Mohon tunggu...
Nafisatun Niami
Nafisatun Niami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kesulitan Menulis

27 April 2021   23:54 Diperbarui: 28 April 2021   00:48 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengeja

Dalam bahasa Indonesia belajar mengeja tidak sesulit dalam bahasa Inggris karena hampir tiap huruf memiliki bunyi sendiri-sendiri dan tidak banyak yang berubah jika huruf-huruf tersebut tersusun dalam bentuk kata-kata. Seperti dalam bahasa Inggris bunyi huruf " o " akan berubah untuk kata " on ", "one", " mother", dan " to". Dalam bahasa Indonesia bunyi huruf " o "untuk " orang " berbeda untuk " lorong ", perbedaan tersebut tidak terlalu mencolok seperti halnya dalam bahasa Inggris.

Mengeja adalah suatu bidang yang tidak memungkinkan adanya kreativitas atau berpikir devergen. Hanya ada satu pola susunan huruf -huruf untuk suatu kata yang dapat dianggap benar, tidak ada kompromi. Oleh karena itu, mengeja pada hakikatnya adalah memproduksi urutan huruf yang benar baik dalam bentuk ucapan atau tulisan dari suatu kata.

Menulis Ekspresif

Yang dimaksud dengan menulis ekspresif adalah mengungkapkan pikiran dan perasaan ke dalam suatu bentuk tulisan, sehingga dapat dipahami oleh orang lain yang sebahasa. Menulis ekspresif disebut juga mengarang atau komposisi ( Hallahan, Kauffman, Lloyd, (1985:143)

Kesulitan menulis ekspresif mungkin yang paling banyak dialami baik oleh anak maupun oleh orang dewasa. Agar dapat menulis ekspresif seseorang harus lebih dulu memiliki kemampuan berbahasa ujaran, membaca, mengeja, menulis dengan jelas, dan memahami berbagai aturan yang berlaku bagi suatu jenis penulisan. 

Menurut Roit dan McKenzie seperti dikutip oleh Lovitt (1989:252) ada tiga alasan yang menyebabkan kessulitan menulis ekspresif. Pertama, meskipun pendekatan analisis tugas mungkin sesuai untuk pengajaran matematika dan mungkin juga membaca, pendekatan ini tidak sesuai untuk mengembangkan kemampua menulis. Kedua, meskipun anak memperoleh banyak latihan tentang elemen-elemen menulis, mereka tidak memperoleh kesempatan yang cukup untuk menulis ekspresif. Ketiga, karena anak berksulitan belajar kurang memiliki keterampilan metakognitif bila dibandingkan dengan anak yang tidak berkesulitan belajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun