Mohon tunggu...
Nafi Ibdiyana
Nafi Ibdiyana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pariwisata

Seorang mahasiswa jurusan pariwisata, suka baca, ngerjain soal matematika, dan nulis daily journal. Tertarik dengan dunia kepenulisan dan lagi belajar nulis

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Bakmi Jawa Pak Bangkit: Sensasi Menikmati Bakmi Jawa dengan Estetik di Labirin Pogung Yogyakarta

26 Juni 2023   21:21 Diperbarui: 26 Juni 2023   21:31 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lokasi Bakmi Jawa Pak Bangkit. Google Maps

Ketika berkunjung ke Yogyakarta, bakmi jawa menjadi kuliner yang mudah ditemui di malam hari. Penjual bakmi jawa dapat dikenali dari penggunaan gerobak, anglo (tungku tanah liat), arang yang menyala merah, wok atau wajan berukuran kecil, telur bebek, serta ayam kampung yang menggantung ria bagai pole dancer seakan berusaha memikat pengendara motor yang berlalu lalang. "Mampir dulu, Mas" mungkin begitulah rayuan si ayam kampung sembari menggoyang-goyangkan lekuk tubuhnya yang mulus dan mengkilat di bawah lampu temaram gerobak bakmi. Oke, skip.

Apabila dirunut sejarahnya, segala sesuatu yang berurusan dengan mie akan dikaitkan dengan negara China yang pertama kali memproduksi olahan mie. Namun, bakmi jawa sendiri, khususnya yang dijual di sekitar Provinsi DIY, dipercaya berasal dari Desa Piyaman, Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. Dugaan ini diperkuat dari munculnya cabang-cabang bakmi jawa di kota lain yang dibranding dengan menyebutkan kabupaten ini, misalnya "Bakmi Jawa Pak X, Asli Gunungkidul" seolah menegaskan bahwa bakmi yang mereka jual memiliki rasa otentik seperti daerah asalnya, Gunungkidul.

Ada begitu banyak penjual bakmi jawa di seluruh penjuru DIY. Apabila dilakukan pendataan dan direview satu per satu, tulisannya sudah tentu bisa menjadi kitab wajib bagi wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta. Namun, dari puluhan --atau mungkin ratusan-- penjual bakmi di dekat Kota Yogyakarta, ada satu kedai bakmi jawa tersembunyi di daerah seribu gang, labirin Pogung, yang menawarkan pengalaman makan bakmi dengan estetik. Yep, sesuai judulnya, itu adalah Bakmi Jawa Pak Bangkit. 

Bakmi Jawa Pak Bangkit berlokasi di Pogung Dalangan RT. 08, Jl. Pogung Kidul No.1B, Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman. Lokasinya berada tepat di persimpangan antara Masjid Pogung Raya (MPR), SD Sinduadi Timur, dan Jalan Pogung Raya. Apabila tidak diperhatikan dengan seksama, orang yang melintas di labirin Pogung tidak akan menyadari bahwa mereka telah melewatkan kesempatan emas untuk menikmati hangatnya kuah bakmi jawa dengan background estetik. Kedai ini buka mulai pukul 6 sore hingga 11 malam--meskipun kenyataannya jam 9-10 malam sudah tutup karena demand yang begitu tinggi. 

Lokasi Bakmi Jawa Pak Bangkit. Google Maps
Lokasi Bakmi Jawa Pak Bangkit. Google Maps

Kedai ini berada di halaman rumah pribadi milik Pak Bangkit. Kedainya tidak begitu luas. Hanya terdapat dua meja panjang yang dilengkapi dengan empat kursi panjang serta satu set peralatan tempur membuat bakmi, yaitu gerobak, anglo, wok kecil, arang, dan utensil memasak lainnya. Dari segi pilihan menu, Bakmi Jawa Pak Bangkit menawarkan variasi olahan bakmi yang begitu beragam. Namun, tidak terbatas pada bakmi saja. Pak Bangkit juga menyediakan pilihan menu nasi goreng bagi mereka yang mempunyai prinsip "Belum makan kalau belum makan nasi". 

Menu di Pak Bangkit. Dokumentasi Pribadi
Menu di Pak Bangkit. Dokumentasi Pribadi

Yang membedakan Bakmi Jawa Pak Bangkit dengan bakmi jawa pada umumnya adalah suasana yang dihadirkan oleh Pak Bangkit kepada pembeli. Pak Bangkit yang merupakan lulusan seni murni ISI mengonsep kedai miliknya dengan sangat nyeni. Beliau menempelkan poster-poster, foto lawas, papan nama jalan, papan nama kereta api, plat dan apapun yang bisa ditempel di kedai miliknya dengan proporsi dan harmoni yang selaras.

20230617-182624-64999ad74addee3f8f78a672.jpg
20230617-182624-64999ad74addee3f8f78a672.jpg
20230617-182850-64999b52e1a1677ebe795d22.jpg
20230617-182850-64999b52e1a1677ebe795d22.jpg

20230617-182932-64999b9d4addee69153493e2.jpg
20230617-182932-64999b9d4addee69153493e2.jpg

Selain itu, beliau juga menyulap botol kaca bekas berbagai ukuran untuk difungsikan sebagai pot tanaman air yang diletakkan dekat gerobak serta meja makan pengunjung. Desain interior yang estetik ini didukung dengan pencahayaan lampu putih yang tidak terlalu terang, tapi tetap nyaman di mata.

Pak Bangkit dan keluarga merupakan pecinta kucing. Ini terbukti dari kucing-kucing peliharaan mereka yang senantiasa menemani mereka menyiapkan pesanan pembeli. Bagi pembeli bakmi yang juga pecinta kucing, oh, man. It's like heaven. If I can design my own heaven, I want it to be exactly like this. 

20230617-182749-64999bf808a8b51c3004fb12.jpg
20230617-182749-64999bf808a8b51c3004fb12.jpg
Kucing di Pak Bangkit. Dokuemntasi Pribadi

Saat berkunjung ke kedai Bakmi Jawa Pak Bangkit, saya memesan mie godog lombok ijo dan air es, sementara rekan saya memesan mie goreng lombok ijo. Seperti penjual bakmi pada umumnya, Pak Bangkit memasak bakmi pesanan pembeli dalam wok kecil yang hanya mampu menampung satu porsi bakmi dalam sekali masak. Ini dilakukan untuk mempertahankan rasa khas bakmi dalam setiap porsi yang disajikan. Namun, teknik memasak ini kadang menimbulkan masalah lain berupa ketidaksamaan rasa bakmi pada menu yang sama, tapi dibuat dalam waktu yang berbeda. Bisa jadi bakmi milik saya dominan asin gurih dalam takaran yang tepat, sementara bakmi milik rekan saya terasa kurang asin. 

Bakmi Godog Lombok Ijo Pesanan Saya
Bakmi Godog Lombok Ijo Pesanan Saya

Bakmi Goreng Lombok Ijo Pesanan Teman Saya
Bakmi Goreng Lombok Ijo Pesanan Teman Saya

Pesanan saya datang terlebih dulu. Begitu tiba di hadapan wajah, aroma cabai hijau menguar menggelitik bulu hidung, membuat saya ingin bersin. Pertanda masakan terjamin enaknya karena penggunaan rempah-rempah yang kuat. 

Bakmi ini menggunakan campuran dua jenis mie, yaitu mie kuning dan bihun. Penyajiannya dilengkapi dengan bawang merah goreng, irisan cabai rawit, irisan daun bawang, telur, dan ayam kampung. Pada suapan pertama, hangatnya kuah bakmi mengalir membasahi tenggorokan hingga ke lambung. Sekilas pada indera pengecap terasa penggunaan bawang putih yang dominan, sedikit kemiri, sedikit bawang merah, rasa pedas dari lada, dan sensasi gurih dari kaldu ayam kampung. 

Bagi saya yang menyukai rasa pedas lada, bakmi ini masih perlu sedikit tambahan lada. Untungnya kedai ini menyediakan lada dan garam di meja yang dapat dimanfaatkan oleh pembeli untuk meracik rasa dari pesanan mereka sendiri. Saya menaburkan sdt lada ke kuah bakmi, mengaduknya, dan mencicipi kuah untuk kedua kalinya. Perfecto. 

Selain background yang estetik, alasan lain yang menjadi daya tarik bagi pembeli Bakmi Jawa Pak Bangkit adalah keramahan yang ditunjukkan oleh Sang Maestro Bakmi itu sendiri, Pak Bangkit. Di waktu luangnya, ketika seluruh pesanan usai dibuat dan belum ada pembeli yang datang lagi, Pak Bangkit menyapa pelanggannya yang tengah menikmati pesanannya dengan menanyakan asal mereka yang kemudian pertanyaan ini menjadi obrolan panjang menyenangkan. Berkali-kali saya makan di sini, berkali-kali pula saya diajak berbincang-bincang oleh Pak Bangkit. Meskipun topik yang dibahas diulang berkali-kali, saya tidak pernah bosan mendengar beliau yang semangat menceritakan pengalaman-pengalaman dalam hidupnya. Saya masih ingat obrolan pertama saya dengan Pak Bangkit.

"Mbak e kuliah di mana?" tanya beliau.

"Saya UGM, pak" jawab saya.

"Oh. Jurusan apa?"

"Pariwisata, pak"

"Oh. Kalau dulu saya lulusan seni murni"

"Woala. Pantesan, pak. Dekorasinya bagus-bagus"

"Mbak e asli mana?"

"Kula Mojokerto, pak"

"Wah! Mojokerto mananya? Saya dulu pernah punya pacar orang Mojokerto" ujar beliau dengan antusias.

"Woh, nggih to, pak? Kula di kotanya"

"Oalah. Jauh itu. Dulu pacar saya di Pacet. Saya pernah naik kereta turun kotanya terus diantar ke Pacet"

"Nggih, pak. Kalau Pacet memang di Kabupaten Mojokertonya. Saya di kotanya. Paling naik motor ke sana 30 menitan"

Lalu Pak Bangkit mulai bercerita tentang perjuangannya menyelesaikan kuliah seni murni, krisis moneter 1998, kediamannya di Purwokerto, hingga menjalankan bisnis bakmi jawa milik keluarga.

Secara keseluruhan, kalau boleh menilai, kualitas hospitalitas di kedai Bakmi Jawa Pak Bangkit memang top. Pembeli dibuat nyaman serasa di rumah sendiri dengan dekorasi yang estetik, unik, khas Jogja, dan tidak lupa, disambut dengan hangat oleh pemilik kedai itu sendiri, Pak Bangkit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun