Di desa yang dilewati Sungai Tinalah ini, peserta famtrip diajak untuk mengetahui sejarah pengembangan desa yang awalnya akan dijadikan bendungan hingga kemudian menjadi desa wisata, membuat kerajinan topi, keranjang buah, dan belalang dari daun kelapa, membuat piring dari lidi, rock painting serta menangkap ikan uceng dengan telik (perangkap ikan tradisional yang terbuat dari bambu).Â
Desa kedua yang dikunjungi ialah Desa Karanganyar yang terletak di Kabupaten Magelang, 3 km barat daya dari Candi Borobudur. Desa Karanganyar masuk ke dalam 5 besar ADWI 2021 kategori Desa Wisata Berkembang.Â
Di desa yang dikelilingi Pegunungan Menoreh ini, peserta berkesempatan melihat sunrise indah yang muncul di tengah-tengah Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing dari atas gardu pandang Balkondes Karanganyar.Â
Peserta famtrip juga diajak belajar membuat kerajinan tembikar, mengunjungi UMKM kopi luwak, spot foto Junkyard, serta berfoto di spot foto Bukit Menoreh dengan menaiki VW.
Di hari kedua, Jumat (01/07/2022), peserta diajak untuk menghadiri acara sales mission yang diadakan di Royal Ambarrukmo. Pada acara ini, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, turut hadir untuk memberikan sambutan sekaligus paparan terkait tujuan dan manfaat dari acara yang dilakukan. Perhelatan sales mission kali ini memberikan peluang bagi desa-desa wisata untuk bertemu dan mempromosikan produk wisata yang mereka miliki langsung kepada buyer. Maknanya, seller berasal dari perwakilan pengelola desa wisata, sementara buyer berasal dari pelaku industri pariwisata, seperti wedding organizer, pemilik usaha transportasi, serta travel agent.
Destinasi terakhir yang dikunjungi ialah Kampung Wisata Rejowinangun yang terletak di Kecamatan Kotagede, Kota Yogyakarta. Kamwis Rejowinangun ini berhasil meraih juara 2 dalam ADWI 2021 untuk kategori CHSE. Kampung wisata ini berdekatan dengan Kebun Raya Gembira Loka dan memiliki paket wisata gabungan dengan destinasi tersebut.Â
Potensi Kampung Wisata Rejowinangun terbagi menjadi beberapa cluster, di antaranya adalah cluster budaya, kerajinan, herbal, kuliner, dan agrowisata. Di kampung wisata ini, peserta diajak mengulik cara pembuatan jamu gendong yang sedang diajukan ke UNESCO sebagai warisan budaya intangible, membuat kerajinan blangkon yang sering dijumpai di toko oleh-oleh, serta melihat vertical garden dan potensi agrowisata yang ada.
Jhony Fonsen, salah satu mahasiswa peserta famtrip, mengungkapkan antusiasmenya dalam mengikuti program ini.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!