Bani Umayyah yang menjadi pengganti kekhalifahan setelah Khulafau Rasyidin telah menjadikan islam sebagai kekuatan paling menentukan dunia saat itu. Keterampilannya dalam mengatur administrasi negara dan penakluk lawan di medan perang sudah menjadi ciri khas para penguasa Bani Umayyah sejak saat proklamasi kemerdekaannya di Damaskus waktu itu
Dinasti inilah yang untuk pertama kalinya mendobrak sistem pemilihan pemimpin yang awalnya dijalankan secara musyawarah mufakat menjadi sistem turun temurun atau monarki. Peristiwa perubahan sistem pemilihan ini yang kemudan menjadi awal munculnya pemahaman yang beragam dalam maslaha teologi, termasuk adanya tiga kekuatan kelompok yang sudah muncul sejak pemerintahan Ali yaitu Syi'ah, Muawiyah, dan Khawarij.
Pada dinasti ini banyaknya kontoversi yang muncul karena perubahan yang terjadi, tetapi banyaknya prestasi-prestasi yang telah disumbangkan kepada umat kekuasaan imperium yang luar biasa sehingga menjadikan umat islam mencapai titik keemasannya. Tidak salah jika islam menghegemoni politik, militer, dan pengaruh islam di luar jazirah arab hingga mencengangkan.Â
Muawiyah bin Abi Sufyan yang sudah terkenal menjadi sosok yang mendirikan Dinasti Umayyah ini, ia juga yang mengubah sistem perubahan menjadi monarki (turun-temurun), namun penyebutan gelar bagi pemimpinnya tetap "khalifah". Pada dinasti ini terdapat 14 khalifah yang telah menjabat selama masa kekhalifahan dinasti umayyah berlangsung. Â (Abdullah Ali : 2006)
Politik dan Militer yang menjadikan bani umayyah mencapai pada titik yang gemilang, prestasi ini yang menjadikan bani umayyah menguasai separuh dunia yang amat luas melebihi kekuasaan Byzantium dan Persia dahulu. Pemerintahan yang telah berhasil membawa dinasti ini menjadi maju dan mencapai keberhasilan dan puncak kejayaannya yaitu pada masa kepemimpinan Abdul Malik. Setelah itu selama masa pemerintahan al-Walid dan Hisyam, imperium islam berhasil memperluas wilayah sampai batas-batas yang terjauh, membentang dari pantai Samudra Atlantik dan Pyrenees hingga ke Indus dan perbatasan cina, sebuah perluasan yang hampir tidak tertandingi sejak masa klasik dan yang menurut Hitti, hanya dpat dilampaui pada masa modern oleh kerajaan Inggris dan Rusia.Â
Memang harus diakui hegemoni yang telah terjadi , masa kepemimpinan Bani Umayyah terdapat banyak sekali kemajuan yang telah dicapai, baik di bidang politik, maupun di bidang keilmuan. Pada waktu itu, banyak sekali kebijakan yang dikeluarkan oleh para khalifah Bani Umayyah yang menguntungkan masyarakat, khususnya umat islam.
Banyak sekali ekspansi yang dilakukan secara besar-besaran sehingga kekuasaan Islam meluas sampai ke Afrika Utara bahkan Spanyol. Bukan hanya itu, perkembangan pesat terlihat dari segi peradaban yang ditandai dengan semakin banyaknya corak-corak bangunan yang indah dan dibangunnya fasilitas umum yang tidak pernah ada sebelumnya. Di segi pemerintahan, administrasi adalah hal yang paling utama dibenahi ketika itu. Pun dengan perkembangan keilmuan, Bani Umayyah menjadikan kota Makkah dan Madinah tempat berkembangnya musik, lagu, dan puisi. Sementara di Irak (Bashrah dan Kufah) berkembang menjadi pusat aktivitas intelektual di dunia Islam. Sedangkan di Marbad, kota satelit di Damaskus, berkumpul para pujangga, filsuf, ulama, dan cendikiawan lainnya. (Hartono Hadikusumo : 1990)
Banyak sekali bidang keilmuan yang berkembang saat itu, di antaranya adalah ilmu bahasa Arab, ilmu qiro'at, ilmu hadis, ilmu fiqih sampai ilmu biografi yang sudah berkembang pada masa itu.
Dari sejarah diatas dapat dilihat bahwa disamping adanya kontroversi yang dikarenakan berubahnya sistem pemerintahan dinasti ini tidak ingin menunjukkan kegagalannya, sehingga ia mewujudkan dan memunculkan prestasi-prestasi yang dilakukan sehingga bisa menjadikan islam sampai titik yang tidak diragukan lagi keberhasilannya dan kejayaannya pada masa itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H