Artinya, kita dapat bereksperimen mulai dari hal-hal yang sederhana dan terdekat. 

Kegiatan eksperimen pada anak usia dini ini tidak lepas dengan kegiatan bermain. Ketika anak bermain, saat itulah anak juga belajar.


Sedikit cerita tentang pengalaman bereksperimenku... 


"Pengen banget kalau beli-beli barang langsung ambil gitu aja, gak pakai lihat harga, tapi gimana caranya? 

Sontak temenku jawab sambil ngegas: 

" Ya kerja"


Kalau kita kerja, kita belanja apapun akan terasa nikmat dan lossss. Tudak khawatir habis dan dimarahin orang tua.


Apalagi kondisi lagi Pandemi seperti ini, orang tua kerja serabutan, jadi sungkan "udah gede" uang jajan kok masih minta ke orang tua.


Jadinya, aku berinisiatif mengajak temanku membuat masker kain. Kita berpikir dengan kita jualan masker kain+buatan dan bahan kulakan sendiri, keuntungan bakan lebih tinggi dibandingkan kalau jadi reseller.


Satu minggu kemudian, aku memutuskan untuk berkolaborasi dengan temanku yang memiliki alat penjahit sehingga lumayan lah meringankan modal.


Awalnya kita browsing dan cari tahu tutorial pembuatan masker di youtube maupun pinterest. 

Dengan keahlian yang sangat masih dibawah standar terciptalah masker pertama yang dibilang masih kurang layak untuk dijual.

 Tapi dengan keoptimisan kita, dijuallah masker itu.


Waktu terus berjalan, kita merasa masker yang pertama itu masih kurang baik, maka kita mencoba-coba membuat pola masker seadanya dari kertas karton tanpa melihat dari media sosial apapun. Karena takut tidak sesuai dan malah membuang-buang kain. 


Akhirnya pola itu jadi dan jahitan masker selanjutnya kita pakai pola yang baru yang hasil kita mendesain sendiri. 

Masih kurang PD sih.. Cuma kita telatenin.. Sampai akhirnya masker itu jadi dan hasilnya sangat memuaskan. Kita sendiri tidak nyangka dan merasa sangat terharu+takjub.
Terjual sukses masker home made kita.. Alhamdulillah..
Bersambung...

Nah, dari cerita itu, aku merasa telah bereksperimen (mencoba dan terus mencoba).


Lalu, sebenarnya apa sih eksperimen itu?

Menurut Wikipedia, eksperimen bisa disebut juga percobaan. Suatu set tindakan dan pengamatan, yang dilakukan untuk mengecek atau menyalahkan hipotesis atau mengenali hubungan sebab akibat antara gejala.


Menurut Yeni. R dan Euis K (2010) menyebutkan beberapa bentuk kegiatan eksperimen AUD yang sederhana :


1. Makanan ajaib
Anak akan melakukan percobaan dengan memasukkan sereal di dalam plastik yang sudah diremas-remas. Kemudian bubuk sereal di keluarkan dari plastik dengan meletakkan sebuah magnet di dekat bubuk sereal. Maka sereal itu akan menempel ke magnet karena mengandung zat besi. Percobaan ini akan menghasilkan sebuah penjelasan visual yang menakjubkan tentang zat yang terkandung di dalam makanan itu. Anak dapat mencoba di berbagai jenis makanan yang ada di sekitarnya.

2. Mencampur warna
Misalnya anak mencampur warna biru dan kuning, maka warna akan berubah menjadi hijau. Anak akan merasa takjub akan terjadinya perubahan warna. Anak dapat mencoba mencampurkan sendiri warna-warna yang diinginkan yang kemudian akan menghasilkan warna baru.


3. Minuman rasa baru
Mencampurkan ekstrak buah-buahan atau pun serbuk lainnya ke dalam gelas berisi air, kemudian anak mencicipinya. Sebaiknya anak merasakan perubahan rasa yang terjadi sebelum dan sesudah terjadinya pencampuran. Anak diberi kesempatan untuk mencoba sendiri sehingga dapat menghasilkan rasa baru yang disukainya.

4. Melayang, terapung, dan tenggelam
Anak mencari benda-benda disekitarnya kemudian dimasukkan ke dalam tempat yang diisi air jernih. Dari sana anak akan dapat mengkategorikan benda itu melayang, terapung, atau tenggelam.

5. Buah cair enak
Anak ditutup matanya menggunakan kain lalu menebak buah sesuai aroma atau rasa buah yang mereka cium atau cicipi.

6. Hujan
Guru atau orang tua membantu anak memasak air di kompor. Saat air mendidih, guru memegang piring diatas uap. Uang yang terkumpul pada permukaan piring berubah menjadi titik air yang kemudian jatuh menjadi "hujan".

7. Cuka dan tulang belulang
Anak merendam tulang yang sudah bersih ke dalam cuka selama beberapa hari. Selama itu, cuka akan menarik kalsium dari tulang sehingga melemahkannya. Setelah beberapa hari, angkat tulang itu. Anak akan melihat perubahannya yaitu tulang akan mudah sekali di lengkungan. Setelah itu guru bisa bertanya "bagaimana kalau kalsium yang ada di dalam tulang hilang?".


Dengan bereksperimen, anak akan terpicu untuk lebih berpikir kreatif dan tentunya menemukan hal-hal atau ide-ide baru. 

Sampai terlintas di pikiran anak "kok iso?" dan berakhir dengan hasil yang menakjubkan "wowww".

Semoga Bermanfaat:) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun