Seiring dengan globalisasi ekonomi yang semakin berkembang, integrasi ekonomi antar negara menjadi semakin penting. Dalam upaya mencapai integrasi tersebut, pendekatan sistem moneter regional menjadi salah satu strategi yang sering diadopsi. Dua contoh yang menonjol dalam hal ini adalah Sistem Moneter Eropa (EMS) dan wacana tentang mata uang tunggal ASEAN. Disini akan mengetahui eksplorasi sejarah, tujuan, kondisi/penerapan, serta tantangan yang dihadapi oleh kedua sistem moneter tersebut.
1. Sistem Moneter Eropa: Sejarah dan Tujuan
Sistem Moneter Eropa (European Monetary System, EMS) adalah sebuah kesepakatan di antara sejumlah negara Eropa Barat untuk menjaga nilai mata uang mereka tetap stabil dengan kurs yang ditetapkan. Dalam kerangka EMS, negara-negara tersebut sepakat untuk mempertahankan nilai mata uang mereka dalam kisaran tertentu dalam hubungan satu sama lain. Sistem ini memiliki fleksibilitas dalam mengubah kurs jika ada negara yang mengalami kelemahan dan pemerintahnya tidak dapat atau enggan mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki situasi tersebut.
Sistem Moneter Eropa (European Monetary System, EMS) didirikan pada tahun 1979 sebagai langkah menuju integrasi ekonomi lebih lanjut di antara negara-negara Eropa. Sistem ini berfungsi untuk mengatur hubungan antar mata uang dan mengurangi fluktuasi nilai tukar antara negara-negara anggota. Pada awal-awal pendirian Sistem Moneter Eropa (EMS), terjadi ketidakseimbangan nilai mata uang antara negara-negara anggota dan penyesuaian dilakukan untuk meningkatkan nilai mata uang yang lebih kuat dan menurunkan mata uang yang lebih lemah. Mulai tahun 1986, perubahan suku bunga nasional digunakan secara khusus untuk menjaga agar semua mata uang tetap stabil.
Namun, pada awal tahun 1990-an, Sistem Moneter Eropa (EMS) menghadapi krisis baru. Kondisi ekonomi dan politik yang berbeda di negara-negara anggota, terutama reunifikasi Jerman, menyebabkan Inggris secara permanen keluar dari Sistem Moneter Eropa (EMS) pada tahun 1992. Meskipun demikian, upaya untuk membentuk mata uang bersama dan memperkuat aliansi ekonomi yang lebih besar terus dilakukan.
Pada tahun 1993, sebagian besar anggota Komunitas Eropa (EC) menandatangani Perjanjian Maastricht yang membentuk Uni Eropa (EU). Setahun kemudian, Uni Eropa mendirikan Institut Moneter Eropa, yang kemudian berkembang menjadi Bank Sentral Eropa (ECB).
Pada awal tahun 1999, semua negara anggota Uni Eropa secara resmi mengadopsi mata uang tunggal, yaitu euro. Dengan munculnya euro pada tahun 1999, Sistem Moneter Eropa (EMS) mengalami perubahan, meskipun mekanisme ERM (Exchange Rate Mechanism) tetap beroperasi.
Koin dan uang kertas euro mulai beredar pada bulan Januari 2002, dan dua bulan kemudian mata uang lokal tidak lagi diterima sebagai alat pembayaran yang sah.Â
Tujuan utama dari EMS adalah untuk menciptakan stabilitas ekonomi di Eropa dengan mengurangi risiko fluktuasi nilai tukar yang merugikan bagi perdagangan dan investasi. Selain itu, EMS juga bertujuan untuk memfasilitasi proses integrasi ekonomi yang lebih dalam di antara negara-negara Eropa.
2. Sistem Moneter Eropa: Kondisi dan Penerapan