Menjelang kemerdekaan Indonesia, Soekarno didesak oleh para pemuda untuk segera mengumumkan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Seorang pemuda bernama Soekarno itu memiliki kekuatan yang sedemikian rupa sehingga seluruh bangsa Indonesia dari ujung Aceh sampai Papua setuju dan mendukungnya. Berikut adalah catatan tentang sepak terjang Ir. Soekarno, orang yang ditunjuk sebagai Presiden pertama Republik Indonesia.
Keluarga dan Pendidikan
Nama kecil Ir. Soekarno adalah Kusno. Ia lahir dari keluarga yang cukup terpandang hingga bisa masuk ke sekolah yang pada masa itu hanya dapat dimasuki oleh keluarga bangsawan dan keturunan Belanda.
Soekarno lulus dari ELS (Europeesche Lagere School) pada tahun 1915 dan HBS (Hogere Burger School) pada tahun 1921. Tecatat, Soekarno berhasil masuk HBS karena bantuan H.O.S. Tjokroaminoto yang merupakan teman ayahnya.
Selepas HBS, Soekarno melanjutkan pendidikan di Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB) mengambil jurusan teknik sipil. Soekarno mendapatkan gelar insinyur pada tahun 1926 setelah sempat meninggalkan kuliahnya selama satu tahun.
Aktif dalam Organisasi
Sejak belia, Ir. Soekarno telah mulai aktif berorganisasi di Tri Koro Darmo, sebuah organisasi yang memprpagandakan kebudayaan nasional, tarian-tarian Jawa, dan alat-alat musik nasional.
Organisasi ini melakukan kegiatan keliling desa-desa untuk menggelar pertunjukan sambil mengumpulkan dana untuk membangun sekolah dan membantu korban bencana alam.
Berbekal nilai-nilai yang ditamkan di Tri Koro Darmo, Soekarno yang saat itu masih berumur 16 tahun menjadi buah bibir dan tenar di sekolahnya karena menggunakan bahasa negerinya saat berdiskusi. Padahal dalam diskusi tersebut, setiap siswa diwajibkan untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Lalu, nama Soekarno mulai dikenal saat ia menjadi anggota Jong Java cabang Surabaya pada tahun 1915. Pada tahun 1926 (setelah lulus kuliah), Ir. Soekarno mendirikan organisasi bernama Algemenene Studie Club (ASC) di Bandung, yang menjadi cikal bakal Partai Nasional Indonesia (PNI) yang didirikan tahun 1927. Aktivitas politik Soekarno di PNI membuatnya sempat ditangkap dan diasingkan
Setelah pengasingannya (di awal masa penjajahan Jepang), Ir Soekarno masih aktif dalam banyak organisasi, seperti Jawa Hokokai, Pusat Tenaga Rakyat, dan BPUPKI.
Jiwa Patriotis dan Nasionalis
Jiwa patriotis dan nasionalisme Ir. Soekarno sudah tidak dapat dipungkiri lagi. Bung Karno rela memperjuangkan jiwa dan raganya demi membebaskan bangsa ini dari kolonialisme. Bahkan karena kegiatan aktivisme-nya dalam bidang politik, Bung Karno pernah diasingkan di Flores dan Bengkulu.
Setelah kembali dari pengasingan pun, Ir. Soekarno tidak lantas berhenti dengan perjuangannya. Di masa penjajahan Jepang, ia malah semakin aktif dalam usaha memperjuangkan dan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
Karismatik
Bung Karno dikenal sebagai sosok yang begitu karismatik, pintar, memiliki kepribadian yang menarik, dan jiwa kepemimpinan. Dalam pidato-pidatonya, Ir. Soekarno terkenal dan menarik perhatian karena penyampaiannya yang berapi-api. Pidatonya tersebut mampu menggodok semangat para pemuda dan rakyat Indonesia pada masa itu sehingga menjadi optimistik dalam meraih kemerdekaan yang akhirnya terwujud pada tanggal 17 Agustus 1945. Selain itu, Bung Karno seolah memiliki magnet yang membuat setiap orang mengagumi sosoknya.
Gagasan “Pancasila”
Istilah Pancasila pertama kali diusung oleh Ir. Soekarno dalam rapat BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945. Hal ini disampaikan Bung Karno dalam pidatonya sebelum menyebutkan lima sila yang telah ia rancang. Hingga saat ini nama “Pancasila” dijadikan sebagai dasar negara kita dan setiap 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.
Sepak terjang Ir. Soekarno yang panjang tersebut pasti tak hanya membuat nama Ir. Soekarno terkenal dan segani di kalangan pemuda dan intelek negeri ini di masa sebelum kemerdekaan. Tapi juga menjadi buah bibir di masyarakat luas.
Selain itu, meskipun kebanyakan media massa pada waktu itu masih dikendalikan oleh penjajah dan kondisinya belum semaju sekarang, namun ada juga media Antara yang didirikan oleh para pendiri bangsa untuk mengimbangi propaganda media yang dikuasai penjajah.
Media seperti surat kabar dan radio yang dikuasai penjajah Jepang juga seringkali digunakan sebagai alat untuk menggugah rasa cinta pribumi pada tanah airnya karena karyawan-karyawannya merupakan seorang pribumi. Pada saat proklamasi kemerdekaan pun, radio digunakan untuk menyiarkan proklamasi. Hal itu dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh karyawan radio Domei bernama Yusuf Ronodipuro.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H