Sepanjang jalan menuju kontrakan aku memikirkan banyak hal, bagaimana aku bisa membayar tunggakan selama dua bulan ini, bagaimana honorku yang jauh dari cukup, apapun tentang itu aku tak akan melibatkan orang tuaku, biarlah mereka bekerja keras untuk hidup mereka sendiri, aku akan bertahan di sini, air ini memaksa untuk keluar dari mataku seolah dia tau aku Tengah bersedih, padahal besok adalah hari guru dan itu adalah hari milikku. Sampai aku di kontrakan sama seperti biasanya, si Ibu pemilik kontrakan selalu menungguku pulang dan menanyakan uang sewa, tapi sepertinya kali ini sabar sudah pergi dari dirinya, “Yono, kali ini sudah tidak ada alasan lagi,” katanya
“saya juga bingung harus berasalan apa lagi Bu, saya mengerti dan saya memohon sekali in...” Belum juga selesai aku berbicara, sambaran kata-katanya begitu cepat menghantam
“Tolong Yono, keluarga kami juga sedang susah dan anak kami butuh makan dan sekolah serta kebutuhan sehari-hari kami, kau tau kami sekeluarga hanya bisa hidup karena mengandalkan kontrakan ini saja, belum lagi dua tetanggamu itu juga lebih banyak telat bayar. Jika Desember nanti kamu tidak membayar tunggakanmu, lebih baik kau tidur saja di sekolahanmu yang nyaman itu.” Jelasnya dengan nada suara yang kasihan, seolah dia tak melihat kasihan yang ada didiriku juga, “terima kasih Bu.” Kesempatan ini sangat emas, aku hanya harus menunggu waktu sampai honorku diberikan.
Masuk aku kedalam tempat pulangku, merebahkan tubuh sejenak lalu memutar lagu yang enak didengar, sebentar saja aku merasakan tentram dan damai, belum juga aku melepaskan pakaianku, Sepatu, dan tas yang masih aku pegang kuat. Ternyata waktu berlalu tanpa sadarku, aku terbangun dari rebah yang renyah ini kemudian merapihkan semua yang perlu dirapihkan, Kembali memikirkan keuanganku saat ini aku bahkan tak sempat untuk makan, aku hanya berharap besok aku menghilangkan bebanku sejenak untuk merayakan hari guru, dan hari pertama aku merayakan hari guru sebagai guru itu sendiri.
Kelas yang sedikit tersenyum saat aku menyapanya, bendera melambai pada ketinggian tiangnya, akhir-akhir ini semua bahagia menyambut hari ini, hari guru. Beberapa murid memberikanku bingkisan berupa makanan, dan cemilan mereka amat senang denganku berbeda lagi ketika aku menjadi guru yang galak, sedih rasanya tidak ada murid yang mengucapkan selamat hari guru.
***
“Sepertinya dia amat terbebani dengan pikirannya, dia lebih lama menghabiskan waktu di sekolah sebab dia ingin menghemat Listrik bulanan, dan makan gratis tiga kali di dapur sekolah, sungguh muda yang malang saat dia sesekali bercerita padaku,”
“Tapi bang, aku juga harus memenuhi kebutuhanku,” keluh Wati sang ibu Kontrakan.
“Tidak apa-apa, aku bisa membantu kebutuhanmu, suami, dan anak-anakmu walaupun sedikit, kita hidup untuk saling membantu, biarkan Yono tinggal lebih lama.” Pinta Pak Retno kepada adiknya itu.
***
Pak Retno menceritakan semuanya di hari ini, bahwa dua hari lalu dia bertemu dengan adiknya yang merupakan Ibu Kontrakan tempat aku pulang dan tinggal, aku juga baru mengetahui bahwa mereka berdua seorang saudara, aku sungguh mengucapkan terima kasih kepada Pak Retno, berkat dirinya istirahat menjemputku pulang di hari perayaan guru ini, walau hanya sebentar ini adalah sebuah perayaan yang baik, pesta yang baik dalam pikiranku, perayaan hari guru pertama bagiku dengan menghilangkan sejenak permasalahanku, setelah perayaan ini aku akan Kembali bergelut dengan semuanya, dengan potongan uang Listrik, cicilan motor, tunggakan kontrakanku, dan semua yang menjadi tanggung jawabku, aku hanya sedikit merayakan, sebelum aku Kembali menjadi guru yang malang.