Mohon tunggu...
Nadya Qathrunnada
Nadya Qathrunnada Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa pendidikan S1 di program studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta. Memiliki minat besar di bidang pendidikan, sosial dan pengabdian masyarakat, serta mampu memecahkan isu-isu sosial dan berkontribusi dalam kegiatan sosial.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menghadapi Stereotip Gender: Pendidikan sebagai Kunci Perubahan

18 November 2024   06:37 Diperbarui: 18 November 2024   08:01 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: blush.design

Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa warna biru sering diasosiasikan dengan laki-laki dan warna merah muda dengan perempuan? Atau mengapa pekerjaan tertentu dianggap lebih cocok untuk satu jenis kelamin daripada yang lain? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini terletak pada konstruksi sosial yang kita sebut sebagai stereotip gender. Stereotip ini, yang terbentuk sejak dini dan diperkuat oleh berbagai faktor, membatasi potensi dan peluang individu, terutama perempuan.

Bagaimana mungkin kita masih hidup di dunia di mana stereotip gender mempengaruhi pilihan pendidikan dan karir seseorang? Apakah pendidikan yang kita berikan saat ini benar-benar bebas dari bias gender?  Mengapa pendidikan menjadi kunci utama dalam mengatasi stereotip gender?  

Jadi, apa itu stereotip gender?

Stereotip gender merupakan pandangan atau prasangka yang menggeneralisasi peran, karakteristik, dan kemampuan individu berdasarkan jenis kelamin mereka. Di Indonesia, stereotip gender masih sangat kuat dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan sosial. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Ketimpangan Gender (IKG) Indonesia pada tahun 2023 sebesar 0,447, menunjukkan adanya ketimpangan gender yang signifikan. Stereotip gender sering kali menghambat perempuan untuk mencapai potensi penuh mereka dan berkontribusi secara maksimal dalam masyarakat.

Stereotip Gender dalam Pendidikan

Stereotip gender dalam pendidikan dapat terlihat dari berbagai aspek, mulai dari kurikulum, metode pengajaran, hingga interaksi antara guru dan siswa. Penelitian menunjukkan bahwa stereotip gender dapat mempengaruhi konsep diri perempuan dan menghambat mereka dalam mencapai prestasi akademik yang optimal. Misalnya, perempuan sering dianggap kurang mampu dalam bidang sains dan matematika, sehingga mereka cenderung menghindari bidang-bidang tersebut.

Stereotip gender dalam sistem pendidikan di Indonesia terbentuk dan berkembang melalui berbagai mekanisme sosial dan budaya yang saling terkait. Berikut adalah beberapa faktor utama yang berkontribusi pada pembentukan dan perkembangan stereotip gender dalam pendidikan di Indonesia:

1. Pengaruh Keluarga dan Lingkungan Sosial

Keluarga sering kali menjadi tempat pertama di mana anak-anak belajar tentang peran gender. Orang tua dan anggota keluarga lainnya mungkin secara tidak sadar memperkuat stereotip gender melalui cara mereka memperlakukan anak laki-laki dan perempuan. Misalnya, anak laki-laki mungkin didorong untuk bermain dengan mainan yang berhubungan dengan teknologi atau olahraga, sementara anak perempuan didorong untuk bermain dengan boneka atau mainan rumah tangga.

2. Representasi Gender dalam Buku Pelajaran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun