Seluruh Jenis Bencana Wajib diwaspadai
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di persimpangan empat lempeng tektonik. Keempat lempeng tersebut adalah Benua Asia, Benua Australia, Samudera Hindia, dan Samudera Pasifik. Kondisi ini dapat menimbulkan berbagai bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir, dan tanah longsor. Indonesia juga terletak di Cincin Api Pasifik sehingga rawan terhadap bencana alam. Meningkatnya intensitas dan kompleksitas bencana dan keadaan darurat memerlukan pengelolaan bencana yang sistematis (sistem manajemen bencana). Namun sayangnya, perspektif bencana belum menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Paradigma pencegahan dalam penanggulangan bencana tidak hanya mencakup upaya pencegahan bencana yang dapat dihindari.Â
Paradigma Masyarakat
Kemampuan beradaptasi harus dimulai dari perspektif bencana (paradigma). Masalahnya adalah sebagian orang mempunyai pandangan yang mendarah daging bahwa bencana adalah sebuah takdir, takdir, atau bahkan hukuman atas dosa. Akibatnya, bukan bencana yang diharapkan, melainkan ranah moralitas, yaitu pengaturan perilaku manusia di luar bencana. Bencana bukanlah sesuatu yang harus dihindari, namun bencana perlu dikelola dan dikelola dengan lebih baik, tidak hanya oleh pemerintah, namun juga dengan bekerja sama dengan masyarakat lokal yang lebih siap dan lebih waspada terhadap bencana tersebut.
Paradigma masyarakat tentang bencana harus diubah dari paradigma penanganan bencana setelah bencana terjadi menjadi paradigma yang siap dalam mengantisipasi bencana. Bukan hanya penanganan saat bencana dan setelah terjadinya bencana bahkan sebelum bencana seperti edukasi untuk masyarakat hal apa yang harus dilakukan saat bencana, sistem peringatan dini yang harus cepat dibenahi oleh pihak yang berwenang, serta edukasi tentang mengelola bencana. Keikutsertaan masyarakat sangat diperlukan untuk menanggulangi bencana. Perubahan paradigma dari respon terhadap bencana menjadi paradigma yang siap untuk mengantisipasi dan menghadapi bencana. Masyarakat dan pihak yang berwenang bersama sama untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam mengelola bencana.Â
Kesiapsiagaan Bencana dan Pengurangan Risiko dengan Desain Infografis
Pengurangan risiko, juga salah satu bentuk untuk meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menghadapi, mengelola dan menekan risiko terjadinya bencana, Bukan hanya dari sektor masyarakat yang siap siaga bencana, tetapi juga sektor pembangunan yang bisa mengurangi dampak kerugian akibat bencana. Dengan rehabilitasi dan rekonstruksi dalam pembangunan-pembangunan. Banyak masyarakat yang masih berpikir bahwa bencana itu adalah nasib yang harus dihadapi, pola berpikir yang seperti itu yang harus diubah, memang kita tidak bisa melawan takdir dan nasib tetapi kita bisa untuk menghadapinya dengan cara siap secara fisik dan psikis untuk mengantisipasi sebuah bencana, upaya itulah yang menjadikan Indonesia siap untuk mengelola bencana agar tidak ada lagi bencana yang menelan banyak korban jiwa. Akibat masyarakat yang tidak tau harus bertindak apa saat terjadinya bencana.
 Â
Sasaran dan Segmentasi Pembaca Infografis Kesiapsiagaan Bencana
Khalayak dituju pada perancangan infografis paradigma pengelolaan bencana alam di Indonesia sebagai peningkatan kesiapsiagaan adalah remaja usia 18 sampai 24 tahun karena usia remaja usia yang sangat tepat untuk mengedukasi tentang pengelolaan bencana. Upaya dalam meningkatkan kesadaran individu atau masyarakat tersebut dilakukan dengan proses pemberdayaan melalui pendekatan perencanaan kontinjensi dengan melihat faktor-faktor prekursor, intention formation, dan preparation planning. Menurut IASC Vidiarina (dalam Salasa et al.) Perencanaan melihat karakteristik remaja yang begitu kuat diharapkan dapat memiliki kesadaran yang baik untuk melakukan kesiapsiagaan terhadap ancaman kematian akibat bencana. Hal tersebut dilakukan untuk menumbuhkan sikap proaktif dari individu atau masyarakat dalam penanggulangan bencana, selain itu diharapkan dapat menstimulasi kegiatan kesiapsiagaan yang berlangsung secara terus menerus (Salsa et al.). Jenis kelamin laki-laki dan perempuan, Pendidikan SMA dan perguruan tinggi, pekerjaan pelajar, mahasiswa, karyawan, pegawai negeri. Dengan status ekonomi kelas B dan C, geografis/wilayah perkotaan dan pinggir kota.Â
Segmentasi secara psikografis remaja yang peduli dengan lingkungan sekitarnya. Infografis ini bertujuan untuk mengubah paradigma remaja tentang bencana alam dengan memadukan konsep audio visual dan memadukan unsur gambar yang bergerak dengan latar belakang, karena suara yang mampu memperkuat pesan yang ingin disampaikan. Dengan menyajikan data-data korban bencana alam dan upaya untuk pengelolaan atau manajemen bencana alam. Membuat karakter animasi remaja yang terlihat simple tetapi menarik untuk dilihat dan ikon-ikon seperti bangunan gedung-gedung bertingkat, rumah. Infografis yang akan dibuat memiliki gaya visual flatdesign. Tahap pertama yang dibuat dalam perancangan sebuah infografis adalah ikon. Ikon merupakan suatu representasi bentuk asli yang diubah ke bentuk yang lebih sederhana agar semua orang dapat mempunyai persepsi sama pada ikon yang akan dibentuk. Pembuatan desain ikon pertama-tama mencari referensi gambar di internet lalu membuat sketsa kasar, setelah itu dibuat dengan digital. Kemudian Storyboard dibuat untuk mengetahui alur cerita, durasi deskripsi yang ingin disampaikan kepada audiens dan sound effect yang dipakai di setiap scene-nya. Pesan yang ingin disampaikan adalah mengajak masyarakat untuk mengubah paradigma mereka tentang pengelolaan bencana alam di Indonesia. Durasi video infografis 2 menit 10 detik.
Penutup Â
 Paradigma masyarakat yang harus diubah untuk lebih serius lagi menghadapi bencana yang tidak tau kapan datangnya. Dibantu dengan pemerintah dan juga pihak berwenang untuk mengedukasi masyarakat akan pentingnya menghadapi, mengantisipasi sebuah bencana. Oleh karena itu, dibuat perancangan infografis untuk membantu menjelaskan kepada target audiens tentang paradigma pengelolaan bencana alam yang inti-nya memberikan visual tentang bahaya-nya jika masyarakat tidak mengubah cara pandang atau paradigma mereka. Gaya visual, warna, dan huruf yang dipilih untuk memberikan kesan simple dan balance tetapi mampu menarik perhatian. Infografis sebagai media informatif, dibuat dengan sederhana bertujuan untuk menyampaikan pesan dengan mudah dimengerti dan dipahami oleh target audiens.
Daftar Pustaka
Saputri, I. E., Imaniar, L., & Putri, K. (2019). Perancangan Infografis Paradigma Bencana Alam di Indonesia sebagai peningkatan kesiapsiagaan. Jurnal Desain, 7(1), 49. https://doi.org/10.30998/jd.v7i01.5470Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H