Mohon tunggu...
Naelatus Syifa
Naelatus Syifa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

[Q.S Al-Hadid: 20]

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Kandungan Ibu yang Menjadi Madrosatul Ula?

1 April 2023   11:35 Diperbarui: 1 April 2023   11:52 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur."  (Q.S An-Nahl / 78)

Kandungan seorang ibu menjadi madrosatul ula? tempat pendidikan pertama?

Anak merupakan salah satu amanah yang dianugrahkan Allah Swt. kepada sepasang suami istri. Maka dengan itu, diperlukan adanya rasa tanggungjawab dari orangtua terlebih ibu, untuk mendidik dan menciptakan anak yang berkarakter baik, berakhlak mulia. Dan pendidikan itu dapat dimulai sejak dalam kandungan.

Dari ayat diatas telah menunjukkan bukti bahwa saat janin masih dalam kandungan telah dianugerahi oleh Allah Swt berupa daya pendengaran, penglihatan dan hati serta telah memiliki fungsi sejak ditiupkan roh kepadanya. Dari situlah perilaku ibu berpengaruh terhadap pembentukan karakter dan juga ciri khas anak yang ditunggu kelahirannya, pembentukan ini berlangsung dari dalam diri sang ibu. Seorang ibulah yang dapat menentukan bagaimana keberhasilan anaknya kelak.

Pernyataan ini merupakan salah satu pemikiran tokoh pendidikan Islam atau cendekiawan muslim yang karismatik yaitu Abu Abdullah Syamsuddin Muhammad bin Abu Bakar bin Ayyub bin Sa'ad Ibnu Hariz bin Makkiy Zayn al-Din az-Zur'i ad-Dimasyqi atau yang mashur dengan sebutan Ibnu Qayyim Al-Jauziyah.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam kitabnya Tuhfatul al-Maudud fi Ahkam al-Maulud menjelaskan bahwasannya pendidikan sebenarnya itu sudah dapat dimulai pada masa perkembangan selama janin masih dalam kandungan (pendidikan prenatal), karena dirasa pada masa itu lebih efektif dalam mengaktualisasikan pendidikan tersebut.

Jadi, menurut pandangan Beliau janin pada saat di dalam kandungan itu sudah mampu untuk berinteraksi dengan keadaan internal maupun eksternal rahim dan pendidikan dapat diterapkan pada saat itu juga pada janin. Pada fase ini sangat membantu dalam memengaruhi pertumbuhan anak di masa setelah anak dilahirkan, baik dari segi fisik maupun psikisnya, karena menurut Ibnu Qoyyim setiap anak yang lahir itu masih dalam keadaan fitrah yang suci.

Pendidikan prenatal merupakan sebuah usaha yang disengaja dengan sistem yang terprogram bagi ibu hamil dan untuk janin dalam kandungannya. Dalam menjalankan atau menerapkan pendidikan ini, Ibnu Qoyyim membagi konsepsi atau tahapan pendidikan prenatal menjadi empat bagian, yaitu diantaranya:

1. Menentukan Jodoh

2. Menikah (hubungan suami istri)

3. Masa Kehamilan

4. Proses Kelahiran

Dari sini sudah dapat dilihat, bahwasannya menentukan jodoh dalam konsepsi pendidikan prenatal menurut Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah ini, akan mempengaruhi perkembangan intelektual bayi, karena semakin baik atau bagus gen calon pasangan hidup, maka kemungkinan besar akan menurun kepada anak turunnya.

Kemudian, dalam konsepsi proses menikah akan mempengaruhi pengembangan kecerdasan spiritual.

Sedangkan pada masa kehamilan adalah masa yang sangat penting, karena pendidikan prenatal akan diterapkan dalam fase ini, pada fase ini juga akan mempengaruhi pengembangan kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual anak, karena didalamnya pengaruh makanan dan lingkungan sangat mempengaruhi dan pengaruh itu mempengaruhi selama 9 bulan.

Ibnu Qayyim menganjurkan metode pendidikan anak yang beragam, sesuai dengan tingkat perkembangan anak tersebut. Metode yang berupa pembentukan perilaku anak, pembinaan budi pekerti dan penanaman sifat-sifat mulia pada diri mereka. Ibnu Qayyim mendorong agar para orang tua dan pendidik menjadikan dirinya itu orang yang istiqamah dan kokoh dalam perilaku dan juga akhlaknya, agar mereka mampu mendidik anak-anaknya dengan lisan hal (qudwah) sebelum mendidik dengan kata-kata.  

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun