Semua orang tua ingin mendapatkan dan mengharapkan kehadiran seorang anak yang sempurna sehat fisik maupun mentalnya. Namun, ketika tuhan berkehendak lain dan memberikan seorang anak yang memiliki kebutuhan khusus, maka semua itu harus diterimanya dengan lapang dada. Tidak ada sesuatu yang harus disesali dan dieluhkan, semua itu merupakan taqdir tuhan yang telah ditentukannya. Tapi tak sedikit dari orang tua yang mampu menerima keadaan tersebut dengan ikhlas. Sehingga
Pada tulisan ini saya akan menyuguhkan sebuah kisah nyata dari seorang anak autis (sebut saja kevin) yang keberadaannya tidak diinginkan oleh orang tua kandungnya sendiri. Pada awalnya ketika ia dilahirkan, sang paman yang belum dikaruniakan anak selama beberapa tahun menginginkannya untuk diasuhnya. Sehingga dengan berat hati sang ibu itu menyerahkan kevin kepada adiknya.
Hari demi hari terus berputar dan bulan terus berganti, keberadaan Kevin memberikan kebahagiaan bapak dan ibu angkatnya. Namun, ketika menginjak 4 bulan, perkembangan kevin tidak sama dengan anak seumurnya. Sehingga bapak dan ibu angkatnya merasa bahwa terjadi sesuatu pada diri kevin, sehingga mereka membawa kevin pada dokter spesalis anak. Akhirnya, dugaan mereka terungkap dengan vonis dokter yang menyatakan bahwa kevin menderita autis. Dengan vonis tersebut ada rasa sedih dan prihatin pada diri ibu. Namun, dihati yang paling dalamnya ia masih memiliki harapan pada kevin untuk bisa sembuh. Sehingga, ia berusaha mengasuh dan merawatnya dengan sabar. Ia memberikan terapi pada kevin dengan memanggil seorang dokter untuk ke-rumahnya 3 kali selama seminggu. Semua itu ia lakukan demi kesembuhan kevin yang merupakan harapan di masa depannya.
Beberapa tahun kemudian, mereka mengalami krisis moneter dimana sang bapak menjadi korban penipuan sehingga segala harta dan kekayaannya habis, tinggal tempat yang mereka tinggali. Dengan kondisi ekonomi yang minim dan kondisi kevin yang belum membaik dan biaya yang tidak sedikit. Sehingga ibu kevin berniat untuk mencari pekerjaan diluar rumah untuk membantu bapak memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka berniat untuk menitipkan kevin kepada ibu kandungnya hingga mereka mampu memperbaiki kondisi ekonominya.
Kehadiran kevin dengan kondisi tersebutpada keluarga kandungnyatidak sama ketika kehadirannya di keluarga angkatnya. Disini kevin dianggap anak yang tidak berguna yang hanya merepotkan oleh ibunya. Ia setiap hari dikurung di dalam kamar sendirian, sang ibu tidak mau mengurus dan merawatnya bahkan ia tegamengatakan kepada orang-orang “Kalo denger suara Kevin merengek rasanya aku ingin memarahi dan memukulnya”. Hanya ayah dan kakanya yang mengerti akan keadaan kevin. Namun, ketika ayah dan kakaknya pergi keluar rumah beberapa hari maka kevin hanya berada dikamar sendirian selama beberapa hari tersebut.
Hingga suatu hari, bapak dan ibu angkatnya menjenguknya Kevin langsung memeluk mereka dan menangis seperti ingin mengaduhnya. Dengan itu, mereka mengerti keadaan kevin disana. Pada akhirnya, mereka membawa kembali kevin bersamanya meskipun dengan keterbasan yang mereka miliki. Hingga akhir ini, ketika kevin bertemu dengan ibu kandungnya sendiri, ia langsung merasa ketakutan seperti seorang yang bertemu penjahat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H