Apakah kalian pernah merasa takut menjadi dewasa ketika melihat berbagai konten dimedia sosial? Di era digital, apa yang muncul di media sosial sering kali menjadi standar hidup bagi Generasi Z. Konten-konten mengenai kehidupan dewasa sering kali digambarkan sebagai fase yang sangat berat di berbagai platform media sosial. Tagar #AdultingIsHard yang sudah banyak digunakan di media sosial menggambarkan fase kehidupan dewasa sebagai fase yang sulit, berat, dan penuh tantangan.
Gambaran mengenai fase dewasa dalam media sosial memunculkan sebuah fenomena yang sering dialami oleh Gen Z. Fenomena itu adalah ketakutan menghadapi kedewasaan atau Fear of Growing Up. Fenomena ini membuat Gen Z memiliki perasaan takut berlebih dalam menghadapi kehidupan dewasa. Namun, fenomena ini tidak muncul begitu saja, banyak penyebab dan dampaknya bagi kehidupan. Lalu bagaimana psikologi memandang fenomena ini? Artikel ini akan membahas fenomena Fear of Growing Up serta dampak psikologisnya bagi kehidupan.
Apa Itu Fear of Growing Up?
Ketakutan menjadi dewasa (Fear of Growing Up) adalah perasaan cemas ketika seseorang mulai menginjak usia dewasa, karena merasa memiliki banyak tanggung jawab seiring bertambahnya usia. Fenomena ini bukan sekedar perasaan takut saja, namun juga sering melibatkan banyak keraguan yang muncul  dalam menjalani kehidupan dewasa. Beberapa kasus depresi juga muncul karena kekhawatiran berlebih seseorang memikirkan kehidupannya di fase dewasa.
Gen Z yang tumbuh di era digital, sering menjadikan trend media sosial menjadi standar hidup ideal bagi mereka. Misalnya, ketika melihat banyak orang seusianyan sudah memiliki brand mewah tertentu, mereka akan merasa tertinggal dan tidak ideal. Ketakutan semakin menjadi ketika melihat banyak kasus kegagalan di fase ini dijadikan sebuah meme serta sarkasme.
Apa Penyebab Utamanya?
- Ekspektasi Media Sosial : Media sosial sering menunjukkan kehidupan dewasa yang kurang realistis. Gaya hidup dewasa yang mewah tetapi jarang memeperlihatkan realitas dibalik layar. Bagi Gen Z yang menjadikan media sosial sebagai standar, membuat mereka membandingkan kehidupannya dengan apa yang mereka lihat.
- Ketidakstabilan Ekonomi : Gen Z memiliki tantangan ekonomi yang lebih sulit dibanding generasi sebelumnya. Tantangan itu antara lain adalah tingginya biaya pendidikan, sulitnya mendapat pekerjaan yang stabil, dan inflasi. Berbagai tekanan finansial membuat mereka merasa beban di fase dewasa tampak lebih berat.
- Budaya Meme dan Sarkasme : Meme serta sarkasme yang muncul dimedia sosial awalnya hanya dibuat lucu-lucuan saja, karena dianggap relate dengan kehidupan Gen Z. Namun, justru dinirmalisasikannya meme dan sarkasme ini menambah ketakutan para Gen Z bahwa fase dewasa memiliki bayak sisi negatifnya.
Apa Dampak Psikologisnya?
Fenomena ini memiliki dampak negatif dan positif dari sisi psikologis, antara lain yaitu :
Dampak Negatif
- Kecemasan : ketakutan akan tanggung jawab menjadi dewasa memicu munculnya gangguan kecemasan, terutama ketika merasa tidak mampu memenuhi  ekspektasi sosial mereka
- Depresi : kebiasaan Gen Z membanding-bandingkan dirinya dengan pencapaian orang lain akan memunculkan rasa gagal dan kurang. Hal tersebut memicu depresi karena terlalu sering menganggap dirinya kurang, akan menjadi berbahaya ketika sudah mencapai tingkat depresi berat dan membutuhkan penanganan lebih lanjut
- Penundaan Keputusan : ketakutan seringkali membuat para Gen Z merasa ragu mengambil keputusan, sehingga mereka menunda untuk mengambil keputusan-keputusab besar hanya karena merasa selalu kurang dan belum siap.
Dampak Positif
- Kesadaran akan pentingnya mental health : ketakutan yang dialami seseorang akan mendorong mereka untuk lebih terbuka dalam mencari dukungan dan membahas mental health.
- Inovasi dalam karier: Gen Z dikenal sebagai generasi yang kreatif, hidup di era digital membuat mereka memiliki banyak kemudahan dalam berkarya. Fenomena ini terkadangn mengharuskan mereka berfikir kritis dan kreatif untuk mencari jalan keluar.
Â