Mohon tunggu...
Nadyazura Karima
Nadyazura Karima Mohon Tunggu... -

I'm extra-ordinary | kontak saya via twitter @Nadyazura

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Curhat Penderita Diseleksia: Kami Tidak Bodoh!

4 Oktober 2014   18:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:24 1484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"neng abis ini belok kemana? ke kanan atau ke kiri?", tanya  supir taksi

"eh, kiri", jawab saya

"bukan sebelah sana", tambah saya lagi

"loh ini mah kanan neng bukan kiri", jawab abangnya

Diseleksia dalam bahasa inggris Dsylexia (nama), dan Dsyletic (sebutan penderita) adalah semacam perbedaan, saya rada enggak tega untuk menyebutnya gangguan karena saya sendiri tidak mau menganggapnya sebagai hambatan. saya seorang penderita diseleksia, apa anda lelah karena anak anda sepertinya bodoh karena sulit diberikan petunjuk, tidak menuruti omongan anda, dan lebih menyukai cerita bergambar?

tidak banyak orang mengerti tentang gangguan ini karena para penderita diseleksia, terutama yang tidak mengetahui bahwa ia mengalaminya hanya selalu dianggap bodoh, ceroboh, atau kurang rajin belajar.

Diseleksia, ditinjau dari teknik neurosains modern seperti kemampuan pencitraan resonasi magnetik (fMRI) dan positron emission tomography (PET) menjelaskan bahwa penderita diseleksia mengalami perbedaan  struktur otak bagian kiri yang cenderung defisit mengolah cara membaca dan menulis yaitu bagian-bagian inferior frontal gyrus, inferior parietal lobule, and middle and ventral temporal cortex.

peritanya mengalami kesulitan membaca dan menulis, mengenali simbol dan aksara, tidak bisa membedakan kanan dan kiri, tidak mampu membayangkan suatu bangun ruang, buruknya kemampuan motorik halus dan tidak mampu menerima beberapa perintah sekaligus dalam waktu bersamaan.

ciri diseleksia paling lazim dan paling sering terlihat adalah tidak bisa menentukan yang mana kanan dan kiri. walau sudah di latih puluhan kalipun, penderita diseleksia tidak akan mampu untuk menentukan kanan-kiri dalam waktu cepat seperti orang normal.

gejala diseleksia mudah dideteksi sejak kecil. penderita diseleksia akan terlambat dalam belajar membaca. terutama mengenali aksara. pada kasus saya, saya mampu membaca diusia 4tahun akhir, tidak terlambat karena orangtua saya untungnya mengajarkan saya lebih sabar dan lebih keras dari anak-anak pada umumnya.

pada masa 1-3 Tahun ketika anak-anak belajar kosakata, penderita diseleksia tidak mampu membedakan kata yang memiliki bunyi suku kata yang hampir mirip seperti "hordeng" dengan "terong".

ketika belajar huruf saya tidak mampu membedakan hufur a dan d, b dan p, j dan c karena bentuknya agak mirip, atau pelafalannya mirip. hal tersebut menjadi ciri penting mengapa penderita diseleksia biasanya terlambat untuk membaca.

kemampuan menulisnya akan kurang karena hampir selalu ada kata dalam kalimat yang kurang hurufnya atau terbalik penyusunannya seperti degnan (dengan), gunun (gunung), puti (putih). tulisannyapun cenderung buruk dan acak-acakan. garis pembatas pada buku sangat menolong untuk melatih mereka menulis dengan rapi. selalu pastikan penderita diseleksia membac aulang setiap tulisan yanmg ia hasilkan karena hal tersebut memang yang selalu saya lakukan.

sebagai muslim, diseleksia akan lebih terasa ketika belajar huruf hijaiyah (aksara asing). ketika itu ibu saya harus mengajar saya 4x lebih sering daripada anak biasa. untungnya ibu saya memang seorang guru yangmemiliki kesabaran lebih dan cara menyampaikan ilmu dengan baik. saya keulitan membedakan huruf 'ba', 'ta', 'tsa' yang berbeda titik. 'ya' dengan 'qo', dan lain-lainnya yang mirip. huruf hijaiyah benar-benar sulit dan ibu saya mengajarkan saya hampir setiap malam.

kesulitan bukan timbul dari membaca dan menulis saja. saya kesulitan membedakan kanan-kiri yang berdampak ketika mengambil kelas yang membutuhkan kemampuan kognitif tubuh bagian kanan dan kiri seperti bela diri yang saya tekuni, Capoeira. sebelumnya saya pernah ikut ballroom dance dan perintah pada kedua olahraga tersebut sama "angkat kaki kanan", "ganti kaki kiri" perintah  semacam itu sungguh membuat saya pusing sebagai penderita diseleksia. dan karena penyakit ini tidak umum. beberapa instruktur atau teman biasanya hanya menyuruh saya untuk berlatih lebih keras dan "ah tidak mungkin orang tidak bisa membedakan kanan dan kiri, kamu aja yang tidak serius berlatih". padahal saya sudah berkata bahwa saya diseleksia.

terutama untuk memepelajari bahasa asing, untuk strukstur kata bahasa yang bisa dicerna logika tidak ada masalah tapi jika berurusan dengan aksara asing yang mirip. susahnya naudzubilah. saya mampu memebdakan noun, adjective, adverd, dan sebagainya, tidak ada masalah dengan huruf latin kecuali apostrop atau yangparah. aksara lain. seperti Hangeul, Hiragana, Katakana, Kanji, atau huruf Cyrlic.

tapi sekali lagi. itu bukan hambatan. karena toh saya tetap menulis. walaupun saya mengalami kekurnagan kemampuan membaca dan menulis tapi saya tetap menulis dan sekarang menulis menjadi salah satu hobi saya. penderita diseleksia hanya mengalami kesulitan membaca, menulis, mengeja, dan motorik kasar sedangkan kelebihannya kami lebih kreatif daripada orang-orang normal.

jangan anggap remeh juga diseleksia, Albert Einstein penemu teori relativitas adalah penderita diseleksia. ia membuktikan bahwa suatu penyakit, tidak akan membatasi diri. hanya anda sendiri yang berpikir bahwa anda dibatasi maka anda akan terbatas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun