Mohon tunggu...
Nadya Valose
Nadya Valose Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Akankah Indonesia Mau ke Belakang atau Mundur ke Depan?

16 Mei 2019   00:04 Diperbarui: 16 Mei 2019   07:03 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Rakyat Indonesia fix digiring terpecah menjadi 2 bagian. Tidak ada tempat bagi pilihan Netral, karena suka atau tidak, kelompok Netral pasti akan "diseret paksa" untuk menentukan sikap partisan oleh keadaan dan situasi perpecahan.

Pilpres 2019, jujur atau curang tidak lagi menjadi isue sentral. Pasca Pilpres, kedua kelompok yang saling memperebutkan kemenangan masing-masing akan mengklaim sebagai pihak yang berhak memiliki legitimasi rakyat.

Hasil Pilpres hanya berupa bahan klaim satu pihak yang tidak lagi memiliki dasar legitimasi formal bagi pihak lainnya. Yang tersisa nantinya hanyalah fakta realitas pemilik dukungan real rakyat terbanyak dan kemampuan mengakses aparat bersenjata dan menggunakannya atas nama konstitusi.

Kita tak akan pernah tau apa yang akan terjadi beberapa waktu kedepan. Namun intensitas suhu perseteruan jelas semakin memanas.

Pada dasarnya tak ada satupun dari pihak yang berseteru  menginginkan terjadinya konflik horizontal yang mengarah pada pertikaian fisik.

Namun adanya kepentingan asing yang menghendaki pertikaian fisik itu terjadi perlu diwaspadai, mengingat Indonesia adalah salah satu negara yang berperan penting dalam percaturan politik dunia dan asia khususnya.

Tentu ada saja pihak asing yang menghendaki pelemahan nasional Indonesia. Semua tak lebih dari kepentingan ekonomi dan politik. Sebagai negara kaya sumber daya alam dan posisi teritorial yang strategis, Indonesia bak gadis cantik jelita ditengah kerumunan preman genit.

Jadi walau sekeras apapun upaya didalam negeri meredam "tensi emosional politik", akan ada saja upaya pihak asing tertentu yang bernafsu menyiram minyak ke tungku bara politik nasional Indonesia.

Corongnya tentu terlihat seperti berasal dari dalam, namun pemegang mikrophone-nya pasti memikul kepentingan asing. Dalam geliat politik luar negeri,  sejak jaman silam, antek-antek asing dan agen intelejen asing selalu menghiasi warna politik nasional sebuah negara, di negara manapun hal itu lazim terjadi.

Kesenjangan intelektual penduduk yang biasanya selaras dengan kesenjangan ekonomi selalu menjadi tolok ukur bagi tingkat kualitas kedewasaan politik rakyat sebuah negara.

Tak perlu tersinggung dengan kenyataan tersebut, karena faktanya nampak jelas penduduk Indonesia mayoritas masih menjadi komoditas politik bagi segelintir elit politisinya, sebagaimana juga menjadi komoditas ekonomi bagi segelintir konglomerat-nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun