SURAT TERBUKA UNTUK TANAH AIR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh...
Teruntuk Ibu Pertiwi, tanah kelahiranku,
      Di bawah langit biru nan luas, bersama napas yang dihembuskan oleh angin tropis nan hangat, saya tuliskan surat ini. Surat terbuka bagi Bapak Presiden Republik Indonesia, beserta staf dan jajarannya. Namun tiada kata nan lebih indah dari ucapan selamat sejahtera untuk seluruh masyarakat Indonesia, selaku pemangku kekuasaan tertinggi dalam negara demokratis ini, yang semoga saja tidak terbalik derajatnya oleh para aparatur negara.
Surat ini adalah wujud dari cinta, harapan, dan impian untuk negeri yang kita cintai bersama, Indonesia. Di antara gemerlapnya bintang dan suara alam yang senantiasa menyanyikan lagu kebesaran, izinkan saya menyampaikan aspirasi untuk tanah air yang lebih baik.
Negeri Zamrud Kathulistiwa, sebutan hangat mancanegara bagi tanah air tercinta, merujuk pada letak geografis yang kemudian mencetuskan Indonesia sebagai Negeri Seribu Pulau, yakni 17.001 pulau yang terhampar dari Sabang sampai Merauke. Indonesia, tanah surga yang kaya akan budaya, sumber daya alam, dan keragaman yang tiada tara. Kita dipersatukan oleh semangat gotong royong dan nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh para pendahulu.
Namun mengapa seiring berjalannya waktu, berbagai julukan membanggakan itu terkikis oleh sebutan 'Macan Asia yang Tertidur'? Seolah meruntuhkan segala eksistensi kepulauan, kebudayaan, keberagaman bahasa hingga agama? Bukankah kita sudah sangat populer dengan julukan Heaven of Earth? Balinesia? Negara Maritim? Bahkan Negeri Seribu Candi?
Kemerdekaan negara Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 merupakan tonggak sejarah, yang membawa kita menyelami tanah air tercinta ini. Perjuangan para pahlawan dalam mendeklarasikan kemenangan terhadap penjajah, bukanlah akhir dari segala rintangan. Pergantian zaman, waktu, hingga peradaban baru perlahan memunculkan berbagai tantangan. Baik dalam segi pendidikan, perekonomian, hingga kesehatan.
Salam hormat bagi Bapak Presiden RI saat ini juga bagi Presiden terpilih. Mental dan moral ialah aspek fundamental yang sangat diperlukan bagi seluruh rakyat Indonesia, terlebih aparatur negara. Akhir-akhir ini seringkali terjadi benturan antara keputusan pemerintah, yang justru sangat merugikan rakyat. Mental dan moral yang hanya bisa didapatkan melalui sistem pendidikan yang baik, serta pengalaman yang memadai.
Isu mengenai 'politik dinasti' yang baru-baru ini marak terjadi, menunjukan mental serta moral pemimpin yang terbilang rendah. Pelarangan KKN yakni korupsi, kolusi, dan nepotisme yang dideklarasikan secara besar-besaran rupanya belum terealisasikan. Inilah yang perlahan melukai kepercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintah.
Menilik lebih dalam, dengan adanya moral serta mental yang kuat aparatur negara perlahan mampu membenahi Indonesia yang telah pincang. Kasus korupsi yang semakin meningkat, sebagaimana dilansir dari Kompas.com bahwa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Edward Omar Sharif Hiariej selaku Wakil Menteri Hukum dan HAM pada Kabinet Indonesia Maju Periode 2020-2024 sebagai tersangka dugaan suap dan gratifikasi.
Dalam arus suap menyuap yang semkain gencar, kukirim sapa padamu wahai palung redup tanah air. Tidakkah kau letih akan segala keluh kesah rakyatmu ini? Yang baik tersingkirkan oleh yang kuat, bak sistem hierarki kebinatangan. Ingatlah saja  bahwa kita tetaplah manusia, bukan manusia kebinatangan.
Segalanya memacu pada sistem pendidikan yang memadai. Sebagai warga negara Republik Indonesia, sudah semestinya rakyat mendapatkan fasilitas pendidikan yang memadai, tanpa perbedaan daerah yang menghalangi.
GoodStats Data menyatakan pada tahun 2023, angka putus sekolah di tingkat Sekolah Dasar (SD) tercatat sebesar 0,29%. Tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah 0,52%. Dan di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), angka putus sekolah mencapai 2,0%.
Sebagaimana pepatah singkat Sutan Syahrir, "Kemerdekaan nasional adalah bukan pencapaian akhir, tapi rakyat bebas berkarya adalah pencapaian puncaknya," perlulah kita maknai. Bahwa karya, pendapat, serta aspirasi rakyat sebagai kritik yang membangun Indonesia maju adalah perlu adanya.
Dalam bayanganku, Aku melihat Indonesia yang ramah lingkungan. Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa deforestasi di Indonesia mencapai 115.459 hektar pada tahun 2020-2021. Kita harus berani mengambil langkah-langkah nyata untuk mengurangi polusi, melestarikan keanekaragaman hayati, dan mengembangkan energi terbarukan. Saat ini, Indonesia baru memanfaatkan sekitar 12,5% dari total potensi energi terbarukan yang dimilikinya. Mari kita wujudkan Indonesia sebagai contoh dunia dalam menjaga dan merawat alam.
Dalam hal ini, ekonomi yang kuat dan berkelanjutan merupakan faktor terpenting untuk menyokong Indonesia Maju. Pada tahun 2022, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,02%, namun ketimpangan masih tinggi dengan Gini Ratio sebesar 0,381. Ekonomi yang tidak hanya berpihak pada segelintir orang, tetapi memberikan manfaat bagi seluruh rakyat.
Kekuatan ekonomi kita harus dibangun di atas fondasi yang adil dan merata. Mari kita dorong pengembangan industri kreatif, teknologi, dan pertanian yang berkelanjutan, yang mampu membuka lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Saat ini, sektor UMKM menyumbang sekitar 60% dari PDB Indonesia dan mempekerjakan 97% tenaga kerja.
Aku juga bermimpi tentang Indonesia yang damai dan harmonis, di mana keberagaman suku, agama, dan budaya dipandang sebagai kekayaan, bukan sebagai pemecah belah. Berdasarkan data BPS, pada tahun 2021, terdapat 1.340 suku bangsa di Indonesia. Kita harus terus mempererat tali persaudaraan dan mengedepankan dialog untuk menyelesaikan setiap perbedaan. Toleransi dan saling menghormati harus menjadi pilar utama dalam kehidupan bermasyarakat kita.
Terlepas dari semua itu, Indonesia tetaplah Indonesia. Pemerintahan, perekonomian, pariwisata, kesehatan, bahkan pendidikan ialah tanggung jawab bersama. Sebagai warga negara demokrasi marilah kita merangkul anak muda untuk terus berkarya. Berilah tanah nan luas bagi mereka berpendapat dan berinovasi. Karena sejatinya, yang lama akan tergantikan oleh yang baru, yang muda, dan yang berintegritas.
Indonesia, aku percaya pada kekuatan generasi muda. Mereka adalah tulang punggung masa depan kita, yang penuh dengan semangat, inovasi, dan energi. Menurut data BPS, jumlah pemuda (usia 16-30 tahun) di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 64,50 juta jiwa, atau sekitar 23,88% dari total penduduk. Kita harus memberikan mereka ruang dan kesempatan untuk berkarya dan berkontribusi bagi bangsa. Dukungan terhadap wirausaha muda, pengembangan teknologi, dan kreativitas harus menjadi prioritas utama kita.
Tidak lupa, Indonesia, aku berharap kita bisa lebih menghargai dan melestarikan warisan budaya kita. Data dari UNESCO mencatat bahwa Indonesia memiliki 9 warisan budaya takbenda yang diakui dunia. Batik, gamelan, wayang, dan berbagai tradisi lokal lainnya adalah identitas kita yang harus dijaga. Generasi muda harus diberikan pemahaman dan kebanggaan terhadap budaya kita sendiri, sehingga mereka bisa melanjutkan dan memperkaya warisan tersebut.
Dengan cinta dan harapan yang tulus,
Seorang Anak Bangsa
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H