Mohon tunggu...
Nafisah Trihafsari
Nafisah Trihafsari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiwa - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta - FDIKOM - Pengembangan Masyarakat Islam

Mahasiswa Asal Bogor

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Keseimbangan antara Ibadah Dan Mua'malah

1 November 2024   15:40 Diperbarui: 1 November 2024   16:05 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Ibadah mahdhah mencakup tindakan yang langsung terkait dengan pengabdian kepada Allah dan dilakukan sesuai dengan aturan syariat. Shalat, puasa, zakat, dan haji adalah contoh ibadah mahdah. Setiap jenis ibadah ini memiliki prosedur, waktu, dan persyaratan yang harus diikuti. Misalnya, selama bulan Ramadan, shalat dilaksanakan lima kali sehari pada waktu yang telah ditetapkan, dan puasa dilakukan. Kewajiban ini menunjukkan kedisiplinan dan komitmen seorang Muslim untuk menjalankan perintah Allah.

     Di sisi lain ada Sebaliknya, ibadah ghairu mahdhah mencakup semua tindakan baik yang dilakukan dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah, meskipun tidak ada ketentuan syariat yang spesifik. Ini termasuk aktivitas sehari-hari yang baik dan bermanfaat, seperti bekerja, bersedekah, menjaga hubungan baik dengan orang tua, dan menemukan dan berbagi informasi. Jenis ibadah ini menunjukkan bahwa setiap aspek kehidupan dapat menjadi cara untuk mengabdikan diri kepada Allah, asalkan niatnya baik dan sesuai dengan prinsip Islam.

Kita menyadari bahwa beribadah kepada Allah secara langsung bukanlah satu-satunya cara untuk menjalani hidup ini. Selain itu, ada komponen yang sangat penting dalam kehidupan kita, yaitu muamalah atau interaksi sosial di antara sesama manusia dalam Islam, muamalah mencakup berbagai aspek kehidupan, mulai dari transaksi ekonomi hingga hubungan sosial, yang semuanya diatur oleh prinsip-prinsip syariat. Setiap jenis hubungan ini memiliki aturan yang jelas yang diberikan oleh Islam. Misalnya, ada aturan yang menekankan pentingnya kejujuran, keadilan, dan transparansi dalam jual beli. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT mengatakan bahwa transaksi harus dilakukan dengan ridha satu sama lain dan tanpa kecurangan. Hal ini menghasilkan lingkungan ekonomi yang adil dan sehat di mana setiap orang dapat berpartisipasi dengan aman.

Setiap hubungan dan transaksi sosial harus dilakukan dengan prinsip keadilan dan kejujuran, menurut Islam. Misalnya, ketika Rasulullah SAW melakukan jual beli, dia sangat menekankan pentingnya berbuat jujur dan menghindari penipuan. "Selama mereka belum berpisah, penjual dan pembeli memiliki hak untuk membatalkan transaksi," katanya. Ini menunjukkan betapa pentingnya kesepakatan yang jelas dan transparansi dalam setiap transaksi.Semua bentuk interaksi sosial bergantung pada kejujuran, tidak hanya dalam jual beli. Orang Islam dididik untuk menghormati dan menjaga hak satu sama lain. Dengan mengembangkan masyarakat berdasarkan kepercayaan dan rasa hormat satu sama lain, kita dapat menciptakan lingkungan yang harmonis dan produktif.

Nabi SAW bersabda :

                       (رواه مسلم) "مَن غَشَّ فَلَيْسَ مِنَّا.”

            "Barang siapa yang menipu, maka ia bukan dari golongan kami."(HR. Muslim)

Hadis ini menegaskan pentingnya kejujuran dan integritas dalam setiap transaksi dan interaksi sosial. Menipu atau berbohong adalah perilaku yang sangat dilarang dalam Islam dan dapat mengakibatkan seseorang terpisah dari komunitas yang berlandaskan pada nilai-nilai kejujuran. Hadis ini mengajak orang Islam untuk menjauhi penipuan dan menegakkan kejujuran dalam kehidupan sehari-hari mereka. Mereka yang mengikuti ajaran ini tidak hanya akan mendapatkan keberkahan dari Allah, tetapi mereka juga akan membantu membangun masyarakat yang adil dan harmonis. Kejujuran menjadi fondasi penting dalam dunia yang semakin kompleks ini untuk membangun hubungan yang sehat dan produktif antar individu, sehingga setiap orang dapat merasa aman dan dihargai (Ath-Thahir, 2017).

Keseimbangan antara ibadah dan muamalah sangat penting untuk mencapai kehidupan yang harmonis. Jika seseorang hanya fokus pada ibadah tanpa memperhatikan muamalah, kebutuhan sehari-hari mereka mungkin tidak terpenuhi. Di sisi lain, jika seseorang hanya terfokus pada muamalah dan mengabaikan ibadah, mereka bisa kehilangan koneksi dengan aspek spiritual. Karena itu, penting bagi seorang Muslim untuk menjalani kedua aspek ini dengan seimbang (Yudi Arianto & Rinwanto, 2019)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun