Mohon tunggu...
Nafista
Nafista Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Manajemen Diri (Self Management)

14 April 2019   17:29 Diperbarui: 14 April 2019   17:38 1338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata jijik mungkin sudah tidak asing lagi kita dengar. Entah itu terhadap makanan, muntahan, kotoran, sampah, darah, makanan busuk, nanah, ingus, dan lain-lain. Nah, pasti kita pernah berpikir mengapa hal ini terjadi? Mari kita simak penjelasan berikut.

Apa itu rasa jijik?

Jijik merupakan respon negatif terhadap sesuatu yang tidak disukai, yang mana kita menganggapnya menjijikkan. Terlihat ketika kita sedang merasa jijik biasanya tak sengaja ekspresi wajah akan reflek berubah, bibir terangkat, dan hidung akan seketika mengerut.

Apa yang menyebabkan kita bisa merasa jijik terhadap sesuatu???

Setiap orang mempunyai perasaan untuk merasa jijik. Semua emosi itu muncul karena diajari, termasuk pada perasaan jijik. Misalnya, seorang anak merasa jijik karena dari kecil sudah diajari oleh orang tuanya.  Menurut Ahmad Mukhlis, salah seorang dosen di Perguruan Tinggi Malang mengatakan bahwa orang yang mempunyai rasa jijik berlebihan, pasti dia memiliki sifat yang jorok karena tidak terbiasa dengan hal-hal yang yang kotor, melihatnya saja sudah jijik.

Perasaan jijik ini bergantung pada pengalaman. Pada dasarnya, perasaan jijik dapat dihindari atau dikendalikan, karena perasaan ini diatur oleh otak dan pikiran. Misalnya, ketika kita jijik terhadap darah yang ada diluka kaki, mau tidak mau kita harus membersihkannya sehingga cepat kering. Disitulah kita mengesampingkan rasa jijik tersebut, sehingga lama kelamaan rasa jijik tersebut akan hilang.

Kita sendiri yang dapat mengendalikan pikiran kita terhadap sesuatu, bukan orang lain. Selain itu, ketika perasaan jijik mulai hilang, kita akan merasa enjoy ketika melakukan sesuatu. Dari permasalahan diatas, ada kaitannya dengan cara memanajemen stres pada artikel saya yang berjudul Manajemen diri (Self Management).

Menurut CASEL (The Collaborative for Academic, Social, and Emotional Learning), Kolaborasi untuk Akademik, Sosial, dan Pembelajaran Emosional merupakan sebuah Pendidikan yang berada di Amerika melalui pembelajaran sosial dan emosional mendefinisikan Manajemen Diri (Self Management) Merupakan kemampuan untuk berhasil mengatur emosi, pikiran, dan perilaku seseorang dalam situasi yang berbeda - secara efektif mengelola stres, mengendalikan impuls, dan memotivasi diri sendiri. Kemampuan untuk menetapkan dan bekerja menuju tujuan pribadi dan akademik. Yang mana manajemen diri memiliki unsur-unsur didalamnya yang mencakup:

1.Kontrol impuls (Impulse Control)
kemampuan seseorang untuk mengendalikan dirinya sendiri secara sadar agar menghasilkan perilaku yang tidak merugikan orang lain, sehingga sesuai dengan norma sosial dan dapat diterima oleh lingkungannya.

2.Manajemen stres (Stress Management)
Kemampuan dalam mengatasi gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang muncul karena tanggapan (respon). Tujuannya untuk memperbaiki kualitas hidup individu agar menjadi lebih baik.

Stress sendiri terjadi karena peningkatan beban kehidupan atau otak mengalami tekanan yang berlebihan, seperti beban anak yang sering dimarahi orang tuanya, dia cenderung memilih diam, murung, bahkan sampai tidak mau makan.

3.Disiplin diri (Self-Discipline)
Kemampuan membuat diri untuk melaksanakan apa yang seharusnya dilaksanakan. Orang tua/pendidik yang menginginkan keberhasilan dalam mengurus anak, maka dibutuhkan yang namanya sikap disiplin/disiplin diri. Misalnya Disiplin diri yang perlu diajarkan pada anak usia dini diantaranya degan dibiasakan terbiasa dengan aktifitasnya yang positif seperti bangun lebih pagi lalu merapikan tempat tidurnya, mengembalikan mainan setelah selesai menggunakan, menolong diri sendiri, menolong orang lain, dan lain-lain.

4.Motivasi diri (Self-Motivation)
Adanya penggerak atau dorongan yang dapat memicu timbulnya rasa semangat dan juga mampu merubah tingkah laku individu untuk menuju pada hal yang lebih baik bagi dirinya sendiri. Misalnya anak kecil yang diapresiasi berupa hadiah atau pujian karena prestasinya disekolah. Dengan adanya apresiasi itulah anak merasa diperhatikan dan lebih semangat lagi untuk aktif belajar.

5.Penetapan tujuan (Goal-Setting)
Sebelum melakukan sesuatu, kita harus lebih dahulu menetapkan tujuan.

6.Kemampuan organisasional (Organizational Skill)Kemampuan seseorang dalam berorganisasi atau berinteraksi dengan suatu golongan/kelompok. Misalnya, anak yang baru masuk sekolah pasti masih asing dengan teman atau lingkungan sekolahnya, tetapi disitu anak bisa berinteraksi dengan baik sehingga mempunyai banyak teman dan mulai nyaman dengan lingkungan sekolahnya.

Cukup pembahasan dari artikel saya mengenai Manajemen Diri.
Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun