Mohon tunggu...
Ihdi Bahrun Nafi
Ihdi Bahrun Nafi Mohon Tunggu... Administrasi - Foto Pribadi

Just Ordinary Man

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Speaker Tanpa Suara

28 Januari 2014   10:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:23 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

lha wong ada orang minum-minum kamu nggak tahu le?”

kata siapa pak, orang cuma dangdutan biasa kok”

Peristiwa tadi malam benar-benar menjadi hal memalukan bagi desa pak Mardi. Ia berharap Aryo segera merubahnya menjadi hal yang bermanfaat. Sorenya pak Mardi datang ke rumah Panji menghadiri sekaligus mengecek pekerjaan anak buahnya. Tiba-tiba Panji datang dan bersalaman kepada pak Mardi.

silahkan pak, duduk di depan”

tidak le, biar bapak di belakang saja “

lho, bapak kan sesepuh disini lagipula nanti ada pengajiannya bapak ndak dengar lho”

ya wis le, bapak di tengah-tengah aja, masak bapak di depan le”

ya terserah bapak kalau begitu”

Pak Mardi benar-benar senang kedatangannya disambut baik. Sikap Panji selama ini tidak berubah dari sebelum dan sesudah menjadi caleg. Tidak terlihat Aryo di tempat duduk yang ada. Meskipun Panji mencoba mengundangnya .

Acaranya pun meriah dan diisi dengan pengajian . Kesemua acara tersebut diikuti warga dengan baik. Mereka pun terlihat senang dengan undangan Panji dan mendo`akan agar ia sukses . Dua hari sebelum pemilihan pak lurah mengundang kedua caleg ke kelurahan untuk menyambut hajatan desa . Keduanya pun datang dengan wajah berbeda. Aryo datang dengan jas eksekutifnya sedang Panji dengan baju batiknya . Ketika tiba giliran Aryo , ia menyampaikan sambutan dengan nada menggebu-gebu dan bersemangat. Panji melihatnya dengan senyum gembira melihat kemajuan sahabatnya tersebut. Selang kemudian Panji yang mendapat giliran. Sambutan yang ia bawakan begitu tenang dan diisi candaan khas desa , orang-orang pun tertawa mendengarnya. Tidak banyak hal yang ia sampaikan hanya ia mengharap do`a restu dari warga. Meskipun di tengah sambutan tiba-tiba listrik padam , tetapi sembutannya tetap terdengar menggembirakan warga.

Hari pelaksanaan pun datang, Aryo pun mondar-mandir ke beberapa tempat pemilihan untuk melihat hasil pemilihan. Panji tenang-tenang saja bekerja di kantornya. Tidak banyak yang ia lakukan selain bekerja. Hasil yang diperoleh ternyata mengejutkan , memang di desa tersebut Panji pemenangnya, namun secara keseluruhan tempat pemilihan kedua calon dari desa tidak banyak terpilih. Mendengar hal itu Panji hanya bisa pasrah saja dan kembali bekerja, namun berbeda dengan Aryo . Kabar yang beredar menyatakan bahwa ia mengalami kecelakaan ketika mengendarai motornya di hari pemilihan tersebut. Orang-orang pun ribut dengan kabar tersebut. Panji yang tahu temannya mengalami kecelakaan, segera menuntaskan pekerjaannya dan menjenguk kawannya tersebut. Bersama para warga yang ada ia pun pergi menjenguk tempat Aryo di rawat. Begitupun juga pak Mardi yang sangat kasihan terhadap Aryo, ia pun hanya berharap ia bisa sembuh dan kembali seperti dulu. Sesampainya di tempat tersebut, beberapa perawat memegang tangan Aryo yang hendak kabur dan tertawa terbahak-bahak seolah ia sedang menghadiri acara dangdut di rumahnya. Mata Panji berkaca-kaca dan semakin ribut orang-orang sekitar begitu juga Pak Mardi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun