Belakangan ini, tiap sore di desaku beberapa anak kecil sampai orang tua berbondong-bondong ke lapangan untuk bermain layang-layang. Cuaca yang mendung dan berangin ini sangatlah cocok kalau dimanfaatkan untuk bermain layang-layang. Karena layang-layang membutuhkan angin yang bertiup lebih kencang agar bisa terbang tinggi.
Aku sebagai kaum hawa terkadang berpikir:
"Apa sih serunya bermain layang-layang? Orang cuma tarik ulur benang gitu aja, serunya dimana?".
Eits.. jangan dipandang sebelah mata permainan ini. Aku berpikir seperti itu karena aku belum pernah merasakannya. Bermain layang-layang sangatlah seru bagi mereka yang hobi dan tentunya kreatif. Di permainan ini,kita akan merasakan sebuah tantangan, apa saja? Ketika akan menerbangkannya harus lari-larian. Belum lagi kalau gagal, bisa saja nyangkut di tiang, kabel-kabel listrik, pohon, atau putus karena kena layang-layang milik orang lain yang sama-sama ada di atas langit.
Terkait pembuatan layang-layangnya, orang di desaku membuat sendiri. Selagi bisa,kenapa enggak? hitung-hitung penghematan karena lagi Pandemi. Tetanggaku sendiri, dia membuat lalu memperjualbelikannya. Selain menimbulkan kesenangan bagi dirinya sendiri tapi juga menguntungkan. Layang-layang ini biasa disebut dengan "Layangan Sawangan" yang ukurannya lebih besar 10x dari biasanya.
Adikku sendiri tidak mau kalah. Tiap hari sepulang sekolah yang di pegang adalah layang-layang kalau tidak itu ya hp. Sampai nenek berkata:
"ya mbok main sana, dari pada main hp terus".
Membuat layang-layang sangat dibutuhkan dengan yang namanya kreatifitas dan ketelatenan. Aku sendiri sangat mengapresiasi layang-layang buatan adikku yang dibilang susah untuk seusianya.
Kembali lagi di paragraf sebelumnya tentang pekerjaan anak yang hanya bermain-bermain-dan bermain.
Termasuk etika orang tua melihat anaknya bermain gadget rasanya begitu pengen marah-marah karena ketika hp digunakan oleh anak kecil, mayoritas bukan dibuat belajar atau berkomunikasi tapi bermain game.
Jangan salahkan anak terus-terusan, karena zaman sekarang ini adalah zaman digital yang berbeda dengan zaman orang tua (zaman dulu). Di zaman sekarang, anak tumbuh dengan kecanggihan teknologi sehingga sangatlah mudah mengakses apapun termasuk dari gadget.
Orang tua lebih suka anaknya bermain apapun kecuali tidak dengan gadget. Tapi lucunya lagi biasanya juga tidak membolehkan kedua-duanya. Serba salah ya..
"Main terossss....Belajar sana lho dek biar pinter".
Kebanyakan dari mereka masih beranggapan kalau bermain itu tidak ada manfaatnya tapi hanya untuk bersenang-senang saja sehingga membuat anak kecapekan dan malas untuk belajar.
Dan kebanyakan orang tua lebih suka anaknya duduk manis didepan meja belajar menghadap buku. Padahal, ketika anak tidak dibolehkan bermain dan dipaksa untuk belajar maka jiwa anak tidak merasa bahagia melainkan akan menjadi tekanan dan pikirannya tidak fokus dengan yang sedang dipelajarinya.
Perlu diketahui, yang diutamakan pada perkembangan anak yaitu anak bahagia dahulu kemudian baru pada proses belajarnya. Karena ketika anak jiwanya bahagia, maka proses informasi lebih mudah masuk. Informasi itu tidak melulu dengan kegiatan formal seperti di sekolah dan TPQ saja, melainkan banyak tempat dan kondisi (di manapun, kapanpun, dan dengan siapapun) termasuk ketika sedang bermain.
Bermain adalah kebutuhan mutlak bagi anak. Didalam bermain, anak mampu mengembangkan berbagai aspek perkembangan melalui kreativitas, mampu memecahkan masalah, mencoba hal-hal baru, melatih konsentrasi, dan belajar berkolaborasi secara aktif dengan orang lain atau teman sebayanya.
Pada kondisi pandemi seperti ini, orang tua banyak menghabiskan waktu dirumah bersama anaknya. Sangat cocok sekali ketika dijadikan momen untuk mengasah bakat dan kreatifitas anak. Diantara permainan itu adalah :
1. Bermain Masak Masakan
2. Melukis /Menggambar Tanaman
3. Menghias kartu
4. Bermain balok dan puzzle
5. Bermain playdough, dan masih banyak lagi.
Di sini orang tua sangat berperan aktif dalam mendampingi anaknya bermain termasuk memperhatikan kalau permainan tersebut sesuai atau tidak dengan kemampuan anak, kegiatan yang akan dilakukan serta alat dan bahannya dapat disesuaikan dengan lingkungan rumah masing - masing, melakukan berulang kali suatu cara bermain sehingga anak lebih terampil tanpa ada paksaan, tidak memaksakan anak apabila anak tidak berminat untuk bermain, dan yang terakhir yaitu membebaskan anak untuk selalu menjelajahi, menemukan, dan mempelajari sesuatu berdasarkan apa yang anak ingin ketahui.
Semoga bermanfaat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI