Mohon tunggu...
Nadya Valose
Nadya Valose Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Islam Garis Keras VS Garis Lembek

28 April 2019   22:07 Diperbarui: 29 April 2019   17:58 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sama sekali tak perlu over reaktif, apalagi risau dengan komentar "islam garis keras" Prof.Mahfud yang disematkannya dengan para pemilih atau daerah pemilihan yang memenangkan Prabowo Sandi. Justru yang perlu diperjelas sebenarnya adalah tafsir "Islam garis keras" itu sendiri. Saya sendiri sejak semula sama sekali tak ada kerisauan sedikitpun jika para pemilih Prabowo Sandi yang beragama Islam diidentifikasi sebagai islam garis keras.

Sejujurnya saya bahkan cenderung sepakat. Karena bagi saya tafsir "Islam garis keras" adalah garis batas antara Islam Ahli Sunnah, yakni yang berpegang teguh pada AlQuran dan Sunnah (Hadits) dengan "islam garis lembek" yang mengusung paham Islam Liberal dan Syiah.

Disanalah saya justru dapat menarik garis pemisah antara pemeluk agama Islam Pemilih Prabowo Sandi dengan pemilih Jokowi Ma'ruf. Ada dua titik kutub yang tegas membedakan keduanya walaupun sama-sama mengklaim sebagai pemeluk Islam.

Disana saya dapat memperoleh perbedaan warna yang sangat kontradikitif dari para para pemilih pasangan 01 dan 02, persis sebagaimana saya melihat perbedaan sosok tokoh Islam UAS, Buya Yahya, Adi Hidayat dan Aa Gym dalam satu posisi "Islam garis keras" dengan Gus Nuril, Said Agil Siradj, Buya Syafi'i Ma'arif, Musdah Mulia, dan Gus Yaqut di posisi lainnya sebagai gambaran "islam garis lembek".

Jadi benarlah ketika Prof.Mahfud menyematkan "Islam garis keras" kepada para pemilih Prabowo sebagai  warna Islam yang murni, artinya jelas adalah islam yang fanatik pada kebersihan, kejujuran, keadilan, ke-istiqomahan dan amanah.

Sayapun tak begitu ambil pusing dengan penjelasan Prof.Mahfud berkaitan dengan klarifikasi Islam garis keras yang dimaksudnya, walaupun pada prinsipnya selaras dengan pemahaman garis keras yang saya yakini.

Lagi pula apa pentingnya sih sehingga harus ditebar respon untuk hal-hal yang tak penting itu ditengah-tengah fokus kita mendeteksi dan me-record limpah ruahnya kecurangan proses pemilu yang berlangsung kemarin ?

Rasanya mata ini lebih baik melotot mengawasi proses perhitungan suara oleh KPU yang sering pikun dari pada melotot pada Prof.Mahfud yang sibuk menghitung honor 100 juta nya setiap tanggal gajian.

#salam_sehat

- Nadya Valose -

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun