Mohon tunggu...
Naelalmuna Revalia
Naelalmuna Revalia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Pendidikan Sosiologi Universitas Lambung Mangkurat

Berbagi inspirasi dan pengalaman hidup sehari-hari. Mari terhubung dan bertukar cerita!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Strategi Efektif dalam Mengembangkan Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural di Indonesia

24 Juni 2024   22:42 Diperbarui: 24 Juni 2024   22:48 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : dokumen pribadi

I. Pendahuluan 

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang multicultural, masyarakat Indonesia sering kali dianggap sebagai masyarakat yang tingkat keanekaragamannya sangat menjadikan masyarakat yang mayoritas memiliki suku, budaya, Bahasa, ras, gender yang kaya di Negara yang multikultural. Masyarakat dengan keanekaragaaman di Indonesia ini sendiri menjadikan pandangan seseorang tentang kehidupan dunia ini ataupun kebijakan budaya yang mana hal tersebut menekankan tentang penerimaan terhadap adanya keragaman, dalam pernyataan tersebut berbagai macam multi menyangkut nilai-nilai, moral, budaya, dan etnis dalam kehidupan masyarakat itu sendiri.


Pendidikan multikultural sebagai program dirancang dengan berpedoman pada dimensi: budaya dan kelompok untuk menggambarkan konsep, prinsip, generalisasi serta teori utama dalam multicultural. Melalui rancangan ini, pendidikan multikultural diimplementasikan ke dalam pembelajaran multikultural berbasis nilai kebangsaan untuk menghasilkan subyek belajar  yang memiliki kompetensi: (1) berwawasan dan berpengetahuan luas tentang konsep multikulturalisme (knowledge); (2) memiliki sikap arif dan bijak sebagai anggota masyarakat yang multikultur (disposition); dan (3) memiliki keterampilan dalam mengambil keputusan dan memberikan alternatif terhadap permasalahan multikultural dalam menjaga integrasi dan keharmonisan (skill).


Fadillah, Muhammad, (2017) Menyatakan generasi muda yang terdidik dalam semangat Multikultural akan menjadi asset berharga bagi pembangunan bangsa di Indonesia yang plural. Mereka akan mampu menghadapi tantangan dan konflik yang mungkin muncul akibat keragaman dengan cara yang konstruktif dan damai. Dengan sikap terbuka dan inklusif mereka akan menjadi jembatan penghubung antar kelompok masyarakat yang berbeda, membangun dialog dan saling pengertian.

II. Pembahasan

Pelatihan Guru Yang Sensitif Terhadap Multikulturalisme 


Peningkatan kesadaranPeningkatan kesadaran Multikultural semakin penting karena praktik konseling yang tidak sensitif budaya dan mengabaikan perbedaan budaya dianggap kurang etis dan dapat mengakibatkan malpraktek. Guru merupakan agen penting dalam pendidikan Multikultural. Pelatihan untuk peningkatan kesadaran Multikultural dalam dapat dilakukan dengan berbagai cara, yang mana guru harus mencakup pengembangan kompetensi dalam mengelola kelas yang beragam, strategi pengajaran yang inklusif, dan cara mengatasi diskriminasi serta bias di lingkungan sekolah. Guru yang terlatih dengan baik dapat menciptakan lingkungan belajar yang mendukung semua siswa. 


Menurut SKB Mendikbud dan Kepala BAKN No.0433/P/1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, yang dimaksud dengan guru pembimbing adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling terhadap sejumlah peserta didik. Sedangkan menurut undang undang nomor 20 tahun 2003 menyatakan tanda petik konselor adalah pendidik " dan dalam peraturan menteri pendidikan nasional nomor 22 tahun 2005 mengemukakan tanda petik konselor adalah pelaksana pelayanan konseling di sekolah ".  


Sesuai dinyatakan Hanna (1999) bahwa pada akhirnya konselor diharapkan dapat mencapai kearifan dalam menghadapi konseli dengan segala perbedaan budaya dan karakteristik konseli, kearifan dipandang sebagai kualitas fundamental dan merupakan kualitas konselor yang efektif. Konselor yang arif menurut Hanna memiliki empati dan kepekaan budaya, tidak menggunakan pendekatan atau keterampilan yang bersifat otomatis, memiliki pandangan mendalam, tidak mudah mengelabui atau menipu, memiliki pengetahuan diri (self knowledge) dan kesadaran diri (self awareness) secara ekstensif, belajar dari kesalahan kesalahan, siap melakukan penataan ulang konteks budaya, memahami kerangka masalah secara tepat, memiliki toleransi tinggi dan terbuka, serta ahli dalam melakukan transendensi diri.   


Pemilihan strategi pelatihan yang disesuaikan dengan karakteristik peserta ini sesuai saran Ancis (1998, 134-143) bahwa untuk efektivitas penerapan model pelatihan perlu disesuaikan dengan peserta. Penerapan model awwarenes trainning yang memiliki sintak sederhana yaitu (1) pemberian tugas dan penyelesaian tugas serta (2) menganalisis tugas dan refleksi, terbukti efektif.
Untuk lebih mengefektifkan model awwarenes training ini maka dilengkapi dengan strategi pembelajaran berupa penayangan film dan video, ceramah dengan bantuan media power point, game, diskusi dan kerja kelompok. Film dan video sebagai media pelatihan sesuai saran Malott (2010) tentang pelatihan Multikultural yang dapat memanfaatkan media film sesuai tema pelatihan sebagai stimulan pelatihan terhadap peserta dewasa untuk melakukan tugas tugas kelompok, diskusi dan refleksi diri.


Penerapan beragam strategi berperan memotivasi peserta agar antusias dan bersemangat dalam aktivitas pelatihan. Hal ini sesuai pendapat Gardano (1994) bahwa penggunaan film atau video dapat membantu mengembangkan pemahaman individu mengenai tema tema budaya, meningkatkan kesadaran mengenai berbagai perbedaan dan persamaan antar budaya, meningkatkan kesadaran tata pandang individu akan budayanya sendiri dan agar semakin dapat memahami perbedaan budaya.

Menguatkan Pendidikan Karakter Di Tiap Jenjang Pendidikan


Istilah strategi pada mulanya digunakan dalam dunia militer dan diartikan sebagai suatu cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Dalam menyusun strategi perlu memperhitungkan berbagai factor, baik dari dalam maupun dari luar. Dalam dunia Pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieve a particular educatioan goal. Jadi, strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan Pendidikan tertentu.


Melalui Pendidikan Multikultural, siswa diajarkan untuk menghargai perbedaan dan membangun sikap toleransi serta saling menghormati satu sama lain. Pendidikan Multikultural Indonesia menjadi sangat penting mengingat keragaman suku budaya agama dan ras yang ada di negara ini. Melalui Pendidikan multikultural, siswa diajarkan untuk menghargai perbedaan dan membangun sikap toleransi serta saling menghormati satu sama lain. Dengan memahami dan menghargai keragaman yang ada, diharapkan siswa dapat tumbuh menjadi individu yang terbuka, inklusif, dan mampu hidup berdampingan secara harmonis dalam masyarakat yang majemuk.
Anggota komisi X Dewan P erwakilan Rakyat Republic Indonesia (DPR RI), Bramantyo Suwondo menyebut Pendidikan karakter perlu digencarkan di seluruh jenjang Pendidikan di Indonesia. Bram, sapaan akrabnya menyampaikan hal itu dalam menanggapi viralnya video yang menampilkan tindakan sekelompok pelajar di Tapanuli Selatan (Tapsel), Sumatera utara dalam video tersebut, para pelajar tersebut menendang seorang nenek yang diduga dalam kondisi gangguan jiwa atau ODGJ. Bram mengakui bahwa kejadian yang terjadi di Tapsel itu telah menunjukkan bahwa hingga saat ini penyelesaian permasalahan peruntungan dan pembangunan karakter di kalangan anak anak muda belum tuntas.


“Sudah sangat urgensi (Pendidikan karakter) untuk kita semua selain membenahi system Pendidikan kita. Agar Pendidikan karakter kuat di sekolah dan membangun kesadaran tanggung jawab Pendidikan karakter dilaksanakan oleh seluruh elemen masyarakat seperti orang tua, warga bertetangga dan sebagainya”, jelas politisi partai democrat dilansir dari laman DPR RI. Iya mendukung penuh pendidikan karakter ini digencarkan di seluruh jenjang institusi Pendidikan Indonesia. Namun, ia juga menegaskan bahwa pendidikan karakter bukan hanya tanggung jawab sekolah atau kampus.


“Agar membangun pendidikan karakter yang kuat, tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah sekolah maupun perguruan, para orang tua juga wajib harus terus mengajarkan serta memberikan contoh dalam bertindak dan bertutur yang baik kepada putra putri nya”, kata Bram. Bram menilai, selain system Pendidikan di tanah air yang masih kurang kuat dalam melaksanakan Pendidikan karakter, yang dihadapi saat ini juga adalah belum meratanya pemahaman di masyarakat luas soal sikap bertanggung jawab. “Tanggung jawab Pendidikan karakter adalah tanggung jawab kita semua “, pungkasnya.


Pendidikan karakter kuat dapat diperoleh melalui berbagai upaya yang dilakukan oleh guru, orang tua, dan masyarakat. Salah satu upaya yang efektif adalah dengan mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam kurikulum pendidikan. Guru dapat memasukkan materi yang terkait dengan nilai-nilai karakter, seperti kejujuran, disiplin, dan kerjasama, dalam proses belajar mengajar. Selain itu, guru juga dapat menggunakan metode pembelajaran yang aktif, seperti diskusi dan simulasi, untuk meningkatkan kesadaran siswa terhadap nilai-nilai karakter. Orang tua dapat berperan aktif dengan memberikan contoh dan mengajarkan nilai-nilai karakter kepada anaknya di rumah. Masyarakat juga dapat berpartisipasi dengan memberikan bimbingan dan motivasi kepada siswa untuk mengembangkan nilai-nilai karakter yang baik. Dengan demikian, siswa dapat mengembangkan karakter yang kuat dan siap untuk menghadapi tantangan hidup di masa depan.

III. Kesimpulan


Guru perlu dibekali dengan pemahaman mendalam tentang keberagaman budaya, agama, dan etnis yang ada di Indonesia. Yang mana ini mencakup pelatihan tentang toleransi, inklusivitas dan penghargaan terhadap perbedaan. Guru harus dilatih untuk mengintegrasikan nilai nilai Multikultural dalam pembelajaran sehari-hari. Pendidikan karakter harus menjadi bagian integral dari kurikulum di semua jenjang Pendidikan. Yang mana ini mencakup nilai nilai seperti toleransi, gotong royong, dan saling menghormati.
Jadi strategi yang efektif untuk mengembangkan nilai nilai Pendidikan Multikultural di Indonesia memerlukan pendekatan yang komprehensiif, yang mencakup pelatihan guru, integrasi nilai-nilai dalam kurikulum, dan pembentukan budaya sekolah yang mendukung. Dengan demikian, Pendidikan Multikultural dan Pendidikan karakter dapat berjalan beriringan untuk membentuk generasi yang toleran, inklusif, dan berahlak mulia.

IV. Saran

  • Dengan penerapan strategi strategi berikut ini, diharapkan nilai nilai Pendidikan Multikultural dan karakter dapat ditanamkan secara efektif di sekolah sekolah di Indonesia, menciptakan generasi yang lebih toleran, inklusif dan berkarakter kuat.
  • Pelatihan Berkelanjutan: Sediakan pelatihan berkelanjutan bagi guru untuk memastikan bahwa mereka tetap mendapatkan pembaruan mengenai isu isu terkini dan metode pengajaran terkait Multikulturalisme.
  • Pengawasan dan Evaluasi Teratur: Melakukan pengawasan dan evaluasi teratur (Primawati, 2014)terhadap program Pendidikan karakter, untuk mengidentifikasi area yang perlu perbaikan dan memastikan pencapaian tujuan.
  • Kemitraan dengan Orang Tua: Libatkan orang tua dalam proses Pendidikan Multikultural dan karakter melalui kegiatan yang melibatkan keluarga dan diskusi terbuka tentang nilai nilai yang diajarkan di sekolah.
  • Insentif bagi Sekolah: berikan insentif bagi sekolah sekolah yang berhasil mengimplementasikan program Pendidikan Multikultural dan karakter dengan baik, sebagai bentuk penghargaan dan motivasi.

DAFTAR PUSTAKA

Primawati, L. (2014). PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL MELALUI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL BERBASIS NILAI KEBANGSAAN. Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 5.


Nuzliah. (2016, July). KONSELING MULTIKULTURAL. Jurnal Pendidikan: Jurnal Bimbingan Konseling, 2.


Iqbal Aidar Idrus, H. S. (2024). STRATEGI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI INDONESIA. Community Development Journal, 5, 4418-4424.


Elhefni Elhefni, A. W. (2017, Juni 17). STRATEGI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI INDONESIA. SD: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 3, 53-60.


Akhmadi, A. (2016, 04 28). PENINGKATAN KESADARAN KONSELOR MULTIKULTURAL (GURU BK). Muaddip : Studi Kependidikan dan Keislaman, 03, 18-36.


Dominikus David Biondi Situmorang, M. B. (2018, Desember 07). Pelatihan kesadaran model untuk meningkatkan kesadaran konselor multikultural.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun