Sastra anak juga bisa menjadi alat untuk memperkenalkan anak-anak pada isu-isu sosial yang kompleks dengan cara yang sederhana dan dapat dipahami. Misalnya, cerita tentang persahabatan antara anak-anak dari latar belakang ekonomi yang berbeda dapat mengajarkan pentingnya solidaritas tanpa memandang status sosial.
Cerita semacam ini membantu anak-anak mengembangkan rasa empati dan memahami bahwa nilai seseorang tidak diukur dari kekayaan atau posisi sosialnya. Anak-anak yang diajarkan untuk peduli dan membantu orang lain sejak dini akan tumbuh menjadi individu yang peduli terhadap komunitasnya. Sastra anak juga dapat menjadi jembatan untuk membahas isu-isu global seperti perubahan iklim, hak asasi manusia, dan perdamaian dunia.
Sastra anak adalah investasi untuk masa depan. Ketika kita menyediakan cerita-cerita yang inklusif dan bermakna untuk anak-anak, kita tidak hanya membangun generasi pembaca yang cerdas, tetapi juga masyarakat yang lebih toleran dan empatik. Dengan membaca cerita-cerita seperti "Bercerita Bersama Sofi" dan "Bencana di Pulau Seberang," anak-anak belajar untuk menghormati perbedaan, bekerja sama, dan melihat dunia melalui lensa yang lebih luas.Â
Dunia sastra anak harus mencerminkan keberagaman yang ada di masyarakat kita, sehingga setiap anak merasa diterima, dihargai, dan terinspirasi untuk menjadi versi terbaik dari diri mereka. Sastra anak yang inklusif juga mendorong mereka untuk menjadi individu yang berpikir kritis, kreatif, dan memiliki wawasan global.
Melalui sastra anak, kita dapat membuka pintu ke dunia yang penuh warna, di mana setiap anak dapat melihat diri mereka sendiri dan orang lain dengan cara yang positif dan penuh kasih. Dengan memperbanyak cerita-cerita yang inklusif, kita tidak hanya memperkaya literasi anak-anak tetapi juga membantu mereka memahami pentingnya hidup dalam harmoni, menerima perbedaan, dan menghargai keberagaman.Â
Sastra anak yang inklusif adalah sebuah langkah kecil, tetapi dampaknya dapat berlangsung seumur hidup, menciptakan dunia yang lebih baik bagi generasi mendatang. Dengan melibatkan semua pihak dalam menciptakan dan mempromosikan sastra anak yang inklusif, kita dapat memastikan bahwa setiap anak memiliki akses ke cerita yang mencerminkan dunia mereka dan membantu mereka membangun masa depan yang lebih cerah.
SUMBER REFERENSI:
Alwiningsih, W. (2019). Bencana di pulau seberang.
INDONESIA, P. P. B. D. S. STRATEGI PEMBELAJARAN SASTRA PADA SISWA DISLEKSIA DI SEKOLAH INKLUSI SDN KELAS 4 KEBONSARI 2.
Kurniawati, F., & Jaswandi, L. N. (2024). Bercerita Bersama Sofi.
Munggarani, W. I., & Halimah, H. (2023). SASTRA ANAK SARANA PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA BERBASIS PSIKOLOGI PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK. In Seminar Internasional Riksa Bahasa (pp. 613-623).