Mohon tunggu...
Nadzira Arrum Cahyani
Nadzira Arrum Cahyani Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

everyone born to be loved

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hubungan Pola Pikir dengan Penyebaran Hoaks

20 Desember 2020   22:10 Diperbarui: 1 Januari 2021   15:37 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pola pikir adalah bagaimana cara pikir kita menanggapi suatu hal. Pola dapat di artikan sebagai bentuk atau model. Pikiran diartikan sebagai alat ukur yang digunakan manusia untuk memilih sesuatu yang dinilai lebih baik dan menjamin masa depan diri dan keluarganya. Pola pikir dapat diartikan juga sebagai bentuk pikir atau cara berpikir yang disebut mindset yang terdiri dari dua kata yakni mind dan set.

Mind dalam kamus Electronica Encarta merupakan sumber pikiran dan memori atau pusat kesadaran yang menghasilkan pikiran, perasaan, ide dan menyimpan pengetahuan dan memori tentang segala macam hal-hal yang pernah dilakukan sendiri maupun kejadian apa saja yang dibaca, dilihat, dan dilakoni diri sendiri maupun orang lain. Dan set adalah kepercayaan-kepercayaan yang mempengaruhi sikap seseorang atau suatu cara berpikir yang menentukan perilaku dan pandangan, sikap dan masa depan seseorang.

Dapat disimpulkan pola pikir atau mindset adalah cara berpikir yang melahirkan kepercayaan-kepercayaan yang mempengaruhi sikap dan juga perilaku seseorang yang nantinya menentukan hidupnya.

Setiap orang memiliki pendapat yang berbeda-beda, ini membuktikan bahwa pola pikir setiap individu berbeda-beda. Pola pikir yang berbeda-beda ini dipengaruhi oleh seberapa besar rasa ingin tahu dari masing-masing individu dan juga perbedaan cara pandang setiap individu. Pada dasarnya Mindset atau pola pikir seseorang dapat  diubah dari waktu ke waktu walaupun mengubah hal tersebut tidaklah mudah. Mindset atau pola pikir dapat diubah dengan mempengaruhi segala sesuatu pembentuk mindset itu sendiri yaitu pengetahuan dan juga pengalaman.

Hoaks diartikan sebagai informasi bohong. Hoaks dipergunakan untuk menipu para pembaca untuk mempercayai informasi yang beredar dan juga hoaks tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Hoaks bertujuan untuk membuat opini publik, menggiring opini publik, membentuk persepsi  yang menguji kecerdasan dan kecermatan pengguna internet dan media sosial. Namun ini menyebabkan banyak penerima hoaks terpancing untuk segera menyebarkan kepada rekan sejawatnya sehingga akhirnya hoaks ini dengan cepat tersebar luas. 

Pola pikir setiap individu berbeda-beda yang berarti cara pandang terhadap sesuatu juga berbeda-beda. Ada yang memiliki pola pikir yang kritis pada setiap hal dan juga  sebaliknya pola pikir yang tidak kritis pada setiap hal.

Ketika seseorang mendapat suatu berita, mereka mempunyai dua pilihan dalam dirinya yaitu menyebarluaskan berita yang dia terima atau berhenti pada dirinya. 

Mereka yang memiliki pola pikir  kritis cenderung akan tidak akan mudah percaya jika tidak ada bukti  yang bisa menjadi landasan untuk dapat mempercayai berita tersebut, mereka akan mencari tahu kebenaran dari berita yang mereka terima dan menggali lebih dalam berita tersebut. Jika berita yang dia terima terbukti benar adanya maka mereka akan menyebarluaskan berita tersebut tetapi jika berita itu bohong atau dapat dikatakan berita hoaks maka berita tersebut berhenti pada mereka sehingga berita hoaks itu tidak tersebar luas. 

Sedangkan mereka yang memiliki pola pikir tidak kritis akan langsung mempercayai berita tersebut baik itu berita benar ataupun berita bohong dan didukung berita yang sedang beredar sesuai dengan opini mereka. 

Mereka akan menyebarluaskan berita tersebut kepada orang-orang disekitarnya sehingga berita tersebut dapat menyebar dengan lebih cepat. Oleh karena itu keegoisan mereka berita hoaks jadi mudah tersebar.

Pola pikir dapat menghambat dan juga mempercepat penyebaran hoaks tergantung bagaimana pola pikir masing-masing individu. Jika kita menerima suatu berita lebih baik kita mencari tahu lebih jauh tentang berita tersebut sehingga jika berita tersebut adalah berita hoaks maka kita dapat memperhambat tersebarnya berita hoaks dan juga memutus rantai penyebaran hoaks. 

Sebisa mungkin kita harus bisa menghindari dan menghentikan penyebaran hoaks dengan cara saling memberitahu jika memang hal itu tidak benar sehingga nantinya tidak akan ada lagi isu atau berita bohong yang tersebar luaskan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun