Mohon tunggu...
Nafhat Nuroniyah
Nafhat Nuroniyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - menempuh pendidikan S1 di Universitas Airlangga program studi administrasi publik

hobi membaca dan menonton film

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisi Desa Wonosalam yang Berjalan 10 Tahun Berturut-turut

29 April 2023   07:19 Diperbarui: 29 April 2023   07:37 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Setiap 1 tahun sekali selama lebih dari 10 tahun, Desa Wonosalam selalu mengadakan tradisi unik. Tradisi tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal untuk berkunjung ke desa tersebut. Desa Wonosalan terletak di 35 KM bagian Tenggara Jombang dan berada di ketinggian 500-600 mdpl, tepat di kaki Gunung Anjasmoro. 

Posisi desa yang berada di kaki Gunung Anjasmoro dengan mata pencaharian warga sebagai petani menyebabkan banyak tempat yang memiliki potensi untuk dijadikan pariwisata sehingga banyak turis lokal yang mengunjunginya karena potensi yang dimiliki dan tradisi yang ada. Salah satunya Pesta Kenduren yang diadakan 1 tahun sekali ini.

Minggu, pada hari Minggu, 5 Maret 2023, Desa Wonosalam, Jombang tengah bersuka cita merayakan pesta Kenduren. Pesta Kenduren sendiri adalah tradisi yang diadakan oleh masyarakat tertentu untuk menghibahkan durian-durian mereka sebagai ungkapan rasa syukur atas berhasilnya panen mereka. Durian-durian tersebut dan beberapa buah hingga sayuran lainnya disusun menyerupai piramid atau seperti tumpeng nasi kuning pada sebuah hajatan. Tumpeng hasil buah-buahan akan di tandu oleh bapak-bapak dengan busana adat dan dikirab menuju lapangan Desa Wonosalam.  

Pesta Kenduren yang diadakan di lapangan Desa Wonosalam berjalan dengan khidmat. Banyak sekali pengunjung yang berasal dari luar Jombang. Hal tersebut terlihat dari plat kendaraan yang terparkir di tempat sejauh 2 km dari lokasi. Surabaya, Malang, Kediri, dan sekitarnya. Selain pengunjung, juga banyak ditemukan di sisi kanan kiri jalan, penjual yang menjajakan aneka makanan. Kebanyakan penjual makanan mengetahui informasi Kenduren Wonosalam dari media sosial seperti facebook.  

"Saya mengetahui pesta Kenduren ini dari facebook, mbak" ucap seorang pedagang di pesta Kenduren kemarin. Hal ini membuktikan bahwasannya pedagang sekarang up date terhadap berita-berita dan info-info yang ada di sekitar. Mereka mulai memanfaatkan teknologi sebagai sumber atau perantara untuk mengais pundi-pundi rupiah. Banyak sekali yang berjualan di sekitar lapangan tersebut. Diantaranya, kerak telor, baby crab, sosis bakar, corn dog, es, dan masih banyak lagi.

"Rencananya, acara akan dimulai pukul 10 pagi dengan tumpeng durian akan dikirab oleh warga  menuju lapangan Wonosalam. Acara ini akan dihadiri oleh Bupati Jombang, Ibu Mundjidah Wahab beserta rombongannya" ucap seseorang polisi yang turut menjaga keamanan di sekitar lapangan Wonosalam. Jumlah polisi dan Linmas yang dikerahkan sekitar 100 orang ditambah dengan unit pelayanan kesehatan yang berjaga-jaga apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Saat pukul 10.00 WIB pagi, acara dimulai, tumpeng durian mulai diarak dengan dipimpin oleh Drum Band Mutiara Bahana dari MtsN 7 Jombang.

Pesta Kenduren ini sudah diadakan pada tahun 2012. 1 tahun sekali pesta rakyat tersebut selalu dilaksanakan. Tahun ini, buah durian yang terkumpul sekitar 2023 seperti tahun masehi yang sedang berlangsung. Hakikatnya, pesta durian diadakan sebagai wujud syukur karena keberhasilan panen raya warga Wonosalam. Ada sekitar 9 desa yang turut ikut menyemarakkan acara ini. Dimulai dari Desa Wonosalam, Sambirejo, Galengdowo, Carang Wulung, Wonokerto, Panglungan, Sumberjo, Jarak, dan Desa Wonomerto.

Tradisi Desa Wonosalam yang telah berlangsung selama sepuluh tahun berturut-turut ini memberikan banyak pelajaran berharga. Tidak hanya mendorong kerja sama, solidaritas, dan rasa saling menghormati di dalam masyarakat, namun juga membantu pelestarian warisan budaya yang tak ternilai harganya. Diharapkan kebiasaan ini akan bertahan dan dilanjutkan oleh generasi berikutnya. Untuk melestarikan dan mempromosikan tradisi seperti ini, kita harus menghargai keragaman budaya di Indonesia. Kami menghargai Anda yang telah membaca artikel ini dan semoga bermanfaat. Terima kasih.

https://jatim.idntimes.com/travel/destination/agustina-suminar/kenduren-wonosalam-c1c2

https://regional.kompas.com/read/2019/03/03/23273651/kenduren-wonosalam-tradisi-berbagi-durian-sekaligus-promosi-wisata

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun