Gerakan-gerakan ini bertujuan untuk mengurangi ketegangan sosial, meningkatkan pemahaman lintas agama, dan membangun masyarakat yang lebih inklusif. Salah satu gerakan yang terkenal di Indonesia adalah PELITA (Persatuan Lintas Agama), yang berfokus pada menggalang persatuan dan toleransi antarumat beragama.
Gus Dur melontarkan adagium yang sangat terkenal, "Tuhan tidak Perlu Dibela".Â
Maksudnya bahwa Tuhan dengan kemahakuasaan-Nya, sama sekali tidak butuh bantuan dari manusia. Malahan, manusia yang sering membawa-bawa dan mengatasnamakan Tuhan, justru malah merendahkan derajat Tuhan sendiri. Sejatinya, ke Esa an dan ke Maha Kuasa an Tuhan sama sekali tidak akan terganggu atau tergoyahkan hanya gara-gara ucapan 'pendek' manusia.
Para teroris yang setiap kali membuat rusuh negeri ini, kerap kali menggunakan alasan bahwa perbuatan keji mereka itu, dianggap sebagai pelaksanaan dari perintah Tuhan demi berjuang dan membela agama Tuhan. Sebenarnya, justru hal-hal semacam ini yang mencemarkan ke-Maha Kuasa-an Tuhan. Merebaknya Islamophobia di Eropa dan Amerika, merupakan bukti nyata atas penyalahgunaan penggunaan nama Tuhan oleh sebagian Muslim radikal tersebut.
Dan boleh jadi, orang-orang yang bergulat dengan permasalahan kemanusiaan seperti kelaparan, kemiskinan, atau kebodohan, yang berangkat dari ekspresi semangat keagamaan dan keikhlasan, justru merekalah yang sebenar-benarnya "membela Tuhan". Dalam salah satu esainya, Gus Dur mengutip perkataan Imam Al-Hujwiri.
Toleransi sebagai Solusi
Di sinilah pentingnya peran toleransi. Toleransi tidak hanya berarti menerima perbedaan, tetapi juga mengakui hak orang lain untuk memiliki keyakinan, pendapat, dan gaya hidup yang berbeda dari kita. Toleransi adalah landasan yang memungkinkan adanya dialog yang konstruktif antara kelompok-kelompok yang berbeda, serta mengurangi ketegangan yang sering kali menjadi pemicu radikalisasi.
Toleransi menciptakan ruang bagi orang-orang dengan pandangan yang berbeda untuk saling berbicara dan mendengarkan. Dalam konteks ini, pendidikan memainkan peran yang sangat penting. Pendidikan yang mengajarkan nilai-nilai toleransi sejak usia dini akan membentuk pola pikir yang lebih terbuka dan inklusif.Â
Hal ini akan mengurangi kemungkinan individu terpengaruh oleh ideologi yang eksklusif dan penuh kebencian. Pendidikan yang berbasis pada keberagaman dan pemahaman lintas budaya juga akan membantu memperkenalkan individu pada perspektif yang berbeda, yang pada akhirnya menumbuhkan rasa saling menghormati.
Peran Individu dalam Menumbuhkan Toleransi
Setiap individu juga memiliki peran penting dalam menumbuhkan budaya toleransi. Menghargai hak orang lain, tidak terprovokasi oleh ujaran kebencian, dan berusaha memahami pandangan orang lain adalah langkah-langkah kecil yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.Â
Ketika setiap individu berusaha membangun sikap toleransi, dampaknya akan terasa dalam bentuk penguatan ikatan sosial dan terciptanya masyarakat yang lebih damai.
Dalam banyak kasus, individu yang terjerumus dalam radikalisasi biasanya merasa terisolasi dan tidak dihargai. Oleh karena itu, membangun rasa saling pengertian dan dukungan di tingkat keluarga, teman, dan komunitas dapat menjadi langkah pertama yang efektif dalam pencegahan radikalisasi. Ketika seseorang merasa diterima dan dihargai, ia lebih cenderung untuk menghindari jalan radikal yang penuh kebencian.
Dalam menghadapi ancaman radikalisasi yang terus berkembang, toleransi menjadi kunci untuk menciptakan masyarakat yang lebih harmonis dan inklusif. Toleransi tidak hanya mengajarkan kita untuk menerima perbedaan, tetapi juga untuk memahami dan menghargai hak orang lain dalam menjalani kehidupan mereka sesuai dengan keyakinan dan pandangan masing-masing.Â