Mohon tunggu...
Nafiah Indriati
Nafiah Indriati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Sebelas Maret

Hanya seorang manusia yang sedang mencari jati diri dan arah tujuan hidup

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Bumerang Konsumerisme, Dampak Doom Spending di Kalangan Generasi Z dan Milenial

3 Desember 2024   10:00 Diperbarui: 3 Desember 2024   11:03 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Belakangan ini 'Doom spending' telah menjadi tren yang hangat diperbincangkan, terutama di kalangan Generasi Z dan Milenial. Istilah ini mungkin belum familiar bagi beberapa orang. 'Doom Spending'  adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kegiatan membelanjakan keuangan secara impulsif sebagai respons terhadap emosional, seperti perasaan stres, cemas, dan lain-lain. 

Sering kali seseorang merasa tertekan ketika menghadapi situasi yang tidak pasti, seperti kondisi ekonomi yang kurang stabil. Pengeluaran uang cenderung dalam jumlah yang besar pada hal-hal yang tidak terlalu dibutuhkan saat ini.

Apakah yang Menjadi Faktor Seseorang Melakukan 'Doom Spending'?

Telah diketahui sebelumnya, bahwa perilaku 'doom spending'  sering terjadi sebagai respons terhadap kondisi emosional seseorang, artinya merujuk pada faktor yang berasal dari internal personal. Pada saat ini, seseorang mudah merasa fomo terhadap hal-hal yang sedang populer. 

Tidak hanya faktor internal yang menjadi penyebab, tetapi juga faktor eksternal. Salah satunya adalah kemudahan seseorang dalam mengakses informasi melalui internet. Selain itu, banyak iklan-iklan bertebaran luas melalui media sosial, popularitas pinjol, serta kemudahan berbelanja melalui e-commerce, paylater,m-banking, dan sebagainya.

Bagaimana Impresi 'Doom Spending'  Bagi Kalangan Generasi Z dan Milenial? 

Generasi Z dan milenial adalah yang paling berpotensi terpengaruh oleh fenomena ini. Fenomena ini memiliki dampak yang rentan dan berbahaya, terutama jika dilakukan terus-menerus. 

Dampaknya sangat luas, tidak hanya bagi seseorang yang melakukannya, tetapi juga kepada pihak dan aspek lainnya. Pengaruh yang paling signifikan adalah pada perekonomian, bahkan perekonomian negara. 

Tingkat daya beli seseorang mengalami penurunan, harga barang makin meningkat. Puncaknya dalah ketidakmampuan seseorang dalam mengendalikan pengeluaran (lost control). Hal tersebut sangat berisiko pada keuangan seseorang, berbahaya jika mencapai titik pengeluaran lebih besar daripada pemasukan.

Namun, di balik berbagai dampak negatif tersebut, setiap hal pasti memiliki dampak positif. Situasi ini dapat menciptakan peluang jika dilihat dari perspektif yang berbeda. Generasi Z dan Milenial dikenal sangat aktif di media sosial. 

Hal tersebut dapat dimanfaatkan para pedagang UMKM untuk meningkatkan minat konsumen terhadap produknya. Inovasi dan kreativitas terhadap pengiklanan produk dapat dilakukan untuk menarik minat dan meningkatkan daya beli konsumen. 

Bagaimana Cara Mengatasi Perilaku 'Doom spending'? 

Pertanyaan besar dari fenomena ini adalah mengenai cara untuk mengatasinya. Kunci terpenting adalah memulai dari diri sendiri. Karena emosi seseorang adalah faktor utama, maka itulah hal pertama yang harus dikendalikan terlebih dahulu. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan mengalihkan pelampiasan perasaan emosional ke aktivitas lain selain menghabiskan uang secara impulsif. 

Boleh untuk dilakukan, namun tidak baik jika dilakukan dalam jangka waktu yang terus-menerus. Selanjutnya, menentukan skala prioritas atas kebutuhan individu. Pahami perbedaan antara hal yang harus didahulukan dan hal yang harus ditunda. Memberikan plot terhadap kebutuhan primer, sekunder, dan tersier.  

KESIMPULAN

Fenomena 'doom spending' akan terus berkembang dalam beberapa waktu terakhir. Perbincangan mengenai fenomena ini akan bermacam-macam dari berbagai perspektif. Pembahasannya tidak akan berakhir pada satu penjelasan. Oleh karena itu, jangan menutup mata terhadap isu yang terjadi di sekitar kita. Contohnya, fenomena ini yang akhir-akhir ini sedang menjadi perbincangan hangat. 

Lantas apa yang harus dilakukan agar kita tidak terjebak dalam fenomena ini? Ya, setiap masing-masing dari kita perlu memiliki pengelolaan uang (money control)  yang baik. 

Membuat anggaran keuangan pribadi, serta menetapkan skala prioritas sesuai kebutuhan. Selain itu, jangan mudah fomo terhadap sesuatu yang yang sedang tren. Hal lain yang dapat dilakuka, mengekspresikan emosi kepada cara yang lebih positif. Dengan demikian, setidaknya sudah ada usaha dari diri pribadi agar tidak terbawa arus fenomena ini.  

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun