Sama seperti biasanya, aku melakukan hal-hal yang lumrah dilakukan oleh orang lain di pagi hari. Bangun tidur, wudhu, sholat, dan setelah itu santai-santai. Sungguh, pagiku sangat berfaedah. Setiap pagi, kupandangi langit yang masih berwarna keunguan, sambil menanti matahari yang masih ragu untuk terbit. Â
Batinku "Ah, betapa indahnya kuasa-Mu wahai Tuhan. Engkau limpahkan nikmat dan karunia-Mu bagi kami, ya kami manusia yang penuh dosa dan belum bisa bersyukur. Terima kasih atas segalanya, karena kami masih dikasih kesempatan untuk hidup".Â
Hal yang paling aku syukuri, ketika kumelihat wanita tua disampingku dan selalu setia mendampingiku setiap saat. Dari mulai bangun tidur sampai mau tidur lagi. Ya, mamaku. Mama yang selalu ada disampingku. Mama yang selalu menguatkanku. Dan, mama yang selalu menyayangiku.
Oke, kegiatanku di pagi hari, selain bersantai-santai. Aku juga disibukan dengan tugas akhir yang tak kunjung selesai, karena rasa malasku benar-benar susah untuk dihilangkan, selain itu akupun punya kegiatan rutin, yaitu momong anak kecil. Yups, namanya Z dan K. Mereka anak tetanggaku yang memang sengaja dititipkan ke rumahku. Setiap hari mereka yang membuat mamaku repot, tapi mereka juga yang membuat rumahku menjadi ramai.Â
Oh iya, aku tinggal berdua saja dengan mamaku. Sebenarnya aku mempunyai kakak, tetapi kakakku sudah berkeluarga, dan ikut suaminya. Sepi sih. Karena hanya aku dan mamaku saja. Terkadang keponakanku juga mampir ke rumah, katanya sih mau lihat nenek sama tantenya. Apakah baik-baik saja atau tidak?.
-DIRIKU MASIH BERJUANG-
Ah, capek juga ya basa basi. Kebanyakan basa basi, nanti jadi basi beneran. Oh iya, Aku mau cerita, dan ini pengalaman pribadiku. Aku bukan caper, tapi aku butuh teman yang mau memahami kondisiku.
Aku, ya aku memang agak berbeda dengan teman-temanku. Aku sendiri juga bingung dengan keadaanku. Aku juga tidak tahu kenapa aku bisa mengalami "penyakit" ini. Apakah ini berkaitan dengan masa laluku, yang begitu menyakitkan? Ah. Itu membuatku muak. Mengingat hal tersebut, membuatku tidak bisa menangis, dan terkadang terlalu capek untuk menangisi masa lalu kelamku. Terkadang, aku pun tidak bisa mengontrol emosiku dan diriku.Â
Oh Tuhan.Â
Aku sudah berusaha sekuat tenaga. Tapi, di saat aku terjatuh. Diriku belum bisa berdiri lagi. Diriku terlalu lemah untuk bangkit lagi. Aku butuh bantuan, tetapi banyak yang tidak peduli dengan kondisiku. Mereka bilang, kalau aku baik-baik saja dan aku juga sehat-sehat saja. Tapi, yang mereka lihat tidak sesuai dengan kondisiku. Aku begitu terpuruk. Aku butuh teman. Aku juga ingin didengarkan.
Ya, di luar aku selalu menunjukan wajah ceria dan friendly, tapi kenyataannya aku berbeda. Aku menyembunyikan sesuatu, yang memang tidak bisa kuceritakan kepada teman-temanku. Aku malu. Aku memilih untuk memendamnya, meskipun sakitnya luar biasa. Aku butuh " tempat sampah", tetapi ketika aku mulai bercerita tentang masa laluku, mereka tidak mau mengerti.Â